Cappuccino

Cappuccino adalah minuman khas Italia yang dibuat dari espresso dan susu. Cappuccino mempunyai rasa dan aroma yang khas, selain itu para barista dapat menciptakan seni latte pada microfoam, menciptakan desain-desain tertentu seperti apel, hati, daun, dan rangkaian.

Tari Legong dari Bali

Legong merupakan sekelompok tarian klasik Bali yang memiliki pembendaharaan gerak yang sangat kompleks yang terikat dengan struktur tabuh pengiring yang konon merupakan pengaruh dari gambuh.

Rawa Danau dengan segala keindahannya

Rawa Danau adalah Kawasan hutan seluas 2.500 ha yang ditetapkan sebagai Cagar Alam. Rawa Danau merupakan rawa yang terluas di Pulau Jawa dengan segala keindahan alam yang masih terjaga.

SXC2 (Serang XC Community)

Serang XC Community adalah komunitas sepeda gunung yang berada di Serang-Banten. Komunitas ini berdiri dengan tujuan silaturahmi sesama goweser dan mendukung juga gerakan go green.

Gabson Family

Gabson Family adalah sekumpulan manusia yang mempunyai banyak kekurangan dan berusaha menutupi kekurangan itu satu sama lain. Dari kekurangan itulah kami menjadi sebuah keluarga.

