Cappuccino

Cappuccino adalah minuman khas Italia yang dibuat dari espresso dan susu. Cappuccino mempunyai rasa dan aroma yang khas, selain itu para barista dapat menciptakan seni latte pada microfoam, menciptakan desain-desain tertentu seperti apel, hati, daun, dan rangkaian.

Tari Legong dari Bali

Legong merupakan sekelompok tarian klasik Bali yang memiliki pembendaharaan gerak yang sangat kompleks yang terikat dengan struktur tabuh pengiring yang konon merupakan pengaruh dari gambuh.

Rawa Danau dengan segala keindahannya

Rawa Danau adalah Kawasan hutan seluas 2.500 ha yang ditetapkan sebagai Cagar Alam. Rawa Danau merupakan rawa yang terluas di Pulau Jawa dengan segala keindahan alam yang masih terjaga.

SXC2 (Serang XC Community)

Serang XC Community adalah komunitas sepeda gunung yang berada di Serang-Banten. Komunitas ini berdiri dengan tujuan silaturahmi sesama goweser dan mendukung juga gerakan go green.

Gabson Family

Gabson Family adalah sekumpulan manusia yang mempunyai banyak kekurangan dan berusaha menutupi kekurangan itu satu sama lain. Dari kekurangan itulah kami menjadi sebuah keluarga.

Kamis, 22 November 2012

TRIP LOMBOK PART 2

Hari Ketiga di Lombok

Selasa 13 November 2012, merupakan hari terakhir kami di Gili Trawangan, dan kami pun dengan berat hati siap meniggalkan pulau yang sangat indah ini. Sekitar pukul 09.00 WITA kami sarapan dan siap-siap meninggalkan cottage Bale Sasak, pada saat di lobby menunggu Ruby dan Rizkar yang sedang beres-beres di kamar, saya mencoba menyapa bule cewe (namanya Elizabeth) yang sedang santai menyantap sarapan nya.  Elizabeth seorang guru anak-anak kecil (TK) di England nya, dia sedang meninkmati masa liburan nya yang katanya kurang lebih selama 4 bulan. Sebelum ke Lombok dia sempat menghabiskan 1 bulan di Bali. Masa liburan yang sangat panjang, kalau di Indonesia sih mana ada orang pekerja yang bisa liburan selama itu, kalaupun ada pasti hanya sedikit orang saja.  Setelah itu kami pamit pulang, kami ucapkan terimakasih untuk penginapan dan fasilitas yang disediakan oleh Bale Sasak ini, terimakasih buat a Dedi yang telah memberi kami harga spesial dan juga a Imam yang telah mengenalkan kami ke a Dedi pemilik Bale Sasak.

Pukul 11.00 WITA kami berangkat naik public boat  ke pulau Lombok, tentunya setelah membeli tiket di loket tiket. Perjalan kali ini terasa tenang tidak begitu membuat cemas, ombak dan angin pun bersahabat hingga mengantarkan kami ke pelabuhan Bangsal. Dari pelabuhan Bangsal ini kami langsung mencari cidomo dengan harga Rp.10.000 ke perempatan Pamenang yang jaraknya sebenarnya tidak terlalu jauh. Karena di perempatan Pamenang banyak angkutan umum yang ke Mataram. Ditengah-tengah perjalanan, si abang cidomo nya menawarkan kami taksi yang akan menuju Labu Api, karena kebetulan si taksi ini abis angkut penumpang dari Bandara International Lombok. Kami terimalah tawaran tersebut, tentunya dengan proses negosiasi, karena kami tau harga angkutan umum dari Pamenang sampe ke Labu Api. Beruntung kami dapat taksi dengan mobil avanza ini cukup nyaman dan harganya murah, hanya Rp. 70.000. Rute perjalanan pulang kami sama seperti berangkat, akan tetapi ketika di perempatan Rembiga, kami dialihkan melewati kota Mataram. Kalo ga salah katanya kota Mataram ini hanya punya 1 Mall saja. Sesampainya di Rumah Om Rudy, kami rehat sejenak dan makan siang. Setelah ngobrol-ngobrol sama Rinta  (anaknya Om Rudy) tentang Pantai Kute, akhirnya Rinta pun bersedia mengantarkan kami kesana.

