Jum’at 29 Maret 2013, jadwal sepedaan kali
ini sudah ditentukan dari minggu kemarin, yaitu sepedaan explore Gunung Aseupan, dengan track Ciomas
- Mandalawangi - Gn. Aseupan – Padarincang. Perjalanan yang memekan waktu
kira-kira 12 jam dengan waktu gowes
kira-kira 6 jam ini cukup membuahkan pengalaman yang sangat menarik. Walaupun trackyang dihadapi penuh dengan
tanjakan, tapi pemandangan yang indah serta single
track di ending perjalanan
membuat kami merasa puas dan senang.
Pagi itu sekitar pukul 07.45 WIB, di tempat
tikum KPP telah berkumpul 7 goweser yang siap explore track Gunung Aseupan. Ada Pak Yopie, Pak Dida, Pak Mars,
Pak Didit, Pak Roni, Aldi dan Saya. Setelah Pak Yopie memberi arahan track dan
membaca doa, kami pun berangkat. Rute track nya sama seperti biasa, melewati
Kota Serang, lalu ke arah Tembong kemudia muncul di jalan Palka Pabuaran. Biasa
nya kami berhenti di Soto Djogja,akan tetapi karena hari jum’at, kami putuskan
untuk rehat di pertigaan pasar Ciomas. Jalan Palka yang konturnya landai
menanjak sudah biasa menjadi santapan kami.Truk-truk pengangkut pasir pun masih
mewarnai jalan ini, yang berujung pada jalan yang semakin hari semakin
rusak.Udara penuh debu dan polusi pun terpaksa kami hirup demi melewati panjang
nya tanjakan ini.Sangat disayangkan, Jalan Palka yang dulu nya terkenal mulus
dan asri kini telah rusak dan berpolusi tinggi. Yang kami inginkan hanya
sederhana, yaitu adanya upaya dari pemerintah
untuk menindak para pengusaha pasir illegal, dan membuat kesepakatan untuk memberikan
kontribusi yang sepadan kepada masyarakat sekitar, seperti meperbaiki jalan yang
rusak .
Sesampainya di pertigaan pasar Ciomas, kami
pun rehat sejenak untuk membeli perbekalan yang cukup untuk menanjak kembali ke
mandalawangi. Karena kami harus mengejar jum’at an di Mandalawangi, jadi sekitar
pukul 10.00 WIB kami berangkat dan langsung di sambut tanjakan sampai ke
pertigaan pasar baru Ciomas, lalu dilanjutkan ke jalan Ciomas-Mandalawangi,
yang dimana kontur tanjakan siap menyapa kami. Sebagian jalan pun udah di beton,
akan tetapi pelapisan beton ini hanya berjarak pendek-pendek. Tanjakan pun
perlahan-lahan mulai bermunculan, sampai akhirnya kami sampai di sebuah masjid
yang cukup bagus untuk menunaikan sholat Jum’at.Padahal masih pukul 11.30 dan
dari masjid itu hanya berjarak 1-2 Km lagi untuk sampai ke pertigaan
Mandalawangi seperti yang direncanakan sholat Jum’atnya di Pesantren Dar
el-Falah. Tetapi rombongan depan pun sudah menepi di masjid ini, dan kami pun
menunaikan sholat Jum’at disini.
Setelah sholat Jum’at, kami melanjutkan
perjalanan untuk makan di warung makan langganan, tepatnya di sebelah
pesantren. Sayangnya pete bakar yang di idamkan pak Dida sudah habis, akan
tetapi ikam mas bakarnya masih ada. Setelah lahap makan dan mengisi persedian
air minum, kami siap untuk memulai gowes menyusuri Gunung Aseupan. Setelah pasar Pari, sekitar 1 kilometer ada
belokan di sebelah kanan. Kami pun berbelok dan tak lama kemudian langsung di
sajikan pemandangan yang luar biasa indanya, subhanallah.Sungguh sangat indah ciptaan Yang Maha Kuasa, jalan di
tengah sawah dan kami dikelilingi oleh latar belakang gunung Aseupan, gunung
Karang dan gunung Pulosari.Kami pun menyempatkan untuk berfoto di pemandangan
seindah ini, kemudian melanjutkan gowes.Kontur disini sebagian jalan lapis
aspal aspel (asal nempel) dan seterusnya makadam.Tanjakan-tanjakan pun sering
kami temui disini yang ditemani keramahan warga.Sampai di tempat pemandangan
sawah yang meningkat dengan batu-batu besar tertanam secara acak diareal persawahan
kami istirahat sejenak.Guyonan-guyonan pun mulai keluar dari mulut para
goweser, ini sudah biasa di komunitas kami.Ini
menandakan bahwa goweser tersebut sudah merasa terlalu lelah yang
ditambah dengan keberadaan yang tidak jelas. Alhasil kami pun tertawa-tertawa
membahas kejadian-kejadian yang baru saja kami alami. Sungguh komunitas sepeda
yang aneh dan kocak, tidak menyesal dehsudah
bisa bergabung disini.