Senin, 28 Maret 2011

Curug Gendang memang Gendeng


Assalamulaikum Wr Wb, salam sejahtera untuk kita semua, semoga Allah SWT memberikan kesehatan untuk kita semua agar tetap bisa menjalakan aktivitas sepedaan bareng SXC2, Amin. Sabtu 8 Januari 2011 merupakan sabtu kedua dari awal bulan pada tahun baru kali ini. Rute kali ini sudah ditentukan dan Pak Agus juga sudah mengundang Teman-teman di Facebook untuk ikut serta dalam gowes kali ini menuju Curug Gendang yang katanya sih di daerah Anyer (tapi kenyataannya sih di Carita bukan di Anyer). Jarak tempuh yang diperkirakan yaitu 56 Km (tapi kenyataannya juga tidak segitu).
Pagi itu cuaca mendung, dan ini sangat mendukung untuk beraktivitas gowes hari ini. Tepat pukul 07.00 di meeting point halaman KPP sudah berkumpul 12 goweser yang siap mengeksplore Curug Gendang, pada barisan pertama terdiri dari Pak Mars, Pak Yusman, Pak Agus, Pak Hendra, Pak Imam, Pak dodo Chupet, Pak Ras, Pak Tata (temanya Pak Ras), Pak Kusnanto, Pak Andri (sepertia biasa hanya absen)  dan saya (Vito). Lalu disusul dengan barisan kedua, yaitu Pak A’i dan Pak Koes. Setelah barisan kedua tidak ada lagi yang datang ke meeting point. Nampaknya Setelah liburan akhir tahun, goweser kali ini makin menurun, apa mungkin track nya yang sangat jauh?. Tapi tidak bagi anak muda, sudah lama ga gowes setelah pasca kehilangan barang berharga yang mengakibatkan stress stadium 3 membuat saya ingin refreshing bareng SXC2 untuk gowes ke Curug Gendang. Dan hasilnya, stress pun mulai sedikit hilang.
Setelah berhitung dan berdo’a demi keselamatan perjalanan, kami pun berangkat menuju Curug Gendang, dengan rute menyusuri jalan alternatif Serang-Cilegon lalu ke jalan lingkar selatan PCI dan diteruskan ke Anyer. Di Kramatwatu kami pun bertemu Pak Topik dan Pak Supri yang sudah menunggu, sebelum melanjutkan perjalanan para goweser mengisi perbekalan yang di beli dari market tepat kami bertemu Pak Supri dan Pak Topik. Disini Pak Ras memborong banyak air mineral dan roti-roti, wah pak, mau sepedaan atau berkemah pak? Hehe,, Ada laporan bahwa Pak Agung akan ikut serta gowes ke Curug Gendang, katanya beliau sedang menyusul menuju Kramatwatu. Setelah Pak Agung datang kami pun berfoto sejenak, dengan 14 goweser yang sudah dilengkapi perbekalan, kami siap menuju Curug Gendang.
Perjalanan kami lanjutkan kembali hingga ke Jalan Lingkar Selatan, disini gerimis pun menemani perjalanan kami kali ini sampai ke Anyer. Jalanan onroad pun kami libas secepat mungkin, walaupun gerimis yang lama-lama menjadi hujan membasahi tubuh kami. Tak disangka Pak Dodo Chupet melesat dengan cepat dan tepat berada di posisi pertama hingga akhir Jalan Lingkar Selatan ini. Biasanya kan Pak Dodo Chupet berada di belakang. Mungkin kata Pak Topik berkat si Jintan Hitam yang di konsumsinya, hehe.
Sesampainya di Kawasan Industri Cilegon yang merupakan akhir dari Jalan Lingkar Selatan, kami rehat sebentar sambil menunggu rombongan belakang. Setelah semua berkumpul, kami pun melanjutkan perjalanan kami mengingat sudah pukul ±9 dan jarak tempuh pun masih jauh. Disini hujan masih menemani perjalanan kami. Kami menyusuri jalan yang dikiri dan kanan nya berdiri Pabrik-pabrik Industri. Sebagian dari pabrik-pabrik ini mengeluarkan gas kimia yang beraroma tak sedap untuk dihirup.
Keluar dari kawasan industri akhirnya kami sampai di Anyer, Kabupaten Serang. Anyer merupakan tempat wisata pantai yang berada di Kabupaten Serang. Disini banyak sekali berdiri Villa-villa dan Hotel-hotel dari kelas melati hingga bintang lima. Banyak orang-orang dari luar kota Serang yang berlibur ke Anyer, kebanyakan dari mereka orang-orang kaya yang mempunyai Villa sendiri. Memang pantai di Anyer ini merupakan tempat yang paling tepat untuk berekreasi bareng keluarga. Karena di pantai kita bisa melepas semua rasa beban dan penat didalam diri kita. Tapi sayangnya pantai di Anyer sekarang sudah mulai kotor, akibat pencemaran limbah pabrik dan masyarakat yang buang sampah sembarangan ke pantai. Maka dari itu kita jaga lingkungan kita, jaga alam kita agar tetap bersih dan lestari, karena semua itu juga demi kebaikan kita semua sebagai manusia yang menikmati indahnya alam ini.
Memang sangat menyenangkan gowes sepeda sambil melihat indahnya pantai yang membentang luas di sebelah kanan kami. Mercusuar pun masih berdiri tegak, walaupun Mercusuar ini didirikan oleh Belanda Pada tahun 1885, tepat 2 tahun setelah Gunung Krakatau meletus  (1883). Saking asyik nya menggowes di kecepatan ±25Km, sampai-sampai saya dan Pak Supri tak sadar telah meninggalkan jauh rombongan belakang. Lalu saya berhenti di warung pinggir jalan untuk membeli roti sebagai ganjel perut sementara, dan Pak Supri pun mencoba menelpon rombongan belakang, sebelumnya rombongan belakang menelpon Pak Supri beberapa kali dan tidak diangkat karena sedang gowes. Setelah di telpon, dapat kabar bahwa salah satu goweser di belakang terjatuh dan kami pun diminta balik arah lagi. Disini Pak Supri langsung parno, karena beliau pernah mengalami hal serupa pada saat touring sepeda motor ke Malimping, yang merenggut nyawa temannya karena kecelakaan. Katanya beliau itu trauma kalo misalkan disuruh balik lagi apablia ada yang kecelakaan. Pak Supri dan Saya pun mau balik lagi menyusul teman-teman dibelakang, akan tetapi pas ditelpon kedua kali untuk menanyakan tempat lokasinya dan ternyata eh ternyata katanya ada goweser yang perutnya keram jadi berhenti dulu di warung buat makan #gubrakk (¬_¬”). Alhamdulillah tidak ada yang kecelakaan, tapi lain kali kalau kasih Info nya yang jelas ya, biar bisa langsung ambil tindakan (begitu juga info Curug Gendang yang katanya 56KM, haha) . Lalu saya dan Pak Supri menunggu di pertigaan Cinangka tepatnya jalan yang mau ke Padarincang. Sambil menunggu, saya dan Pak Supri makan Baso dulu. Ketika mau menagambil sambal, ternyata sambalnya  kebanyakan air, sedangkan cengek dan cabenya sedikit. Ini merupakan dampak dari naiknya harga cabe dipasaran yang mencapai 100 ribu/Kg nya, sungguh sangat memprihatinkan bagi yang pedas lover. Karena tidak bisa menikmati pedasnya cabe akibat pedasnya harga cabe di pasaran.