Pukul 14.45 WITA kami berangkat menuju Pantai Kute yang terletak di selatan Pulau Lombok. Dengan menggunakan kendaran bermotor perjalanan terasa mengasyikan. Karena kita dapat melihat begitu jelas dan begitu dekat keadaan serta keramahan penduduk sekitar. Jalan-jalan yang kami ambil pun berupa jalan-jalan desa/komplek, sampai bertemu di Jalan Teguh Ibrahim Kholid yang merupakan jalan yang cukup lebar dan mulus, karena jalan ini menuju Bandara International Lombok  (BIL). Cukup panjang jalan yang lebar, mulus dan bagus ini, sampai-sampai saya sempat tertidur di motor, begitu juga dengan Rizkar yang sedang bawa motor. Kami pun sempat melewati Desa Sasak (sade), tampaknya mereka sedang ada acara nikahan, terlihat dari mereka yang sedang berbondong-bondong mengiring pengantin wanita. Setelah melewati Desa Sasak, jalan pun mulai rusak, kira-kira sepanjang 1 km dan selanjutnya bagus kembali yang pada akhirnya menghantarkan kami sampai di Pantai Kute. Memang cukup bagus juga Pantai Kute disini, terlihat dari hamparan pasir putih yang cukup luas, ditambah birunya air laut. Sudah cukup banyak berdiri penginapan dan juga bar-bar disini, turis-turis asing pun sudah banyak berkeliaran disini. Akan tetapi di Pantai Kute ini kurang pas untuk melihat sunset yang tenggelam tepat dihamparan laut sana, sunset disini terhalang oleh tebing disebelah kanan, karena Pantai Kute ini menghadap ke selatan. Kami tidak menikmati sore di Pantai Kute, melainkan kami menuju Tanjung Aan yang terletak disebelah timur Pantai Kute. Kira-kira sekitar 15 menit kami sampai di Tanjung Aan ini. Tanjung Aan ini terkenal dengan batu kotak nya dan juga pantai nya yang cukup tenang.  Hamparan pasir putih dan birunya air laut masih ditemukan disini. Yang unik dipantai ini adalah pasirnya yang berbentuk besar seperti merice (merica). Jadi kalo misalkan kita injek itu pasir akan terasa geli dan bisa merembaskan kaki kedalam hingga sebetis. Kami yang baru pertama merasakan pasir merice ini tampak bagitu senang bermain dengan nya. Selanjutnya, kami menaiki batu kotak yang kokoh berdiri di bibir pantai, dandisini lah kami menikmati penghujung sore sambil foto-foto di atas nya. Sayang sekali langit pada sore itu agak terlihat mendung, begitu pula sunset  yang terhalang oleh bukit-bukit disebelah barat.

Matahari pun mulai terbenam di ujung sana, menandakan bahwa kami harus segera pulang, mengingat perjalanan yang cukup jauh yang harus kami tempuh untuk sampai di Mataram sana. Perjalanan pulang kami pun ditemani binatang kecil-kecil yang menghantam tubuh dan helm kami. Binatang kecil-kecil ini berasal dari sawah-sawah yang berada di sepanjang jalan, cukup merepotkan dan menyakitkan. Catatan, kalau mau ke pantai Kuta dan berencana pulang malam naik motor, jangan lupa pake jaket nya, dan helm full face, karena pake helm half face pun bintang tersebut masih mengenai wajah kita. Setelah berperah dengan binatang kecil tersebut, kami akhirnya sampai juga di Kota Mataram, dan langsung beli ayam taliwang dan plecing kangkung khas Pak Udin dan menyantapnya dirumah Om Rudy bersama keluarganya. Setelah menyantap makan malam, kami pun istirahat untuk perjalanan besok menuju Pulau Bali.

