Cappuccino

Cappuccino adalah minuman khas Italia yang dibuat dari espresso dan susu. Cappuccino mempunyai rasa dan aroma yang khas, selain itu para barista dapat menciptakan seni latte pada microfoam, menciptakan desain-desain tertentu seperti apel, hati, daun, dan rangkaian.

Tari Legong dari Bali

Legong merupakan sekelompok tarian klasik Bali yang memiliki pembendaharaan gerak yang sangat kompleks yang terikat dengan struktur tabuh pengiring yang konon merupakan pengaruh dari gambuh.

Rawa Danau dengan segala keindahannya

Rawa Danau adalah Kawasan hutan seluas 2.500 ha yang ditetapkan sebagai Cagar Alam. Rawa Danau merupakan rawa yang terluas di Pulau Jawa dengan segala keindahan alam yang masih terjaga.

SXC2 (Serang XC Community)

Serang XC Community adalah komunitas sepeda gunung yang berada di Serang-Banten. Komunitas ini berdiri dengan tujuan silaturahmi sesama goweser dan mendukung juga gerakan go green.

Gabson Family

Gabson Family adalah sekumpulan manusia yang mempunyai banyak kekurangan dan berusaha menutupi kekurangan itu satu sama lain. Dari kekurangan itulah kami menjadi sebuah keluarga.