Setelah menyantap baso, kami berkumpul kembali dan melanjutkan perjalanan kembali. Matahari pun kembali menyinari alamnya. Kami pun begitu bersemangat setelah perut kami diisi dengan beberapa makanan. Tidak hanya pantai Anyer saja yang ramai di kunjungi wisatawan, akan tetapi Karang Bolong juga ramai dikunjungi. Yap, kami baru saja melewati Karang Bolong yang konon katanya karang yang mempunyai lubang besar seperti pintu gerbang ini bolong akibat letusan Gunung Krakatau.  setelah Karang Bolong, hotel-hotel dan villa-villa sangat jarang kami lihat lagi, tidak seperti di kawasan pantai Anyer yang berjejeran hotel-hotel dan villa-villa di pinggir jalan. Mungkin di daerah Karang Bolong pantainya jarang pasir melainkan banyak karangnya. Di suatu pantai yang pasirnya membentang luas, kami rehat sejenak untuk berfoto dulu. Setelah berfoto kami lalu melanjutkan perjalanan menyusuri jalan raya pantai Karang Bolong, sampai pada 56 Km yang ditunjukan odometer di sepeda kami, dan disini para goweser mulai bertanya-tanya, “ini kan udah sampai 56Km malah udah lebih, tapi kok Curug Gendang nya ga ada??” . info tentang 56 Km itu ternyata salah, pada kenyataannya 56 Km itu hanya sampai pada jalan di Karang Bolang. Sebelumnya juga sebagian Goweser ada yang bertanya kepada warga di sekitar pasar Anyer tentang dimana letak Curug Gendang, dan mereka tidak mengetahuinya. Ini juga merupakan fakta bahwa Curug Gendang bukan terletak di Anyer melainkan di Carita.
Kami tetap menggowes sepeda kami menyusuri jalan pantai Karang Bolong sampai menembus batas Kab.Pandeglang, ya kami sudah mulai memasuki kawasan Pantai Carita di Kab.pandeglang. Sambil menyusuri jalan kami melihat kawasan wisata Pantai Matahari Carita yang dulu merupakan tempat yang cukup ramai di kiunjungi wisata lokal maupun luar kota, akan tetapi sekarang tempatnya sudah tidak di urus lagi, dan tampak agak kumuh. Sabil melihat pemandangan disekitar pinggir jalan akhirnya kami sampai juga di gerbang menuju Curug Gendang, gerbang  ini terletak di pinggir jalan tepatnya di depan Pantai Mutiara Carita. Dari Gerbang menuju Pos Jaga di atas sekitar 2 Km. Sebelum melanjutkan perjalanan kami melakukan Ibadah Dzuhur dulu, sementara Pak Mars sibuk membenarkan FD nya, abis sepeda nya sering di banting-banting sih, jadi ngambek kan tuh sepdanya. Karena kawat FD nya putus, terpaksa Pak Mars mencari kawat pengganti di bengkel motor sekitar. Setelah sholat dzuhur Pak Agus membeli perbekalan makan siang untuk di Curug Gendang, sementara Pak Supri terpaksa harus pulang duluan karena ada Undangan.
Setelah semuanya siap, kami pun melanjutkan perjalanan. Sekitar 2 Km lagi kami harus mengowes sepeda kami, kontur jalan disini makadam ringan dan agak sedikit menanjak. Di samping kanan dan kiri kami tumbuh besar pohon-pohon yang umurnya puluhan sampai ratusan tahun, dan di setiap jenis pohon itu ditempeli papan dan di beri nama, ini merupakan bentuk informasi  kepada pengunjung, mengingat Kawasan disini merupakan Taman Wisata Alam. Tepat ditengah perjalanan terdapat persimpangan jalan, lalu kami memilih kearah kanan yang jalan nya menanjak. Sesampainya di atas kami ternyata salaha jalan, ternyata disini merupakan tempat penginapan atau peristirahatan???? . Lalu kami kembali menuju ke persimpangan jalan tadi, dan ternyata dipersimpangan itu sudah ada bapak yang akan memandu kami sampai ke Pos Jaga Curug Gendang. Disini kami diberi informasi dan untuk memasuki kawasan Curg Gendang kami dipungut biaya per orang Rp. 2500. Setelah itu kami lanjut menggowes ke Pos Jaga harus menempuh jarak 1 Km, dengan kontur jalan makdam dan menanjak dan banyak pula jalan yang bolong akibat longsor. Di sepanjang jalan ini terdapat banyak monyet-monyet yang bergelantungan dari pohon ke pohon, kiri kanan jalan ini masih di tumbuhi pohon-pohon besar yang menutupi jalan dari sinar matahari, kami pun mendengar suara kecil air terjun entah darimana asalnya. Sesampainya di Pos Jaga, saya, Pak Agus, Pak A’I, Pak Agung, Pak Tata dan Pak  Kusnanto rehat sebentar, sambil menunggu rombongan belakang, akan tetapi yang di tunggu pun tak kunjung tiba, mungkin rombongan belakang berhenti untuk istirahat dan makan. Nasi yang di beli dan direncanakan untuk makan di Curug Gendang nya, akhirnya kami makan juga ketika di Pos Jaga, karena pikir kami rombongan belakang juga pasti makan dulu, mengingat tanjakannya cukup berat. Setelah menunggu lama akhirnya muncul juga rombongan belakang sambil menuntun sepedanya melalui jalan pintas yang di beri tahu oleh warga, ada-ada aja ide gilanya nih, heheh.