Hari keempat di Lombok

Rabu 14 November 2012, kami pun terbangun dari tidur lelap kami, dan langsung di sambut oleh Om Rudy yang telah menyidiakan teh manis hangat untuk kami. Ngobrol panjang tentang perjalanan kami kemarin dan rencana kami untuk hari ini sampai ditutup dengan mandi, sarapan dan siap-siap untuk perjalanan pulang. Sekitar pukul 09.00 WITA kami berangkat menuju Pelabuhan Lembar, Om Rudy pun bersedia mengantarkan kami ke Pelabuhan Lembar. Sebelum ke Pelabuhan Lembar, kami mampir sejenak ke pusat oleh-oleh Kaos Lombok Pak Arif, ya sekedar beli baju lombok saja sebagai bukti mungkin kalo kami pernah ke Lombok, hahah. Setelah selesai belanja kaos, kami menuju Pelabuhan lembar. Sepanjang perjalan, Om rudy menjelaskan cukup detail tentang budaya masyarakat di Lombok, katanya kalau suasana Iedul Fitri di Lombok itu kalah dengan suasana Maulid Nabi, Maulid Nabi biasanya rame dengan acara sunatan dan acara kurisan (cukur rambut untuk anak-anak kecil). Biasanya Maulid Nabi juga diperingati hampir sebulan penuh di Pulau Lombok ini, untuk tiap desa nya perayaan hari Maulid Nabi nya berbeda-beda. Katanya, kebanyakan tujuan orang Lombok yaitu bangun Masjid dan naik Haji, mengingat Lombok merupakan pulau Seribu Masjid, jadi pasti masyarakatnya berbondong-bondong membangun masjid sebagus-bagus mungkin untuk tiap desa nya. Hampir disetiap jalan radius ± 100 meter berdiri Masjid yang begitu megah. Katanya, hampir semua masyarakat di Lombok baik yang kaya maupun yang miskin sudah sepakat untuk membayar iuran minimal 1 juta untuk orang miskin selama setahun dan untuk orang kaya minimal sekitar 5 juta pertahun. Jadi ga ada orang-orang Lombok yang minta sumbangan di tengah-tengah jalan untuk pembangunan Masjid.  Sungguh sebuah prinsip hidup yang patut dicontoh, karena mengingat masih banyak untuk orang-orang di Serang yang minta-minta sumbangan di  tengah-tengah jalan.

Sesampainya di depan gerbang Pelabuhan Lembar, saya langsung turun untuk pesan tiket, dan menanyakan tentang keberangkatan  kapal Putri Yasmin. Tiket sudah ditangan, petugas pun memberitahu saya bahwa kapal Putri Yasmin kira-kira sekitar 10 menit lagi akan berangkat. Mendengar seperti itu, saya langsung berlari ke mobil dan kami pun buru-buru pamit sama Om Rudy yang telah banyak membantu kami selama di Lombok, terimakasih banyak Om Rudy atas waktu dan tenaganya yang telah banyak membantu kami, maaf kalau kami merepotkan. Kami pun berlari-lari menuju kapal, gerbang kapal pun hampir saja mau ditutup, tapi akhirnya kami berhasil memasukinya. Ternyata tempat lesehan dengan ruang AC sudah ramai dengan penumpang, kami pun mencari kebagian atas kapal, dan ternyata penuh juga tempat duduk penumpangnya. Terpaksa kami duduk seadanya di lantai kapal.  Sekitar pukul 10.45 WITA kapal pun mulai berlayar.

Selama kurang lebih 4 jam kami berlayar menuju pelabuhan Padang Bai, dan akhirnya sampai juga. Perjalanan yang cukup membosankan, apalagi kami tidak kebagian tempat duduk, jadilah duduk ditempat yang bukan selayaknya. Setelah turun dari kapal, kami langsung mencari mobil taksi menuju Bandara Ngurah Rai. Taksi tak kunjung datang, kami pun coba berjalan menyusuri jalan keluar dari Pelabuhan, dan yang menghampiri adalah taksi-taksi gelap. Karena jarang sekali taksi lewat, dan si sopir taksi gelap ini selalu mengikuti kami, hingga akhirnya kami pun terlena oleh rayuannya. Ya, mobil Carry jadul, dengan sopir extreme nya, jadi tumpangan kami ke Bandara Ngurah Rai. Ini merupakan kedua kalinya kami naik mobil sejenis ini ke Ngurah Rai. Kenapa sopirnya dibilang extreme, karena sambil nyetir pun dia kalo ngobrol sama saya yang duduk di posisi depan selalu menengok kearah saya begitu lama tanpa melihat ke arah depan. Saya pun berkali-kali selalu bilang “Pak awas, pak”. AC tak ada, yang ada hanya AG alias Angin Gelebug. Tak apalah, yang penting dengan harga 200 ribu kita sudah sampai di Ngurah Rai. Sekitar pukul 17.00 WITA kami sampai dan langsung menyantap makan malam di resto cepat saji, kemudian megambil koper di penitipan dan menuju boarding pass. Sekitar pukul 20.30 kami take off meninggalkan Ngurah Rai, cukup puas juga perjalanan kali ini, dan sangat berkesan. Terimakasih buat best Friend, Rizkar dan Ruby yang sudah menemani perjalanan, dan juga pihak-pihak yang mendukung maupun membantu perjalanan kami, hahah. goodbye...

