Pulau
Peucang yang
keberadaannya di ujung barat Pulau Jawa akhirnya berhasil kami singgahi,
keadaan alam yang masih liar dan hampir tidak terjamah oleh orang lain
membuat
daya tarik tersendiri. Secara administratif Pulau Peucang masuk kedalam
kawasan Taman Nasional Ujung Kulon, dan merupakan salah satu Pulau yang
memiliki keindahan alam yang sangat alami dan menakjubkan. Tidak salah
banyak wiksatawan lokal maupun mancanegara penasaran dan berkunjung ke
pulau yang satu ini, untuk menikmati hingga menyatu dengan keindahan
alamnya.
Karena Pulau Peucang ini termasuk kedalam kawasan Taman
Nasional Ujung Kulon, jadi banyak sekali
peraturan yang harus ditaati sebelum memasuki Pulau Peucang, seperti perizinan
masuk kawasan. Untuk mencapai Pulau Peucang ini ada banyak cara, yang pertama
dengan cost murah berawal dari Terminal Pakupatan Serang, naik mobil Elf
jurusan Tamanjaya yang biasa ada pukul 12.00, kalau sudah ketinggalan mobil
bisa naik mobil bus Asli atau Murni jurusan Labuan, kemudian naik mobil Elf
jurusan Tamanjaya, atau bisa juga naik mobil Damri pada pukul 04.00 WIB subuh
sampai Pertigaan Sumur, kemudian dilanjutkan naik mobil elf (kalau ada) atau Ojek
ke Tamanjaya (karena disana tidak ada angkutan umum). Sesampainya di Tamanjaya,
kalian bisa menyewa kapal nelayan, dengan harga minimal 1,5 juta perhari untuk
menuju Pulau Peucang. Cara kedua dengan biaya sangat mahal, perjalanan dari
Terminal Pakupatan Serang menuju arah Labuan dengan mobil Bus Asli atau Murni,
kemudian dari Labuan langsung naik speed boat
menuju Pulau Peucang, tentunya perizinan masuk kawasan di urus dahulu di
Kantor BTNUK yang berada di Labuan. Cost sewa speed boat minimal 4 juta. Tinggal kalian pilih sesuai dengan
budget, jika kalian dari Jakarta, biasanya Bus jurusan langsung ke Labuan.
Jum’at 19 April 2013,
sekitar pukul 4.00 WIB kami berkumpul di depan Sari Asih, setelah melewati
problem yang hampir
membuat rencana gagal. Transport pun baru malem itu kami carter mobil dari
terminal pakupatan, yang lucunya mobil yang kami carter itu jurusan
Malingping-Cikeusik-Serang, bukan jurusan Tamanjaya-Serang. Harga yang ditawarkan si supir pun terbilang
cukup murah, yaitu 600 ribu sekali jalan. Sekitar pukul 4.30 WIB kami berangkat
ke Taman Jaya. Sopir pun langsung memacu
mobilnya, yang berhasil membuat rombongan merasa mual-mual, haha. Jalan dari
pandeglang sampai sumur masih terbilang bagus, karena masih beraspal dengan
sedikit lubang. Tapi jalan dari Sumur sampai Tamanjaya itu yang WOW, rusak
parah ga ada bentuk. Jarak sih cuman 20 Km, tapi ditempuh dengan waktu 1,5 jam,
kalo mulus 30 menit juga sampe deh.
Pukul 9.30 WIB kami sampai
di Tamanjaya, lalu langsung menuju tempat Pak Komar. Setelah berbincang-bincang
dengan Pak Komar, ternyata sedang ada kelangkaan Solar dan berimbas pada
penundaan keberangkatan. Kami pun
terpaksa harus menunggu hingga siang, sore bahkan hingga keesokan
harinya. Sungguh diluar perkiraan, makanan-makanan yang kami sudah beli pun
terpaksa kami bongkar. Tampak dimuka teman-teman kejenuhan terlihat, dan kami
pun terpaksa menerima imbas dari kelangkaan solar ini. Bagi teman-teman lain
jika ingin ke Pulau Peucang dan sudah booking kapal, jangan lupa untuk
menanyakan Solarnya ada atau tidak, kalo tidak ada bisa kalian beli dulu
sebelum sampe Sumur. Bahkan kata Pak Komar, anak buahnya nyari solar sampe
Labuan.