Dari Pos Jaga ini kami harus jalan kaki untuk menuju Curug Gendang, kira-kira 1 Km dan biasanya ditempuh dengan waktu 30 menit. Kami diberi pengarahan terlebih dahulu sebelum memulai tracking, katanya apabila cuaca mulai mendung kami harus pulang dikarnakan takut terjadi longsor yang bisa memutuskan jalan, dan kami pun harus kembali lagi sampai tepat pukul 16.30. Terpaksa sepeda kami titipkan di Pos Jaga, dan kami pun tracking menuju Curug Gendang. Berwal dari jalan yang cukup lebar lalu mulai mengecil dan hanya cukup satu orang, di samping kiri kami jurang, dan di samping kanan kami tebing yang di tumbuhi pepohonan. Di sepanjang jalan kami banyak menemukan bekas longsor yang memutuskan jalur, subhanallah longsor yang begitu besar hingga sampai ke bawah jurang, dan ini merupakan momen yang pas untuk berfoto sejenak di longsoran, hehee. .
Kami kembali menyusuri jalan setapak lagi, di samping kiri, kami mulai bisa melihat sungai Curug Gendang, dan suaranya nya pun mulai terdengar keras ditelinga kami. Ketika suara nya mulai terdengar keras ditelinga kami dan akhirnya kami sampai di Curug Gendang. Curug Gendang berada di daerah Kecamatan Carita kabupaten Pandeglang, Banten, Indonesia. Air Terjun Curug Gendang memiliki tinggi 7 Meter luas 10 meter dengan kedalaman 13 meter dan berada di ketinggian 170 meter di atas permukaan laut. Curug Gendang asalnya bernama Curug Citajur, karena suaranya mirip alat musik tradisional Gendang maka kemudian masyarakat sekitar menyebutnya Curug Gendang.
Kami sampai di bagian atas curug ini, sedangkan ketinggian curug dengan permukaan sungai dibawah kira-kira 13 meter. Di bagian atas ini memang di khususkan untuk berenang, sungai yang besar dan banyak terdapat batu-batu kali besar yang menghiasi sungai ini. Tanpa cekcok lagi kami membuka baju dan celana kami lalu segera menyeburkan diri ke sungai Curug Gendang. Dan akhirnya perjalanan yang melelahkan, menguras seluruh tenaga dan penuh perjuangan itu terbayar lunas tuntas dengan segar dan dinginnya air Sungai Curug Gendang. Tapi sayang lagi-lagi waktu yang harus memisahkan kita dengan kesenangan mandi di Curug Gendang. Setelah menikmati segar dan dinginnya air Curug Gendang kami bersiap-siap kembali untuk kembali ke Pos Jaga. Sebelum kami meninggalkan tempat yang indah ini tidak lupa kami berfoto sejenak, sebagai tanda bukti bahwa SXC2 pernah ketempat ini.
Dalam perjalanan kembali ke Pos Jaga, kami bertemu Pak Dodo Cozmic, teringat kata beliau bahwa beliau akan menyusul ke Curug Gendang dan ternyata benar-benar menyusul, memang gilaaa… heheh. Langsung saja beliau meluncur ke Curug Gendang sendirian tanpa ditemani, hati-hati Pak.  Setelah berjalan selama 30 menit melewati jalan yang tadi kita lalui akhirnya kami sampai di Pos Jaga tepat pukul 16.30. Kami beristirahat sejenak di Pos Jaga sambil menunggu Pak Dodo Cozmic. 
Setelah Pak Dodo Cozmic kembali dengan ceritanya tadi di Curug Gendang, kami melanjutkan kembali perjalanan untuk pulang. Dari Pos Jaga sampai ke jalan Raya Carita jalan berkontur makadam dan turunan. Terbukti dengan waktu yang sangat cepat kami sampai di Jalan Raya Carita, walaupun jalan nya turunan, makadam dan banyak lubang, kami tetap hati-hati, tetap stabil dan jaga jarak agar terhindar dari kejadian tertabrak sesama goweser. sesampainya di jalan raya yang kami cari adalah Truk kosong yang melintas di sepanjang Jalan, walaupun banyak yang melintas akan tetapi Truknya penuh barang semua. Terpaksa kami harus gowes sampai ketemu Truk kosong yang siap mengangkut kami dengan biaya rendah. Walaupun banyak Truk kosong akan tetapi mereka menaruh harga tinggi untuk perjalanan ke Serang, dan kami pun dengan segan meningglkan mereka dan mencari yang lebih murah lagi.
Langit pun mulai menggelap, dan malam pun tidak bisa kami hindarkan, Truk pun belum kami temukan, rasa lelah, lapar, putus asa, dan takut akan amukan dan amarah sang Istri dirumah (bagi yang punya Istri) tercampur aduk. Pada akhirnya ketika saya mengowes sendiri di paling belakang rombongan, ada sebuah Truk yang dari tadi membunyikan klakson terus, ketika saya tengok belakang truk itu memberi lampu tembak dan langsung membalap saya dan berhenti tepat didepan saya. Entah darimana asal Truk ini datang saya langsung nego aja dengan si supirnya, dengan harga standar yang sudah di kasih tau Pak Mars yaitu 250 ribu sampai ke Serang dan akhirnya deal pun terjadi. Lalu saya langsung memacu sepeda saya mengejar rombongan depan. Rombongan pertama yang saya temukan yaitu Pak Dodo Cozmic, Pak Topik, Pak imam dan Pak Hendra. Langsung saja kami menaikan sepeda kami ke atas Truk dan mengejar kembali rombongan depan. Rombongan paling depan pun kami temukan sedang rehat di warung. Sepeda pun kembali dijejerkan di atas Truk dengan rapi. Setelah semuanya di jejerkan rapi dan para goweser pun sudah lengkap berada di atas Truk, kami siap pulang dengan rasa senang yang berhasil sampai ke Curug Gendang yang terletak sangat jauh dari Serang. Truk pun mulai berjalanan menyusuri Jalan Raya Anyer kemudian ke Jalan Lingkar Selatan Cilegon lalu Sampai di Serang kira-kira Pukul 8. Alhamdulillah kami sampai juga di Serang, tepatnya di Kepandean Kami berhenti dan mulai membongkar sepeda. Setelah semuanya sepeda turun, kami pun pulang kerumah masing-masing dengan segala cerita, tawa dan canda, dan satu lagi dengan rasa takut akan amarah Istri dirumah…hahaha… Bagi yang punya istri loh, kalo saya sih masih free-free saja..