Selasa, 20 November 2012

TRIP LOMBOK PART 1

Hari Pertama di Lombok

Pagi pertama di Lombok, kami pun siap memulai petualangan baru, hari Minggu tanggal 11 November 2012. Setelah kami mandi dan menyantap sarapan yang di sediakan oleh keluarga Om Rudi, kami pun siap-siap untuk menuju Gili Trawangan yang menjadi tujuan utama kami. Sekitar pukul 9.30 WITa kami siap berangkat dan Alhamdulillah Om Rudi dan istrinya mau mengantarkan kami sampai ke Prempatan Rembiga, dimana dari perempatan ini ada angkutan umum yang langsung menuju Pelabuhan Bangsal. Dari Labu Api sampai perempatan Rembiga kira-kira sekitar 30 menit. Kami pun melewati Bandara Salamparang Lombok, yang kini keadaanya sudah tidak terurus, kira-kira sudah setahun lebih Bandara Lombok di pindahkan ke Lombok Tengah dengan nama Bandara Internasional Lombok (BIL). Mungkin karena Bandara Salamparang ini lahan nya tidak memadai untuk penerbangan luar negeri dan fasilitasnya juga mungkin tidak begitu cukup baik, jadi Bandara nya dipindahkan. Sesampainya di perempatan Rembiga, kami membeli perbekalan di warung terdekat, menurut saran Om Rudi katanya harga makanan dan minuman di Gili Trawangan mahal-mahal, jadi lebih baik bawa perbekalan dari sini. Setelah tas kami pull dengan amunisi, kami pun sudah di carter oleh sopir angkot yang siap mengantarkan kami sampai Pelabuhan Bangsal dengan harga Rp. 50.000 bertiga. Tanpa basa-basi kami pun langsung naik angkotnya dan siap berangkat. Perjalanan menuju Pelabuhan Bangsal ini kita melewati jalur pegunungan yang dinamakan Hutan Kusut yang masih sangat asri di pandang mata. Jalur yang berbelok-belok sudah tidak asing lagi, begitu juga tanjakan dengan panjang kira-kira sekitar 10 Km. Hingga ujung puncak tanjakan ini terdapat tempat peristirahatan dan di puncak ini juga merupakan perbatasan antara Kabupaten Lombok Barat dengan Kabupaten Lombok Timur. Setelah melewati puncak dan perbatasan baru lah kontur jalan mulai menurun. Ketika kita menuruni pegunungan ini, ada sesuatu yang membuat saya sangat tertarik dan senang, yaitu melihat pemandangan indah di sebrang kiri sana dan melihat monyet-monyet yang berjejer di pinggir jalan sepanjang turunan seperti pager ayu dan pager bagus yang menyambut kedatangan tamu nya. Monyet-monyet tersebut duduk dan sambil melihat lalu lalang kendaraan yang lewat. Bahkan ada beberapa kendaraan yang berhenti untuk memberi makan kepada monyet-monyet tersebut. Sungguh pemandangan yang sangat menarik, seperti di Taman Safari, hahah. Saya pun yang duduk di samping sopir coba mengabadikannya lewat iPhone, walaupun hasilnya kurang yang penting dapet moment nya.