Sabtu 20 April 2013,
sekitar pukul 9.30 WIB, kapal yang kami tunggu akhirnya sudah ada solarnya. Untuk berangkat ke Pulau Peucang diharuskan membayar surat izin masuk
kedalam kawasan per orangnya dikenakan Rp.5.500, dan perahu juga dikenakan
biaya sebesar 100 ribu. Urasan perizinan beres kami
pun langsung menuju dermaga dengan gembira, walaupun satu hari terbuang sia-sia
yang penting kami akhirnya bisa ke Pulau Peucang juga. Untungnya Pak Komar berbaik
hati memberikan kami tempat istirahat secara cuma-cuma akbiat dari imbasnya
menunggu solar, yaitu di Sunda Jaya (tempat penginapan punya Pak Komar), jadi
kami pun merasa segar bugar dan tetap ceria selama perjalanan menuju Pulau
Peucang. Ditengah-tengah laut kami bertemu kapal nelayan dan coba
menghampirinya untuk membeli ikan. 100 ribu dapat lumayan banyak ikan, haha.
Setelah mengarungi lautan
kurang lebih selama 3 jam, akhirnya nampak dari kejauhan terlihat dermaga yang
dibalut dengan air laut yang berwarna biru dan kehijauan dengan pasir putih di
atasnya. Ketika kapal bersandar, tugu yang bertuliskan Pulau Peucang pun
terlihat, Alhamdulillah sekitar pukul 13.30 WIB kami sampai di Pulau Peucang.
Ketika menginjakan kaki di atas dermaga, tampak terlihat beribu-ribu ikan yang
sedang menari-nari di air laut yang begitu jernih dan tenang. Padang rumput
hijau yang begitu luas menjadi halaman dari beberapa bangunan (penginapan) yang
ada di Pulau Peucang ini. Rusa, babi hutan dan monyet pun turut serta meramaikan
padang rumput yang begitu luas itu, seolah-olah mereka menyambut kedatangan
kami. Tapi tenang saja, mereka semua sudah pada jinak kok, dan perlu diingat
kalau bawa makanan jangan asal taruh, karena akan langsung menjadi sambaran
monyet bahkan babi hutan.
Saya pun langsung menuju
pusat informasi untuk menanyakan kamar, mengingat takut tidak kebagian kamar
fauna yang harganya cukup murah, yaitu sekitar Rp. 250.000 per kamar. Ternyata
benar saja kami kehabisan kamar Fauna, yang dimana fauna ini pengelolanya dari
pemerintah, lalu kami mengambil kamar di Flora, yang pengelolanya itu dari
pihak swasta, tentunya harga nya agak sedikit mahal yaitu Rp. 650.000. Mau
nginep di barack sekitar Rp. 150.000 per kamar, tapi keadaanya kurang enak,
seperti kamar mandi di luar, dan kasurnya pun hanya ngampar begitu saja di
lantai kayu. Memang di barack ini 1 kamar, bisa muat untuk 10 orang. Kalau
laki-laki semua sih ga jadi masalah tidur di barack juga, tapi karena kami ada
perempuannya juga, jadi kasihan
juga kalau harus tidur di barack. Akhirnya kami putuskan untuk tinggal di Kamar
Flora dengan harga yang turun sedikit dari harga semula.