Sabtu, 26 Maret 2011

Rawa Danau Bawah

Assalamualaikum Wr. Wb.
Sabtu tanggal 6 Februari 2010, pagi yang sangat cerah dan segar untuk melakukan sebuah aktivitas. Yup, pastinya aktivitas bersepeda, dengan bersepeda kita tetap biasa menjaga Kesehatan tubuh dan lingkungan kita sekaligus refreshing. So mari kita bersepeda.. tentunya dengan tidak bangun kesiangan lagi nih.. hehe,,
Alhamdulillah, akhirnya bisa ikut gowes juga pagi ini, mengingat kejadian kemarin, gara-gara bangun kesiangan tidak bisa ikut gowes bareng, menyedihkan. Oleh karna itu kalau esok hari hendak bersepeda jangan lupa istirahat yang cukup dan jangan begadang malam, agar gowesnya tetap semangat dan fit.
Berangkat dari rumah pukul 06.20 menuju stadion, yang dimana sudah diperbincangkan di website www.sepedaan.com, bahwa titik kumpul sepedaan di pelatarn pakir stadion. Tapi kok malah sepi?? Tak satu pun goweser yang nampak, pada kemana bro??. Wahh, mungkin kumpulnya di KPP nih, dilanjutkan menuju KPP, dan ternyata hasilnya nihil juga, tak nampak satu pun goweser yang hadir. Sempat berpikir hari sabtu apa hari minggu yak gowes nya??. Dan ternyata muncul Pak Agus dari belakang Gedung KPP sambil berkata “kita kumpul di stadion mas”. Kita pun langsung menuju stadion dan disusul oleh Pak Imam dari arah Barat yang menuju stadion juga. Ternyata di stadion sudah banyak goweser yang berkumpul dengan semangat gowes nya. Sudah pukul 7.15 belum berangkat juga, menunggu Indra yang kata ibu nya sedang dikamar mandi, wah ngapain tuh dikamar mandi pagi-pagi??, hehee, sesaat selagi berdoa indra datang dengan sepeda baru rakitannya, tentunya dengan semangat baru juga, begitu juga dengan Pak Yopie dari jersey hingga sepatu nya baru semua, jangan-jangan dalamannya juga baru,ckckc,, just kidding pak. Rencana rute hari ini ke arah Cilowong dan apabila goweser masih kuat, dilanjutkan turun ke Rawa Danau. 22 goweser sudah berkumpul, tetapi Pak Arief  tidak ikut gowes bareng, dikarnakan tadi sudah gowes sendiri, jadi 21 goweser yang siap gowes bareng. Yok kita absen dulu, mulai dari Pak Danar, Om Mars, Pak Agung, Pak Ai, Pak Yusman, Pak Yopie, Pak Dida, Om Iyan, Pak Dodo cozmic, Pak Agus, Pak Imam, Indra, Pak Toto, Pak Dudi, Pak Deni, Pak Zenal, Pak Deden, Pak Arif Askes, Pak Holani, dan Pak Yudi dan saya sendiri Vito. Kali ini Tim Sweeper kita Pak Agung, apakah mungkin Pak Agung bisa jadi Sweeper ?? mari kita lihat kelanjutannya, hehe.
Pukul 7.30 kami berangkat dari stadion menuju Cilowong, menyusuri Jalan A.Yani lanjut ke  Alun-alun, kemudian ke arah Kaloran, Brimob dan jalan Raya Taktakan. Sebelum menyusuri jalan Raya Taktakan sebagian goweser menambah angin ban sepedanya di tambal ban pinggir jalan, dikarnakan sepanjang jalan sampai Cilowong tracknya on road.
Ditengah perjalanan menanjak tepatnya di Tempat Pembuangan Sampah Akhir Desa Cilowong, bau sampah sangat menyengat, bau busuk yang tidak biasanya sampai menusuk ke kerongkongan, mungkin karena faktor cuaca juga yang membuat sampah-sampah ini mengeluarkan bau busuk yang menusuk. Kami pun kehilangan konsentrasi saat menggowes, sampai-sampai sebagian goweser pada mual-mual dan mau pingsan melewati tempat yang bau nya menusuk itu.
Sampai di pitstop pertama, di warung pertigaan jalan yang mau ke desa Cidampit Rumah Hutan sudah ada sebagian goweser yang sedang berisitirahat, termasuk Pak Agung, lah kok sweeper ini bisa ada di depan? Bukannya sweeper dibelakang pak? hehe, ya mungkin begitulah kelakuan Pak Agung, tidak bisa berada di belakang, inginnya didepan terus, saking semangatnya kali yak Pak. Yang lebih keren lagi Pak Yopie, wuiihh matap dah pak Yopie sudah ada di depan. Om Iyan pun mengakui ketangguhan Pak Yopie, saat tanjakan cilowong tadi posisi gear Pak Yopie masih 2-7, mungkin karena faktor sepatu baru nya kali yak?, apa mungkin jersey dan celana barunya? Yang pasti Pak Yopie semakin hari semakin tangguh dalam melahap tanjakan. Sambil menunggu rombongan belakang, kami ngobrol-ngobrol sambil minum teh manis hangat untuk menambah energi, sayangnya temannya teh manis yaitu gorengan tidak ada di warung ini.
Akhirnya rombongan belakang pun datang  dengan membawa informasi, bahwa tadi ada kejadian kecelakaan motor, yang terekam di cameranya pak Dodo cosmic. Dan informasi selanjutnya bahwa Pak Deni langsung pulang, dikarnakan lagi sakit, semoga cepat sembuh pak, biar bisa gowes di minggu berikutnya.
Sekitar pukul 10.00 kami melanjutkan perjalan ke Rawa Danau, tetapi dengan jumlah yang semakin berkurang. Pak Dida, Pak Deden, Pak Toto, Pak Holani dan Pak Yudi berbalik arah, dikarnakan ada acara masing-masing, dan Pak Zenal berbalik arah dikarnakan keesokan harinya akan menemani tamu dari teman-teman sepeda JPG Tangerang ke Rumah Hutan.