Pukul 11.15 WITa akhirnya kami sampai di Pelabuhan Bangsal. Pelabuhan Bangsal ini tempat penyebrangan menuju 3 Gili, yaitu Gili Air, Gili Meno dan Gili Trawangan. Dari sini juga terlihat cukup dekat ketiga  Gili tersebut. Kami pun tidak sabar untuk menginjakan kaki di Gili Trawangan. Tanpa terasa, dengan modal nekat dan budget minim akhirnya kami selangkah lagi menuju Gili Trawangan. Langsung saja kami menuju loket tiket perahu untuk membeli tiket perahu publik dengan harga Rp. 10.000/orang, tentunya perahu harus sampai kuota 20 orang baru akan berangkat. kami kebagian tiket yang berwarna kuning, jadi setiap warna terdapat 20 orang yang siap menaiki Public Boat. Setelah tiket biru sudah naik semua dan berangkat, kemudian giliran tiket kuning yang siap berangkat, dan itu tiket kami. Tak sabar, kami pun langsung menaiki Public Boat dan mengambil posisi duduk. Sekitar pukul 11.45 WITa Public Boat kami pun berangkat menuju Gili Trawangan. Saya pun melihat orang-orang yang duduk di perahu ini, saya pikir pasti mereka dari berbagai macam daerah. Tepat disebalah saya ada 2 orang yang membawa peralatan komputer, dan saya pun penasara bertanya kepada orang tersebut. Ternyata orang yang disebelah saya orang Tangerang namanya a Imam dan katanya di juga sering ke Serang tepatnya ke Pasar Rau, karena ada sodaranya disana. Dia ke Lombok ini ikut bareng kakaknya untuk kerja, padahal dia statusnya masih seorang Mahasiswa di Universitas di Jakarta. Dan satu lagi namanya a Dedi asal dari Cimahi, Bandung dan pernah kerja di Dubai lalu pindah ke Mataram, katanya dia bawa komputer tersebut mau buat warnet di tempat kakak nya. Sedang asik nya ngobrol tiba-tiba kapal pun mulai bergoyang kencang akibat di hantam ombak, dan ternyata kita sudah berada di tengah-tengah. Ombak seperti ini pasti dapat membalikan perahu dengan 20 orang didalam nya. Untung saja si pengemudi perahu handal mengatasi nya, akan tetapi tiba-tiba saja “Byuuurrrr !!!” air laut pun masuk manghantam saya dan a Imam hingga baju dan celana pun basah. Yang lebih parahnya itu kena komputer yang di bawa a Dedi. Langsung saja saya respon untuk membersihkannya dari air laut, nanti bisa menjadi karat dan konslet ketika dihubungkan ke arus listrik.

Setelah melewati ombak yang cukup besar, akhir nya kita sampai di Gili Trawangan sekitar pukul 12.30 WITa. Hamparan pasir putih dengan warna air biru toska pun menyambut kedatangan kami. Tujuan kami menuju Gili Trawangan pun tercapai, Saya, Ruby & Rizkar pun tidak berhenti melebarkan senyum. Planning yang telah direncanakan dari tahun kemarin akhirnya tercapai juga, walaupun cuman bertiga doang. Ketika sampai, kami ditawari untuk mampir sejenak ke tempatnya a Dedi, tentunya kami juga harus membantu barang bawaan a Dedi berupa sekitar 4 buah seperangkat komputer. Di Gili Trawangan ini Pulau yang bebas dari polusi dan polisi. Kendaraan yang digunakan di sini adalah Cidomo (delman) dan sepeda. Bebas dari polisi karena disini tidak ada kantor polisi. Tapi bukan berarti kita bebas ngapa-ngapain, ada peraturan juga disini. Sepanjang jalan terlihat wisatawan asing dengan hanya menggunakan bikini, disamping itu tempat makan, hotel dan bar-bar terlihat dikiri kanan jalan. Kontur jalan disini sudah di paving blok, walaupun hanya di sebagian tempat yang ramai saja, setengahnya sedang dalam tahap pengerjaan.  Sesampainya di tempat a Dedi, ternyata yang kita singgahin ini berupa Cottage yang dimiliki oleh kakak nya a Dedi dengan nama Cottage nya Bale Sasak. Kami pun mampir sejenak disini karena disuruh istirahat dulu di loby nya. Bale Sasak ini merupakan Cottage dengan harga cukup murah dan dilengkapi fasilitas yang sangat lengkap, dari free Wi-fi, DVD Player, TV tunner dan sepeda gratis. Bale Sasak juga di desain menyerupai rumah Sasak khas Lombok. Pokok nya Bale Sasak ini tempat yang pas untuk menginap di Gili Trawangan dengan gaya khas Lombok nya. A Dedi pun menawarkan kami kamar dengan harga 200 ribu semalam, dan ketika kami liat kamarnya ternyata ada 2 bed + AC + kamar mandi + Breakfastuntuk 3 orang. Kata a Dedi berhubung kenal dikasih lah kami harga murah. Terimaksih buat a Dedi dan a Imam yang udah kasih kami penginapan murah. 