Kurang lebih 1 jam kami menghabiskan waktu
rehat dengan candaan-candaan, cukup memberikan keceriaan disaat lelah
menghadapi banyak tanjakan. Kami pun gowes kembali dan langsung disambut
tanjakan. Tak lama sudah menanjak dan menurun, kami terhenti karena melihat
pancuran air bersih yang mengalir melewati bambu. Warga pun menggunakannya
untuk cuci motor, dan sebagian anak kecil mencuci sepeda.Kami pun tergoda untuk
merasakan seger nya air pancuran tersebut. Sebagian goweser membanjur kepalanya
dengan air pancuran termasuk saya, dan WOW, segar banget. Karena air ini
langsung dari mata air Gunung Aseupan. Setelah itu kami lanjut gowes, dan
disuguhi pemandangan yang luar biasa indahnya.Rawa Danau pun terlihat dari
kejauhan di sebelah kanan kami, dan tebing-tebing pohon hijau Gunung Aseupan
pun tepat di sebelah kiri kami. Tak lama kemudian, kami di bingungkan oleh
pertigaan, kalo saya pribadi meilihat (karena posisi saya di depan), ada tanda
anak panah di tembok yang menunjukan lurus, kemudian saya bertanya kepada warga
sekitar, katanya kalo ke padarincang lurus, belok kiri juga bisa katanya. Kami
pun mengambil jalan yang lurus dan disambut langsung turunan.Setelah melewati
rumah warga, jalan tanah pun menyambut kami begitu juga tutupan pohon-pohon.
Ternyata setelah lihat di GPS, track ini merupakan memotong dan bisa muncul di pasar Padarincang. Tak salah lagi ini adalah single track, kami pun cukup senang
akhirnya menemukan single trackjuga.
Dari mulai memasuki single trackini
sampai unjungnya di villa Curug Dahu kami disuguhkan turunan-turunan curam.
Untungnya tanah pada saat itu kering, jadi
kami pun dengan lancar meuruni nya, coba kalo basah, jadi malah repot
harus menuntun sepeda.
Akhirnya kami sampai di villa Curug Dahu, single track nya luar biasa, sebagian
tanah pada turunan tersebut sudah diberi batu-batu pipih yang ditanam ketanah secara baik, sehingga membuat
tanah bisa didaki maupun dituruni apabila saat hujan. Kami pun terheran-heran
bisa sampai di Curug Dahu, awalnya prediksi kami sampai di desa Kadubereum. Pak
Mars pun yang sepanjang jalan merasa pusing karena tidak nympe-nyampe malah
mengajak kami untuk renang dulu di sungai, padahal sepanjang jalan tadi banyak
pancuran air bersih, dan beliau pun sama sekali tidak mau menyentuhnya dan
memilih untuk berbaring di rumput. Kami pun terpaksa menolak ajakan Pak Mars,
dan memilih untuk segera pulang, karena pada waktu itu jam menunjukan kurang
lebih pukul 16.20 WIB. Setelah sampai di pasar Padarincang, kami mencari mobil
bakter untuk mengankut kami dan sepeda
ke Serang, akan tetapi mobil bakter pun tak kunjung datang. Diputuskan saya dan
Pak Yopie untuk gowes saja ke Serang nya, eh malah yang lain juga ikut gowes
sambil nyari bakter atau angkot katanya.
Jalanan menanjak landai pun siap kami gowes, aksi
balap-balapan pun di lakoni oleh Pak Roni, Aldi dan Pak Didit, saya pun coba
turut serta pada saat jalan sudah mulai menanjak. Ketika saya sudah pada posisi
depan tepat setelah sekolah madrasah Bismillah, saya merasa rombongan belakang
pun tak kunjung terlihat, dan ketika saya sedang lelah-lelahnya menanjak,
muncul lah mobil angkot dengan sepeda dan goweser di dalamnya, pak mars pun
menawarkan saya untuk naik, tapi saya menolak karena sudah janji sama Pak Yopie
untuk gowes sampe Serang, kemudian mereka pun melaju menuju Serang duluan.
Ketika sampai di pertigaan pasar Ciomas yang lama, saya pun langsung
menghampiri warung baso, karena perut mulai terasa perih kelaparan. Tak lama
kemudian Pak Yopie pun datang, dan langsung membeli air minum di toko sebelah.
Setelah menyantap baso dan mebeli persedian air minum, saya dan Pak Yopie pun
melaju ke arah Serang, dengan bonus turunan yang cukup membantu. Karena hari
sudah gelap, kami pun berhati-hati dan pelan-pelan dalam menggowes, yang kami
utamakan adalah keselamatan.Karena mengingat jalan Karundang sudah sepi dan
gelap, maka kami putuskan untuk lewat Palima, kemudian berbelok ke arah Serang
dan saya pun berpisah dengan Pak Yopie di pertigaan sempu, karena saya ada
urusan dan harus melewati jalan Ahmad Yani. Alhamdulillah
saya sampai dirumah pukul 20.00 WIB dengan total jarak gowes sampai 90 Km. Ternyata
hanya selisih 30 menit sampai di rumah dengan rombongan yang naik angkot.
Menurutku ini jadi pertanyaan, sebenernya dimana titik kelambatan yang naik
mobil angkot?Padahal sebelum sampe Ciomas mereka sudah naik angkot dan melaju
terlebih dahulu, dan saya malah berhenti untuk makan dulu.But, overall perjalanan yang sangat mengesankan, banyak cerita
dibalik perjalanan, banyak canda yang menemani perjalanan, dan
yang terpenting sampe dirumah dengan selamat Alhamduillah.
0 komentar:
Posting Komentar