Di tengah-tengah perjalanan kami berunding mengenani kelanjutan gowes hari ini, mau dilanjutin atau tidak menuju Rawa Danau? Dengan pilihan kalau kita gowes sampai pasar Mancak, kemungkinan tenaga kita akan terkuras saat akan menuju Rawa Danau nya dan kita juga belum tau sama sekali keadaan di Rawa Danau, pilihan kedua yaitu, dengan menggunakan mobil Truk yang tentunya sepeda dan goweser diangkut hanya sampai Paninjauan saja dan kemudian dilanjutkan ke Rawa Danau. Setelah dipertimbangkan akhirnya pilihan dengan menggunakan truk pun kami ambil. Sambil gowes menelusuri jalan Raya Gunung Sari dan akhirnya kami menemukan Truk di pertigaan jalan Raya Gunung Sari. Dengan melakukan proses tawar menawar, supir truk pun bersedia mengangkut kami hingga Paninjauan dengan biaya Rp 50.000.
Setelah semua sepeda masuk kedalam truk, lagi-lagi goweser kita tereliminasi, Pak Arif Askes tidak bisa ikut ke Rawa Danau, dikarnakan ada acara. Jumlah kami sekarang 13 goweser yang akan mengeksplore Rawa Danau, We’re Coming Rawa Danau !!!
Sampai di Paninjauan 2, Truk pun berhenti, kami mulai menurunkan sepeda, lalu sebagian goweser membeli perbekalan air minum di warung, sebagian goweser lain ada yang memandang indahnya Rawa Danau yang dapat di lihat dari Paninjauan. Tercanang dalam pikiran bahwa nanti kami akan kesana (Rawa Danau). Karena waktu yang semakin siang, kami pun melanjutkan perjalanan menuju pasar Mancak, dengan kontur jalan turunan, kami menggowes hingga menembus batas kecepatan 50 km/jam, di odo meter Pak Yusman saja kecepatan maksimumnya mencapai 55 km/jam.
Sampai di Polsek Mancak Pak Dodo cozmic coba bertanya ke Polisi arah jalan ke Rawa Danau, setelah diberi tau kami langsung berangkat lagi, tidak jauh dari Polsek Mancak di depan ada pasar Mancak, dan sebelum pertigaan jalan yang belok ke Anyer ada pertigaan jalan yang menuju Rawa Danau. Kita membeli perbekalan makan dahulu, dikhawatirkan di Rawa Danau tidak ada warung, sambil menunggu Om Mars yang membeli batre untuk cameranya. Setelah selesai kami berangkat menyusuri jalan yang konturnya turunan dengan keadaan tanah licin dan berbatu. Kami berpikir, bahwa Rawa Danau sebentar lagi akan sampai, akan tetapi setelah turunan di depan terdapat tanjakan tanah dengan batu-batu besar yang begitu curam dan sulit di tanjak oleh beberapa goweser. Setelah tanjakan kami dihadang oleh 2 cabang jalan. Untungnya saja ada seorang warga datang dari salah satu cabang jalan tersebut. Kemudian kami menanyakan jalan menuju Rawa Danau yang katanya lumayan jauh dari sini. Tak lama kemudian satu goweser kita tereliminasi, yaitu pak Dudi, didapat informasi dari Pak Yopie yang tadi berada dibelakang bersama Pak Dudi. Pak Dudi menyerah dan berbalik arah melihat jalannya tanjakan seperti ini, mungkin dikira Pak Dudi jalan ke Rawa Danau itu cuman turunan, eh malah ada tanjakan juga. Memang sudah hukum alam, dimana ada turunan pasti didepan ada tanjakan, teringat cerita si kabayan yang menangis ketika melihat turunan. Akhirnya kita ambil jalan yang sebelah kiri, karena jalan yang sebelah kanan itu jalan buntu yang menuju sebuah kampung.
Ternyata jalan ke Rawa Danau itu cukup berat juga, karna diluar dugaan kami yang berpikir bahwa “jalannya tinggal turunan saja”, eh ternyata malah banyak tanjakan. Ada sebuah tanjakan yang lumayan begitu panjang dengan kontur jalan bebatuan lumayan besar dengan kemiringan sudut kira-kira 30°-45° yang membuat Pak Danar tergeletak di pinggir jalan, dan susu beruang Om Mars pun habis 2 kaleng botol. Lalu kami beristirahat ditengah-tengah tanjakan ini dan sebagian goweser mulai memperbincangkan penyesalan mereka, bahkan ada goweser yang memuji Pak Dudi, katanya memang keputusan Pak Dudi kali ini tepat untuk berbalik arah. Wekzz, jangan nyerah gitu dlu bro, perjalanan kita memang masih panjang, tapi pasti semua akan terbayar dengan dengan pemandangan indahnya Rawa Danau, so kita lanjutkan gowesnya, tuh Pak Yopie aja sudah beranjak dari rehatnya dan mulai kembali menuntun sepedanya.
Sebagian goweser mulai melanjutkan perjalanan, sampai di jalan bercabang 2 kami menunggu rombongan belakang sambil photo-photo. Dari informasi yang di dapat warga, bahwa jalan ke Rawa Danau ambil jalan yang sebelah kiri, yang tampaknya tanjakan curam dengan batu-batu besar yang tak mungkin di tanjak dengan di gowes. Setelah sesi pemotretan kami melanjutkan perjalanan dengan menuntun sepeda kami lalu sampai dipuncak kami gowes kembali sepeda kami.