Barang-barang kami pun masukan ke kamar, tidak lupa kami bersyukur kepada Allah SWT yang telah memeberi kami kelancaran perjalanan hingga bertemu orang-orang yang baik dan memberi kami tempat tinggal yang nyaman. Setelah beberas barang-barang, saya coba membantu a Dedi dan a Imam yang lagi settingKomputer di Loby, yang katanya rencana mau buat warnet. Ternyata setelah di bongkar dan di lihat CPU nya sudah dipreteli, jadi lah si komputer tidak bisa nyala. Kata a Dedi padahal sebelumnya si komputer ini di ambil dari warnet punya a Dedi di Mataram, ternyata sudah dipreteli dulu oleh orang yang disuruh jaga warnetnya. Ketika dilihat keseluruhan oleh saya dan a Imam, ternyata ada kemungkinan hanya 1 atau 2 komputer saja yang bisa nyala. Kembali lah saya mengutak-atik komputer tersebut, tak lama kemudian a Dedi dan a Imam harus pamit pulang ke Mataram, karena ada kerjaan lagi yang harus diselesaikan. Jadi yang harus saya lakukan disini menyelesaikan komputer dan memberitahu kekurangan apa saja yang nanti dibutuhkan untuk komputer ini.  Rizkar dan Ruby pun datang untuk membantu membereskan nya. 

Setelah mengutak-atik lama, Komputer pun akhirnya nyala, walaupun cuman satu saja. Tapi tak apalah, yang penting tinggal laporan ke a Dedi. Sekitar jam 3 an saya dan Rizkar pun duluan untuk pergi berjalan-jalan di sekitar pantai, karena Ruby sedang di kamar mandi. Jarak dari Bale Sasak ke pantai tidak terlalu jauh, hanya berjarak sekitar 50 meter-an. Niatnya sih hari ini cuman cari tempat snorkling dan jalan-jalan di pantai sambil foto-foto. Eh, ketika saya dan Rizkar coba berjalan memasuki bibir pantai yang dimana sepanjang bibir pantai ini terhampar pasir putih yang luas dengan pemandangan di sebrang sana Gili Meno dengan air laut nya yang begitu biru indah, membuat saya lepas kendali hingga nyebur duluan ke air meninggalkan rizkar. Hahah. Memang pemandangan alam ciptaan Tuhan yang sangat luar biasa indahnya, keindahan pantai nya berhasil membuat saya tergoda untuk segar menyeburkan diri. Rizkar pun terpaksa hanya bisa duduk di bibir pantai sambil menunggu Ruby datang dan menjaga kamera. Terumbu karang dan ikan-ikan di sini pun memaksa saya untuk ber-snorkeling dan akhirnya saya pun menyewa alat snorkelseharga Rp. 25.000 sepuasnya, tetapi hanya mask & fin nya saja tanpa life jacket.  Benar saja, keindahan terumbu karang dan ikan-ikan di Gili Trawangan ini sangat menakjubkan. Kita tidak perlu snorkeling terlalu jauh dari bibir pantai, di dekat bibir pantai saja sudah dapat terlihat ikan-ikan karang yang yang cantik dengan beragam jenis warna. Ketika saya sedang asik snorkeling, Ruby pun datang dengan sepeda dan membawa makanan dan minuman. Mengampiri mereka sejenak untuk bersantai sambil menggoda Rizkar untuk coba snorkeling juga. Kami bertiga masih tak percaya sudah sampai bisa ke Gili Trawangan ini. Awalnya sempat pesimis karena masalah dana, akhirnya sampai juga di sini. Dan sekarang kami hanya ingin menikmati liburan yang sangat menyenangkan ini dengan melupakan semua beban penat di dalam pikiran ini. 

Sambil ngobrol santai, sambil melihat pemandangan indah pantai, sambil melihat wisatawan asing berlalu lalang dan sambil renang hingga ber-snorkeling, waktu pun tak terasa menujukan pukul 17.20 WITa. Sasaran berikutnya adalah mencari sunset point di Gili Trawangan ini. Setelah bersantai dan berenang kami pun pergi ke barat daya pulau untuk mencari sunset. Sepanjang perjalanan masih ditemani Cottage dan bar-bar di sebelah kiri dan kanan jalan. Ruby yang bawa sepeda pun dengan santai menggowesnya, tapi tidak untuk saya dan Rizkar yang harus jalan kaki menyusuri jalan hingga terlihat sunset di ujung pulau Gili Trawangan. Sungguh pemandangan sunset yang sangat indah, walaupun kita agak telat mencapi titik ini, tapi matahari pun masih mau membagi keindahan nya kepada kami dipenghujung horizon. Tak lupa kami pun mengabadikannya dengan kamera. Setelah melihat keindahan sunset kami pun kembali ke cottage. Dari sunset point ini ke cottage Bale Sasak cukup jauh, karena perjalanan di tempuh dari ujung pulang ke ujung satu nya lagi. Selama perjalanan pulang kami melihat ikan-ikan sudah di pajang di sepanjang jalan oleh restoran-restoran. Segala jenis ikan laut hampir ada disini. Dan itu menjadi inspirasi kami untuk menu makan malam. Kami pun lihat harga-harga nya cukup mahal, karena mungkin pangsa pasar meraka adalah wisatawan asing. Ketika kami sampai di pertigaan mau ke Bale Sasak, kami melihat ada semacam foodcourt sederhana di halaman yang cukup luas, dan ternyat itu namanya Pasar Seni (art market). Katanya disana ada berbagai macam makanan, dari ikan bakar, pecel ayam, martabak, sate ayam dan lain-lain. Sudah ditetapkan, nanti malam kami akan makan ikan bakar di art market, karena harga nya pasti murah, dan mengingat budget kami yang minim. Sesampainya di  Bale Sasak, kami pun langsung mandi dan siap-siap untuk menikmati malam.