Senin, 19 September 2011

SXC2 Gowes ke Tanjung Lesung

Assalamualaikum Wr. Wb.
Hallo goweser, Long Time No See sejak Night Riding di bulan puasa kemarin. Bagaimana kabar goweser semuanya? Semoga baik-baik saja dan selalu di berikan kesehatan oleh Allah SWT dan semoga juga masih pada inget cara gowes yang benar, heheh. Sabtu 10 September 2011, jadwal yang sudah tertera di halaman Facebook, yang dibuat oleh Pak Supri Yadi yang berisi “Event Gowes Perdana Lebaran, ke Tanjung Lesung”. Seluruh anggota SXC2 dan orang lain pun di Invite oleh Pak Supri, dan ternyata hasilnya hanya 13 orang yang Attending (ikut serta), dan itu pun  hanya 7 orang SXC2, sisanya ibu-ibu & bapak-bapak yang saya tidak kenal,hahah. Ternyata hasilnya yang berkumpul di Alun-alun ada Kang Ola, Pak Supri, Pak Dodo Cozmic, Rinto (goweser dari Cilegon, temennya Akbar), Pak Yopi, Pak Even, Pak Kusnanto, Pak Roni, Pak Darno (datang dengan menggunkan mobilnya), Pak Dida, Pak Maul, Teh Rina dan Saya. Pak Dida, Pak Maul dan Teh Rina tidak ikut gowes ke Tanjung Lesung, katanya mereka mau gowes ke Pulau Burung saja. Jadi Pada Hari itu SXC2 terbagi menjadi 2 kubu gowes. Karena lama menunggu Pak Didit yang tak kunjung datang, diputuskan untuk menunggu di simpang lima ciracas. Pukul 7 lewat kami mulai berangkat setelah berdoa dan di lepas oleh Pak Dida.
Sampai di simpang lima Ciracas, akhirnya Pak Didit datang juga. Perjalanan kami di lanjutkan melintasi Jalan Lingkar Selatan dan di teruskan ke Jalan Sayabulu hingga Karundang. Di Karundang kami berpisah dengan Pak Even, yang dikarenakan siangnya ada acara keluarga. Kami lanjutkan perjalanan melintasi Jalan Bongla, Karundang lalu keluar di Jalan Palka, Pabuaran. Perjalanan mulai terasa berat ketika kami melintasi Jalan Palka ini, karena kontur jalan yang sedikit demi sedikit mulai menanjak hingga pasar ciomas, ditambah mobil-mobil truk pengangkut pasir yang cukup banyak sehingga debu dan polusinya mengganggu pernapasan kami. Tanjakan landai panjang ini cukup menguras tenaga kami, sehingga seperti biasa terjadi seleksi alam.
Pit Stop pertama kami adalah warung di depan SMPN 1 Pabuaran. Kami rehat sejenak dengan sajian teh manis hangat untuk menggantikan tenaga yang terkuras saat menanjak tadi. Disini kami dapat kabar dari Pak Didit, bahwa Pak Yopie tidak bisa mengikuti perjalanan ke Tanjung Lesung, dikarnakan RD & FD nya bermasalah. Berkulanglah 1 goweser perjalanan menuju Tanjung Lesung. Jadi yang Berangkat ke Tanjung Lesung ada 8 orang, yaitu Pak Supri, Kang Ola, Pak Dodo Cozmic, Pak  Kusnanto, Pak Didit, Pak Roni,  Rinto dan Saya. Yang saya heran adalah Pak Didit, sebelumnya Pak Didit bilang katanya beliau sama Pak Roni hanya ikut gowes setengah perjalanan saja, akan tetapi malah ikut gowes sampai Tanjung Lesung nya. Luar biasa untuk Pak Didit dan Pak Roni, gowesnya semakin hebat, bahkan yang buat Undangan Gowes Ke Tanjung Lesung nya saja selalu di belakang, heheh.
Setelah kurang lebih 30 menit rehat, kami harus melanjutkan perjalanan, dan tentunya kami masih harus menanjak melewati Pasar Ciomas yang sangat padat dan sempat terjadi kemacetan.  Padahal pihak pemerintah sudah menyediakan lahan untuk pasar tersebut, agar tidak padat dan tidak terlihat kumuh, dikarnakan pasar tersebut dekat dengan SMAN  1 Ciomas dan tata letak pasar nya juga acak-acakan dikanan kiri jalan. Setelah melewati Pasar Ciomas, kami tetap berada di Jalan Ciomas arah Mandalawangi. Kontur jalan disini mulai naik turun, jalanan nya pun rusak berlubang dan berdebu. Bahkan  beberapa orang warga terlihat sedang menimbun jalan  yang berlubang dengan tanah. Nah itulah yang menyebabkan jalanan nya berdebu. Karena kami tidak begitu tahan dengan keadaan seperti itu maka kami putuskan untuk rehat sejenak sambil menunggu Pak Supri dan Pak Kusnanto. Kami  rehat di desa Ujung Tebu, tempat yang kami singgahi adalah warung sederhana dipinggir jalan yang menjual aneka makanan khas desa (buras, pisang goreng dll) dengan harga Rp. 1000 dapet 3, ternyata masih ada ya yang jual dengan harga semurah itu. Langsung saja saya mengambil sebanyak mungkin, untuk mengisi kekosongan perut saya. Pak Supri dan Pak Kusnanto pun datang, kata Pak Supri Hub nya sedikit bermasalah, jadi agak berat gowesnya. Ketika kami sedang berbincang-bincang, Ternyata oh ternyata disebelah warung yang kami singgahi terdapat warung gado-gado yang dimana disebelah ibu penjual gado-gado itu duduklah seorang perempuan cantik umuran ±20 tahunan.  Cantiknya alami, putih, dan tampak terlihat malu-malu ketika salah satu dari kami mencoba memfotonya. Langsung saja perempuan itu menjadi topik pembicaraan kami secara diam-diam. Disini Kang Ola langsung memainkan perannya, entah itu mau nanya arah tujuan atau pura-pura mau beli gado-gado,hahaha. Sayang sekali waktu rehat kami disini tidak lama, karena perjalanan kami masih panjang. Mungkin kapan-kapan bisa kembali lagi kesini, tentunya bukan karena teteh nya, tapi karena buras yang harganya Rp.1000 dapet 3,heheh.