Setelah barang-barang di
taruh di kamar yang begitu kecil, hanya terdapat 2 single bed dengan kamar
mandi di dalam, kami pun langsung mencari spot untuk snorkeling, karena mengingat untuk ke Tanjung Layar tidak
memungkinkan waktunya. Spot pertama, kami di beritahu di sebelah kiri dermaga
bila jalan kaki dulu sekitar 10 menit bagus spot snorkelingnya. Akan tetapi kami tidak menemukannya dan jalan lagi
ke arah kanan dermaga yang katanya juga ada spot snorkeling juga. Nah di spot kedua ini cukup dekat dari dermaga, tidak terlalu bagus untuk spot disini, dan terumbu karang disini jarang-jarang
jarak nya. Jadi ikan-ikan pun tidak begitu banyak.
Setelah snorkeling, kami kembali ke cottage,
untuk makan siang yang sudah dimasak oleh awak kapal. Karena saya penasaran
dengan spot snorkeling pertama, saya,
Reza dan Al balik lagi kesana, kata petugasnya ada tanda nya kok dan posisi nya
itu tepat setelah muara kecil. Benar saja ketika sampai, ikan ikan dibibir
pantai pun terlihat banyak. Ternyata posisi nya itu tidak jauh dari posisi kami
awal berenang, memang posisi spot snorkeling ini tertutup dengan pohon yang
tumbuh menutupi bibir pantai, tapi inilah spot snorkeling yang paling bagus di
Pulau Peucang. Dekat bibir pantai pun kami bisa melihat kumpulan ikan-ikan
karang, dan ketika kami mencoba menjauh dari bibir pantai barulah terlihat
surga bawah laut Pulau Peucang. Berbagai macam spesies ikan yang berwarna-warni
dengan terumbu karang sebagai rumahnya menarik perhatian kami. Terumbu karang
disini cukup dekat dengan permukaan air, jadi hati-hati bagi kawan-kawan yang snorkeling disini. Jangan sampai
menginjak terumbu karang dan merusaknya yah, karena terumbu karang itu dalam
jangka 1 tahun hanya dapat tumbuh sekitar 1-5 cm.
Sekitar pukul 16.00 makan
sore, dilanjutkan menuju Cidaon sekitar pukul 17.00, meleset dari target
keberangkatan awal. Jadi lah sampai di Cidaon agak mulai gelap, tetapi kami di
sambut oleh segerombolan burung merak di padang Banteng Cidaon, jadi selain
kami melihat banteng, kami juga melihat segerombolan burung merak. Burung merak
memeng sangat pemalu, apabila kita berisik dan mulai mendekat, mereka satu
persatu mulai kabur, dan sisa tinggal banteng betina saja. Banteng jantan yang
berwarna hitam sedang tidak merumput, mungkin kalau datang sekitar pukul 16.00
WIB akan terlihat. Tiket masuk ke kawasan Cidaon ini Rp. 10.000 per orang nya. Langit pun perlahan mulai menggelap, kami pun harus kembali ke cottage, untuk beristirahat dan mempersiapkan tenaga untuk aktivitas esok hari. Tapi malam itu berubah menjadi tawa, canda dan bahagia menyelimuti kami semua.
Sabtu, 21 April 2013,
tujuan trip hari ini yaitu menuju Tanjung Layar, yaitu dimana terdapat titik 0
KM dari pulau Jawa. Di Tanjung Layar juga terdapat reruntuhan bangunan pada
jaman Belanda, yang dimana terdapat pula penjara bawah tanah. Sekitar pukul
09.15 WIB kami berangkat ke Tanjung Layar, dengan waktu tempuh sekitar 30 menit
dari Pulau Peucang. Tiket masuk ke Tanjung Layar ini sekitar Rp. 15.000 per orang dan untuk tiket speed
boat nya Rp. 200.000 per trip. Kenapa pake
speed boat? dikarnakan perahu kami
tidak bisa bersandar di Cibom, jadi kami harus menaiki speed
boat untuk diantarkan hingga bibir pantai.