Sekitar pukul 21.00 WITa, kami pun berangkat ke art marketuntuk menyantap ikan bakar. Dikira kami kalo udah jam 9 an gini bakalan sepi, eh ternyata sesampainya disana masih rame bule-bule yang sedang makan dan ngobrol santai.  Langsung kami mencari ikan bakar dan mencari posisi duduk. Setelah ikan di pesan dengan harga Rp. 70.000 + 3 nasi + 3 tumis kangkung, kami pun mendapatkan tempat duduk yang dimana tepat disebelah kami seorang pasangan bule yang sedang ngobrol santai.  Dengan canggung pun kami duduk  disebelahnya. Hingga kejadian yang tidak mengenakan dan akhirnya si pasangan bule tersebut pergi. Catatan “jangan ngomong asal ataupun menyinggung dengan bahasa Indonesia di depan Bule, karena sebagian Bule juga dapat mengerti bahasa Indonesia”. Tak apalah, yang penting kami bertiga sedikit agak nyaman untuk menyantap ikan bakar ini. Harga makanan disini memang terbilang cukup murah dibanding dengan tempat makan (restoran) di sepanjang jalan utama Gili Trawangan, dan jangan malu untuk menawar harga Ikan nya yah. 1 ikan bakar porsi besar pun habis dengan kami  bertiga. Setelah menyantap nya, kami pergi berjalan-jalan di sepanjang jalan utama sambil melihat-lihat bar-bar dengan live music yang sangat menarik perhatian dan bule-bule didalam nya sedang bergoyang mengikuti alunan musik.  Akan tetapi kami memelih menikmati malam di pinggir pantai sambil melihat langit yang bertabur bintang dan tentunya di temani dengan alunan live musicdari Bar yang terdengar hingga ketelinga kami. Sambil ngobrol santai, sambil menikmati indahnya langit malam ini kami lewati hingga pukul 24.00 WITa. Kami pun lekas pulang ke Cottage untuk beristihat dan menyiapkan tenaga untuk hari esok.

Hari Kedua di Lombok

 Senin 12 November 2012, tepat pukul 09.00 WITA kami mencoba keluar kamar dan menuju loby untuk sarapan. Sebenarnya hari ini kami harus sudah chek out, berhubung kemarin malem nya saya sms a Dedi untuk minta harga Rp. 300.000 dapet 2 malem, dan alhamdulillah  a Dedi dengan berbaik hati mau memberikan harga segitu untuk kami. Setelah kami menyantap breakfast khas Bale Sasak, kami siap memulai hari untuk mengelilingi Pulau Gili Trawangan dan dilanjutkan dengan snorkeling. Perjalanan kami mulai dari art market  ke arah barat terus hingga ketemu tempat snorkeling kemarin. Dari jalan yang sudah di paving blok sampe yang belum di paving blok kami lewati. Bibir pantai kami sapa dengan alunan nyanyian dari kami.  Sesi foto-foto juga tidak kami lewatkan disini. Memang keindahan Gili Trawangan ini tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata lagi, seperti bukan di Indonesia. So banggalah menjadi warga negara Indonesia, karena Indonesia ini merupakan kaya akan Budaya dan keindahan alam nya. Buat apa pergi keluar negeri kalo negara sendiri belum terjamah oleh kita, toh keindahan alam Indonesia dipandang wisatawan asing sebagai destinasi wisata yang wajib.Sepanjang perjalanan yang kami lihat hanya laut biru dan pasir putih yang membuat hati merasa tenang, merasa damai dan senang. Ketika ditengah perjalanan kami bertemu dengan 2 bule cewe dari England yang juga sedang berkeliling pulau sambil foto-foto dengan SLR nya. Saya coba untuk menyapa nya dan minta untuk foto bareng. Dengan ramah pun dia menjawab dan mau untuk foto bareng kami. Say cheeseeee....