Tidak jauh dari tempat kami rehat tepatnya di Kampung Peuteuy, kami melihat pemandangan indah dengan background Gunung Bali, akan tetapi lahan luas yang menjadi tempat pemandangan ini adalah pemakaman warga sekitar. Tak apalah untuk sekadar berfoto sejenak, semoga aja tidak ada yang miluu (ngikut) deh di fotonya,hihihi. Setelah berfoto, kami melanjutkan perjalanan. Kontur jalan kembali sedikit menanjak dan jalanan masih rusak. Ketika mulai memasuki daerah Mandalawangi turunan landai menyapa kami, jalanan pun tampak bagus dan sebagian sudah mulai di lapisi aspal baru. Saking enaknya turun, kami pun tidak menengok rombongan belakang. Diputuskan untuk menunggu yang dibelakang sambil foto-foto lagi dengan background Gunung Pulosari. Pak Didit dan Pak Roni pun datang dan katanya sudah menunggu lama Pak Supri dan Pak Kusnanto di belakang, tapi tak muncul juga. Karena hari semakin siang, maka kami putuskan untuk menunggu di pertigaan Mandalawangi yang tidak jauh lagi. Akan tetapi ketika kami sampai di pertigaan Mandalawangi, Pak Supri dan Pak Kusnanto tak kunjung datang, sudah di telpon dan SMS pun tak ada respon. Yasudah kami putuskan mencari masjid untuk sholat dzuhur dan sambil menunggunya. Panas terik dan udara yang sejuk kini menemani kami, pemandangan pun tampak indah dan tenang. Bagaimana tidak indah dan tenang, lihat saja dikelilingnya, didepan belakang dan kanan kiri terdapat gunung-gunung, padi hijau menghampar luas dikanan kiri jalan.  Memang salah satu tempat yang cocok untuk hari tua. Akhirnya kami menemukan masjid juga, karena masjidnya agak menjorok dari jalan, maka saya menunggu Pak Supri dan Pak Kusnanto di warung pinggir jalan sebelah masjid, takut beliau nya kebablasan dan tidak melihat.

Setelah menunggu lama, akhirnya Pak Supri dan Pak Kusnanto datang juga, dan ternyata mereka tadi makan mie dulu di warung. Pantas saja tadi Pak Didit dan Pak Roni nungguin ga nongol-ngongol. Masjid ini terletak di Jalan Mandalawangi, Desa Cilentung, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pandeglang. Di samping masjid ini sedang dibuat semacam tempat belajar-mengajar warga (semacam sekolah), yang katanya pembangunan itu atas inisiatif pemuda Desa Cilentung. Mereka sangat membutuhkan bantuan dana, karena dana nya kurang mencukupi. Jadi apabila ada kerabat yang ingin berinvestasi amal, silahkan bisa sumbangkan ketempat tersebut. Setelah sholat dzuhur dan foto-foto, kami melanjutkan perjalanan. Kira-kira tidak jauh dari Masjid tadi, kami langsung saja di kagetkan dengan turunan yang sangat terjal. Walaupun jalan aspal halus, tetap saja turunan ini sangat mengerikan dan sangat memacu adrenalin. Yang kami takutkan adalah takut ada orang atau kambing lewat begitu saja. Pasti bakalan ngerem mendadak terus ngesot dan jatuh atau ngejungkel terus ngeguling-guling, sangat tidak kami harapkan. Alhamdulillah teman-teman SXC2 sangat bisa mengendalikan sepedanya, turunan terjal yang panjangnya ±7 Kilometer bisa kami kendalikan, dan itu sangat memacu adrenalin kami. Turunan panjang ini memacu sepeda kami hingga 77 Km/jam. Bayangkan saja turunan sepanjang ±7 Kilometer bro. Kalau udah turunan seperti ini tuh kaya nya sepedaan tuh sangat menyenangkaaaaan sekali. Terbukti pada wajah-wajah goweser yang pada saat turunan terlihat senyum, senang dan bahkan tertawa-tawa. Padahal mah Tanjung Lesung nya masih jauh tuh, baru juga setengah perjalanan, eh malah udah pada seneng-seneng aja,hahaha. Akhirnya Turunan panjang ini berakhir di pertigaan Jiput. Setelah turunan panjang tadi kami langsung memarkirkan sepeda di warung mie ayam baso, mengingat dari tadi kami belu makan siang. Yang sangat mengejutkan adalah Kang Ola, dimana-mana kalo perjalanan jauh pasti punya tempat untuk mampir, entah itu ke si Ema, teman, sodara bahkan sampe adik ipar istrinya. memang Kang Ola doank yang..…? (kira-kira apa ya sebutan yg pantas buat Kang Ola?)