Tepatnya di Cibom kami harus memulai tracking ke
Tanjung Layar dengan jarak tempuh sekitar 1 jam. Pohon-pohon dengan umur
puluhan bahkan ratusan tahun pun menemani perjalanan kami, hingga kami bertemu
dengan pohon yang akarnya begitu besar sampai-sampai membentuk trowongan dan
bisa kami lewati. Jejak tapak banteng pun terlihat di jalur yang hendak kami lewati, tak lama
kemudian mercusuar baru pun terlihat dan kami rehat sejenak.
Karena kami tidak membawa persedian air minum, terpaksa kami minum air dari
tampungan yang berada di dekat mercusuar, dari pada kami harus menahan haus dan
dehidrasi.
Titik 0 Km Tanjung Layar
ternyata tidak jauh dari mercusuar baru, hanya berjarak sekitar 10 menit saja
kami sampai di Tanjung Layar. Rumput hijau yang begitu tebal menyambut
kedatangan kami, begitu juga dengan suara debur ombak pantai selatan yang
menghantam karang-karang besar. Pemandangan yang sangat indah, tebing-tebing
karang menjadi pelindung dari terjangan ombak pantai selatan sekaligus menjadi
latar belakang Tanjung Layar. Tidak lupa untuk mengambil foto sejenak di
karang-karang hingga tebing. Sayang nya kami tidak membawa perbekalan, untuk
mengisi tenaga setelah tracking tadi sambil menikmati pemandangan. Kami pun
terpaksa kembali lagi menuju Cibom karena merasa lapar dan haus. Haha.
Sampe di Cibom, kami
diangkut kembali oleh speedboat, kemudian kami menuju spot snorkeling yang bereda di sebalah kiri dermaga. Ternyata ketika
kami sampai di kapal, makan siang pun sudah di masak oleh awak kapal, ikan nya
pun hasil mancing barusan katanya. Sambil menyantap makan siang kami pun
berangkat ke spot snorkeling. Setelah
sampai, kami pun langsung terjun bebas ke air, ikan-ikan pun siap menyambut
kami, begitu juga dengan terumbu karang yang berwarna-warni menambah keindahan
alam bawah laut. Kekecewaan kemarin pun terbalaskan dengan keindahan alam bawah
laut disini. Hampir semua teman-teman terjun bebas kedalam air untuk melihat
keindahan spot snorkeling pulau
peucang ini. Setelah 1 jam ber snorkeling,
dengan berat hati kami harus kembali ke cottage untuk persiapan pulang ke
Tamanjaya lagi. Dengan berat hati juga
kami meninggalkan Pulau Peucang, meninggalkan pasir putihnya, meninggalkan
jernih pantainya, meninggalkan satwa
liarnya dan segala keindahan alamnya. Perjalanan pulang kami pun dihiasi senyum
bahagia dan tawa ceria yang pada akhirnya telah mengenal lebih dalam keindahan
Pulau Peucang. Kapal kami menepi di
Tamanjaya sekitar pukul 18.00 WIB, dan langsung menuju rumah Pak Komar
untuk menyelesaikan pembayaran sewa kapal. Pak Komar dengan baik hati
menyediakan Mobil Elf carteran yang siap mengantar kami ke Serang dengan harga
500 ribu. Karena kalau di Tamanjaya ini mobil angkutan umum hanya beroperasi pada
jam 06.00 WIB dan jam 13.00 WIB dengan jurusan Serang.
Setelah semuanya siap,
kami pun pamit ke Pak Komar, dan siap menuju Serang, tentunya siap menerima dan
menghadapi rusaknya jalan, gelapnya jalan, badan yang terguncang hingga kepala
pusing. Apapun gejala dan akibatnya kami siap menghadapi dengan tubuh yang
sudah lelah dan tidak berdaya ini. Semoga selamat sampai tujuan adalah doa
kami. Alhamdulillah kami sampai di Kota Serang pukul 00.15 WIB, dan kami pun
berpisah titik awal kami berjumpa, terimakasih kawan atas keikutsertaan dan
kebersamaan hari kemarin, semoga kalian semua senang.