Kampung Bulakan Desa Cikedung, yak, kami tiba di desa ini dengan nafas ter enyah-enyah.. kami menemukan sebuah warung. Kemudian Saya dan Pak Yusman menghampiri sebuah warung dan bertanya “ada teh manis bu?”, Tanya saya. “ga ada”, jawab si Ibu yang anaknya tampak seperti bule, kulit putih dan rambut pirang, percis bule. Kemudian Pak Yusman bertanya “ada teh botol teh?”, Jawab si ibu “ga ada”. Akhirnya saya pun penasaran dan  mencoba bertanya lagi dengan keyakinan pasti jawabannya “ADA”, “ada aqua botol bu?”, Tanya saya. Dan akhirnya jawaban si ibu dengan wajah polosnya “ga ada juga!?”.. Saya dan pak Yusman sangat terkejut sekali, dari teh manis, teh botol bahkan sampai aqua pun tidak ada..  mana mungkin di warung yang berada di pedalaman sekali menjual-jual barang seperti itu. Kalaupun ada, mungkin bisa terjual dalam kurun waktu 2-5 bulan. Sangat memprihatinkan. Kami mencoba bertanya pada warung yang berada 2 rumah di sebelah warung yang tidak menjual teh manis,teh botol dan begitu juga aqua.
Warung yang disebelahnya ada gardu pos kamling itu menyediakan teh manis dan  ada juga mie rebus pakai telor. Kemudian kami memesan teh manis panas satu teko dan sebagian goweser lain memesan mie rebus pake telor. Kami beristirahat sejenak di gardu yang dibagian atasnya bertuliskan POS KAMLING Kp.Bulakan DESA CIKEDUNG sambil menunggu adzan dzuhur untuk melaksanakan kewajiban sholat. Kampung ini mempunyai mata air yang begitu sangat dingin, kami pun merasakan dinginnya mata air ini yang berada di belakang rumah warung yang kita singgahi.
Setelah sholat dzuhur di rumah yang punya warung ini, kami melanjutkan perjalanan yang katanya jalan ke Rawa Danau masih jauh. Sebelum kami melanjutkan perjalanan kami berphoto bersama dengan anak-anak kampung Bulakan. Selanjutnya kami meneruskan perjalanan yang mulai memasuki jalan bersemen kasar berkerikil, dengan turunan yang sangat curam sekali. Dan tentunya kami pun menjaga jarak agar terhindar dari tabrakan sesama goweser, tapi tidak untuk Pak Yopie, karena Pak Yopie sudah pasti dituntun sepedanya apabila ada turunan. Pass di belokan yang tajam Om Mars bablas menabrak tebing dan terjatuh tepat di depan Pak Agus dan Saya. Untungnya tidak kenapa-napa, hanya luka goresen sedikit diwajah Om Mars dan sedikit rusak di bgian shifter depan sepedanya. Kalau misalkan Om Mars ngerem pasti akan jatuh mencium bibir jalan bersemen kasar ini, dan terpaksalah Om Mars menabrakan dirinya ketebing tandasnya. Memang turunan ini sangat mengerikan dan curam sekali, dari tangan, badan hingga kaki terasa bergemetar dan kaku menuruni turunan yang sangat curam ini. Diperlukan rem dengan design discbrake untuk hasil yang lebih efektif.
Dibalik jalan yang turunannya sangat curam ini terlihatlah pemandangan indah yang mengintip dari balik pohon-pohon tinggi yang berada di sebelah kiri kami, karna sebelah kanan kami adalah tebing-tebing tinggi. Akhirnya Pemandangan indah Rawa Danau terlihat begitu dekat, sangat indah sekali. This is a beautiful moment and place to take a picture. Kita berhenti ditengah turunan curam ini, sambil menunggu Pak Yopie yang menuntun sepedanya. Ketika berkumpul semua kita berphoto-photo ria, karena tidak ada yang seindah pemandangan seperti ini. Setelah berphoto kita melanjutkan perjalanan, dan Pak Yopie masih menuntun sepedanya.
Kami pun memasuki jalan tanah becek dan berbatu-batu, sangat efektif sekali untuk sepeda yang berSuspensi Full (Full Suspension). Ditengah perjalanan sungguh tak terduga dan tak percaya kami bertemu 2 orang bule Pasutri (pasangan suami istri) dari Jerman. Diketahui bule tersebut orang Jerman yang bekerja di PT.KS (Krakatau Steel), pantas saja bisa sedikit ngomong Bahasa Indonesia. Kami berbincang-bincang denga bule tersebut, dan kami pun tidak lupa untuk photo bersama. hehe, kapan lagi coba photo sama bule di Rawa Danau. Lalu si bule itu duluan pergi, eh ternyata di pinggang kirinya ada Golok,, wah ini dia bule yang budayanya sudah terkontaminasi dengan budaya kampung di Serang, hehe.
Setelah Pak Yopie datang kami melanjutkan perjalanan, Sampai di kampung rawa danau, kami rehat sebentar di sebuah gardu, dan sebagian goweser memesan mie rebus di warung. Seorang warga yang berbaik hati memberi kami satu nampan penuh Kokosan (semacam buah duku gitu). Terima kasih banyak bapak atas kebaikannya, semoga amalan bapak diterima Allah Yang Maha Kuasa. Kampung ini berada di tengah-tengah perjalanan kami, yaitu ditengah-tengah Padarincang dan Mancak, Kami pun diberi tahu jalan menuju Padarincang, katanya jalanya sama panjangnya ketika Anda dari Mancak menuju kesini, tetapi dengan jalan yang relatif datar. Wah,, lumayan panjang donk, sampe rumah jam brp nih??.
Tak lama kemudian kami lanjutkan gowesnya dengan energi yang mulai berkurang karena mendengar perjalanan menuju Padarincang masih panjang, belum lagi kita melewati jembatan danau yang tadi dibicarakan. Mungkin sesampainya di Padarincang positif naik truk untuk pulang sampai Serang. Sepanjang perjalanan disebelah kiri kami terhampar luas tanaman padi hijau dengan backdrop Gunung Karang dan gunung-gunung lain yang sangat indah dilihatnya. Jalan selanjutnya dengan kontur jalan bertanah becek, bahkan banyak dari goweser yang ban nya selip. Di sebelah kanan kami terdapat banyak pohon-pohon yang umurnya sudah ratusan bahkan ribuan tahun. Panjang jalan ini kira-kira 2-3 km yang berakhir dengan jalan aspal. Setelah jalan aspal akhirnya kami sampai juga di jembatan danau yang dibicarakan. Berphoto sebentar lalu kami melanjutkan perjalanan, sekitar 2 km lagi akan samapai di jalan Raya Padarincang.