Baso pun kini menambah energi kami untuk melanjutkan perjalanan, setelah makan kami siap kembali gowes. Dari pertigaan Jiput kami belok kiri, melintasi Jalan Cening, Desa Cipicung menuju ke Jalan Raya Labuan. Setelah sampai di Jalan Raya Labuan kami belok kanan ke arah Labuan. Jalan ini terkenal dengan mobil bus Asli dan Murni yang selalu balap-balapan, seakan jalanan punya mereka. Jadi Goweser yang melintasi jalan ini haruslah berhati-hati. Situ Cikendal pun kami lewati, padahal spot bagus untuk berfoto tuh. Situ Cikendal adalah salah satu objek wisata yang cukup berpotensi, akan tetapi pengelola nya tidak cukup seirus dalam mengelola objek wisata tersebut, semisal dari fasilitas-faslitasnya. Ditengah perjalanan kami berpapasan dengan Om Dodo Chupet, katanya beliau abis dari Bu Entin, dikira teh kami mau nawarin jintan hitam nya,heheh. Setelah itu kami melewati Terminal Labuan yang penuh dengan Bus Asli, mungkin terminal itu menjadi markas dari Bus Asli, akan tetapi tidak terlihat sama sekali Bus Murni disana. Tidak jauh dari terminal kami sampai di petigaan Labuan. Kami kembali rehat sejenak untuk membeli minum yang sudah habis. Perjalanan kami dari pertigaan Labuan sampai Tanjung Lesung kira-kira ±26 Kilometer lagi. Walaupun track nya datar dan beraspal, akan tetapi angin pantai tidak boleh diremehkan. Setelah membeli air minum, kami lanjutkan perjalanan, dan langsung saja terlihat di kanan jalan PLTU Labuan. Kami pun berfoto sejenak sebagai bukti otentik. PLTU yang di resmikan pada 28 Januari 2010 oleh Presiden ini tampak berdiri gagah. Setelah berfoto di PLTU Labuan kami kembali gowes di Jalan Panimbang – Labuan. Kontur jalan nya datar dan beraspal, akan tetapi angin pantai yang begitu kencang menjadi hambatan kami. Gowes pun terasa berat, kalo kata Pak Dodo cozmic masih mending tanjakan daripada datar ngelawan angin begini. Jembatan-jembatan pun akrab menyapa kami sepanjang perjalanan ke Tanjung Lesung, sekitar ±6 jembatan kami lewati. Salah satunya adalah jembatan panjang di Panimbang, dikira saya fly over, eh ternyata jembatan. Sampai di pasar Panimbang kami membeli perbekalan di minimarket, karena di Tanjung Lesung pasti makanan nya mahal-mahal. Waktu sudah menunjukan pukul 16.45, perjalanan kami tinggal ±8 Kilometer lagi sampai ke Tanjung Lesung dan target sampai disana pas sunset. Sepeda kami pun kembali digowes, masih track datar dengan melawan angin pantai. Pemandangan sepanjang jalan adalah lautan yang menghampar luas tepat disebalah kanan kami. Banyak juga warga yang sedang mancing, menjala, berfoto bahkan pacaran dipinggir pantai sepanjang jalan.

Terlihat dari kejauhan papan petunjuk arah, belok kiri ke Cibaliung dan lurus ke Tanjung Lesung. Akhirnya sebentar lagi sampai juga, akan tetapi matahari mulai tenggelam. Lumayan cukup jauh juga dari papan petunjuk arah tadi sampai ke depan gerbang pos satpam Tanjung Lesung. Sebagian goweser berfoto dahulu di banner Welcome to Tanjung Lesung Beach Resort, saya malah lanjut gowes sampai gerbang pos satpam nya dan sampai duluan, kira-kira pukul 17.50.  Disusul dengan Pak Dodo cozmic, kemudian Saya dan Pak Dodo cozmic masuk duluan meninggalkan rombongan belakang, dan menuju Beach Club. Sampai depan Beach Club kami berfoto dulu di papan nya. Mobil-mobil wisatawan pun pada keluar dari Beach Club, karena hari sudah mulai gelap. Walaupun mulai gelap, Saya dan Pak Dodo cozmic coba masuk ke Beach Club nya. Ketika sampai, keadaan nya tampak sepi, para wisatawan sudah kembali ke mobilnya masing-masing. Tak disangka masih ada 2 perempuan abg (yang satu cantik putih dan kurus, yang satu lagi lumayan dan gemuk) yang sedang berfoto, lalu ketika saya dan Pak Dodo Cozmic coba memarkirkan sepeda tidak jauh dari perempuan tadi, eh salah satu dari perumpuan tadi (yang cantik nya) minta foto bareng kami berdua. Biasa nya sih goweser yang minta foto bareng, eh sekarang malah terbalik, udah kaya atlit sepeda aja nih,wkwkwk. 2 perempuan tersebut dari Tangerang, sedang berlibur di Tanjung Lesung bersama teman-temannya. Setelah berfoto, 2 perempuan tersebut pamit hendak pulang. Sesaat setelah perempuan tersebut pulang Pak Supri menelpon saya, dan katanya suruh balik lagi ke gerbang, eh pas saya bilang ada perempuan disini nih lagi foto bareng, dan langsung saja menjawab oke kita kesana,hahah. Ketika mereka datang, perempuan tadi pun sudah pulang, dan memang udah rezeki saya dan Pak Dodo cozmic,heheh.
Perjalanan yang sangat melelahkan, Akhirnya kami SXC2 sampai juga di Tanjung Lesung, total perjalanan mencapai ±110 Km. Biasa dibilang perjalanan gowes kali ini adalah perjalanan gowes tanpa perhitungan. Goweser-goweser haus akan explorasi yang semenjak puasa kemarain tidak gowes. Hasilnya kita biasa lihat sendiri, wajah-wajah goweser kini terlihat sadness abis, karena memikirkan izin gowes yang diberikan istri, terkecuali saya dan Rinto yang masih free. Memang orang gila saja yang ke Tanjung Lesung Gowes, yang lain mah pada naik mobil / motor bareng keluarga nya, ini mah malah gowes. Pak Supri aja yang bikin Undangannya malah ga tau mau ngapain selanjutnya kalau sudah sampe di Tanjung Lesung nya. Mau pulang gowes masih pegel, cukup taulah rasa nya tadi gowes dari Serang sampai Tanjung Lesung gimana, ga usah di ulang lagi. Pokoknya bingung aja mau pulang nya gimana. Mungkin Pak Didit dan Pak Roni cukup menyesal sudah ikut sampai kesini, padahal mereka niat nya hanya setengah perjalanan. Begitu juga dengan Pak Kusnanto yang katanya besok ada acara Kuis di kantornya. Keadaan ini diper parah dengan kencangnya angin pantai yang sangat menusuk ke badan kami, sehingga sebagian goweser harus merangkap baju nya. Walaupun keliatanya tampak lelah, bingung dan kedinginan, kami masih tetap ceria untuk berfoto-foto dahulu. Dan Alhamdulillah, sodara Pak Roni ada mobil bakter yang siap antar kami hingga ke Serang. Masalah biaya belakangan yang penting kami biasa pulang ke Serang  hari ini juga. Sambil menunggu mobil datang, kami mengeluarkan makanan yang di beli tadi, karena cafĂ© di Beach Club ini sudah pada tutup sejak pukul 17.00 tadi. Sebenernya kalau datang ketempat ini sorean aja, pasti pemandangannya sangat bagus. Banyak spot-spot bagus untuk berfoto, dan tentunya juga banyak wisatawan yang cantik-cantik,heheh. Mungkin lain kali jikalau ada gowes Tanjung Lesung Part 2, harus dengan perhitungan. Jangan seperti ini deh, tanpa perhitungan.

Setelah sekian lama kami bercengkrama dan berfoto-foto, akhirnya mobil jemputan datang juga. Langsung saja kami loading sepeda-sepeda kami ke atas bakter. Mobil bakter yang segitu kecil, bisa muat 8 sepeda dengan 7 orang berada di bakter. Masing masing goweser pun mengatur posisinya sendiri, ada yang bisa duduk bahkan ada yang berdiri terus sampai ke Serang, seperti Kang Ola dan Rinto. Kurang lebih pukul 21.00 kami pergi meninggalkan Tanjung Lesung dan menuju ke Serang. Walaupun meski harus sempit-sepitan, tapi kami tetap senang. Karena akhirnya bisa gowes ke Tanjung Lesung juga, dan bisa merasakan sensasi mengendarai sepeda hingga kecepatan 77 Km/jam. Sebuah pengalaman yang tak bisa terlupakan. Finally, Kami SXC2 berhasil dalam ekspedisi gowes ke Tanjung Lesung, dengan skuad goweser: Pak Supri, Kang Ola, Pak Dodo cozmic, Pak Didit, Pak Roni, Pak Kusnanto, Rinto dan Vito. Alhamdulillah, kami tiba di Serang ± pukul 00.00, dan kami pun langsung pulang menuju rumah masing-masing dengan membawa lelah, senang, rasa penasaraan terbayar dan bahkan rasa takut akan istri dirumah,heheh. Semoga saja sepeda-sepeda nya ga di gergaji ya Pak…


Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More