Jalan raya sudah mulai terlihat,, kami pun dengan semangat menggowes sepeda kami, dan akhirnya sampai juga di peradaban manusia tepat pukul 16.00, karena yang tadi mah benar-benar peradaban jaman dulu, masa teh manis sampai aqua botol aja ga ada??. Kami beristirahat di sebuah warung pinggir jalan, yang tentunya menjual segala jenis minuman segar yang siap kami habiskan untuk menggantikan rasa lelah kami. Sesaat kami liat sebuah Plang di depan warung yang bertuliskan Bidan Fitrianti-Cinangka,Serang. Kami terdiam dan tersenyum melihat kata Cinangka, tak sadar kami sudah menggowes hingga ke Cinangka yang dekatnya dengan Anyer. Dikira kami ujung jalan rawa danau ini Padarincang, eh ternyata Cinangka. Kami memutuskan untuk dievakuasi dengan Truk. Karena wajah-wajah goweser kali ini sangat lelah dan frustasi. Mungkin karena takut sama istri-istri dirumah, yang biasanya pulang gowes itu jam 12, ini malah sampai jam 4 sore belum pulang-pulang. Hati-hati pak pulang-pulang kerumah tau-tau segala pakaian udah ada di depan rumah lagi, nanti ga boleh sepedaan lagi.. hehe.
Truknya datang, kebetulan juga menuju ke serang, langsung melakukan penawaran harga, sesudah terjadi perjanjian dan akhirnya deal. Sepeda pun langsung dinaikan ke dalam truk. Selesai sudah sepeda diangkut, Truk pun berjalan. Tidak lupa memakan rambutan yang didapat dengan meminta pada warga. Sambil bersuara, sambil bercanda, sambil tertawa, sambil melepas rasa dan asa.. yak, Inilah Kami ke 12 orang dari SXC2 yang telah berhasil mengeksplore Rawa Danau Bawah. Ada pak Danar yang wajahnya masih kelihatan cerah, ada Om Mars yang masih tertawa-tawa sampai akhir perjalan pulang, ada Pak Agung yang khawatir dengan istrinya dirumah karena tidak bawa HandPhone, ada Pak Yusman yang masih ceria-ceria saja, ada Omiyan yang masih kelihatan kuat untuk gowes berkat tenaga dari sebuah ketan dengan sambal pedasnya, ada Pak Agus yang puas dengan rasa penasarannya mengenai Rawa Danau Bawah, ada Pak Ai yang masih tetap bersemangat dari awal hingga akhir, ada Pak Yopie yang merunung saja selama perjalan pulang karena sepatu barunya harus kotor, ada Pak Imam dengan sepda B2W nya yang mungkin satu-satunya sepeda yang berhasil mencapai Rawa Danau Bawah, ada Pak Dodo yang masih tetap bernarsisme dengan camera videonya saat perjalanan pulang, ada indra yang sangat senang sekali karena sepeda barunya tampil perdana bisa sampai ke Rawa Danau Bawah, dan yang terakhir ada Saya, Vito yang sedikit bingung dan pusing juga sepanjang perjalanan pulang karena suruh menulis laporan Tentang Hari ini, hehe…  Titik berpisah kami di Kidang, dan kami langsung menggowes sepeda menuju rumah masing-masing. Ditengah perjalanan menuju pulang Saya, Indra dan Pak Yopie menuju arah Bunderan, dan Pak Yopie pun mengajak Saya dan Indra untuk menikmati asam manisnya Es Kuwut Bunderan, sungguh ending yang saya sukai, setelah cape ngegowes enaknya minum Es Kuwut.. Mantappp dah… Terimakasih Pak Yopie atas es Kuwutnya, kapan-kapan boleh lagi tuh,, hehe..
Secara dari keseluruhan Trek Rawa Danau ini sangat komplit dan cukup berat, mungkin karena kita juga belum mengetahui keadaan di Rawa Danau. Banyak tempat yang belum di eksplore di Rawa Danau. Mungkin untuk lain waktu Kami bisa kembali lagi ke tempat ini. Tentunya dengan persiapan yang lebih. Lelah yang kami alami sepadan dengan indahnya pemandangan alam yang berada di Rawa Danau. Dan kita harus Syukuri itu semua. Bersyukur kepada Allah SWT yang telah menciptakan Bumi dan Alam beserta keindahannya.
Salam gowes buat semua..




Rabu, 23 Maret 2011

First Time

Pagi yang cerah, ku lihat langit yang begitu cerah dan biru dari sebuah jendela di kamarku, suara anak-anak SD itu telah mengisi cerahnya pagi ini dan tidak lupa ditemani secangkir kopi tepat di samping laptopku, lalu jari-jari ini mulai ku tekan pada huruf-huruf dalam keyboard laptopku. Hari Rabu 23 Maret 2011 tepat pukul 10:00 WIB ku mulai menulis sebuah tulisan pertama saya pada blog ini. Sebenarnya sih saya sudah punya blog sebelumnya, tetapi ya mau bagaimana lagi kalo account nya lupa. Sehingga terpaksa saya harus buat blog baru lagi. Mungkin ini adalah tanda tulisan pertama saya pada blog ini. Sebenarnya tulisan ini tidak terlalu penting untuk dibaca, masih banyak tulisan lain yang bermamfaat untuk di baca, ya walaupun anda berusaha untuk tetap membacanya, itu akan menyita waktu anda saja. hahaha...
Let's bloging, and you can feel the different in your lifestyle.



Vitz

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More