Setelah  foto sejenak bareng bule, dan tidak lupa mengucapkan terimakasih. Kami pun melanjutkan perjalanan kembali. Pada saat itu terik matahari sangat menyengat dan berhasil membuat kami kehausan. Apesnya lagi kami tidak bawa air minum, dan sepanjang perjalanan tadi pun kami tidak menemukan warung yang menjual air mineral, karena sisi lain dari Gili Trawangan ini masih jarang sekali berdiri penginapan maupun rumah warga. Akhirnya kami sampai ditempat kemarin foto-foto sunset, dan kami pun menemukan bar kecil di pinggir jalan, lalu dengan segera saya membeli air mineral kemasan 600 ml. Ternyata ketika di tanya harga si penjual pun menjawab “sepuluh ribu ria saja”, dengan heran dan terkejut saya pun mengeluarkan uang Rp. 10.000. Luar biasa mahalnya, mungkin si penjual tau kalo kami lagi kehausan. Tak jauh dari situ, kami beristirahat sejenak di warung makanan tradisional. Di sini menyediakan Nasi Campur khas Lombok, ada rujak juga, dan ada seperti gado-gado. Kami putuskan untuk makan siang disini, karena mengingat nanti mau snorkeling, jadi isi perut dulu deh biar snorkeling nya enak. 

Setelah makan siang, kami siap untuk ber-snorkeling di tempat kemarin. Kali ini kami akan ber-snorkeling ­­bertiga, saya dan Rizkar  hanya menyewa fin & mask saja, karena Ruby  tidak bisa renang jadi dia menyewa lengkap dari fin+mask+life jacket seharga 45 ribu sepuasnya. Kami pun siap menikmati hari terakhir kami di pantai Gili Trawangan ini. Snorkeling  kali ini sangat mengasyikan, karena kami renang mengikuti segerombolan ikan-ikan kecil yang membentuk formasi dan menari-nari. Ikan-ikan karang pun turut ambil bagian dalam hal ini. Keindahan terumbu karang dan ikan-ikan disini jangan dipertanyakan lagi, benar-benar amazing , sangat indah sekali. Cahaya matahari yang membias di dalam air membuat ikan-ikan seakan menyala dan terlihat sangat indah. Cukup lama kami ber-snorkeling disini, hampir seluruh spot kami jelajahi dan hingga bisa melihat penyu-penyu yang sedang mencari makanan.Karena waktu yang cukup panjang, jadi kami sangat menikmati snorkeling kali ini. Langit mulai mendung dan gerimis pun tak terhindari, sebelum hujan besar kami pun bergegas kembali ke cottage.

Hujan mengguyur pulau ini dari jam 18.00 WITA hingga larut malam, kami pun yang hendak makan malam keluar menikmati ikan bakar khas Gili Trawangan terpaksa tertahan. Yang kami bisa lakukan adalah menunggu hujan reda, dan kami pun hanya bisa main catur di lobby cottage hingga pukul 23.00 WITA. Akhirnya hujan pun mulai menjadi rintik,  kami coba keluar dan mencari makan sambil berharap art market masih buka.  Sesampainya di art market ternyata masih ada yang jualan, tetapi bukan ikan bakar melainkan pecel ayam dengan berbagai macam ikan. Cukup mengejutkan pecel ayam disini, potongan ayam nya besar-besar, jadi pas untuk porsi yang sedang lapar seperti kami. Setelah makan, kami mencoba mencari bar-bar yang masih buka untuk menikmati malam terakhir di Gili Trawangan ini. Susana malam yang masih ditemani rintik hujan menemani kami menuju Sama-Sama Reggae Bar untuk melihat apakah masih buka. Akhirnya kami putuskan untuk menikmati malam terakhir ini di Sama-Sama Reggae Bar yang masih buka ini sambil menikmati alunan live music. Bule-bule pun berdansa dan bergoyang  menikmati alunan musik, begitu pun dengan kami yang bergoyang-goyang di tempat duduk saja, karena disini kebanyakan bule nya daripada orang pribumi nya. Sampai akhirnya live musicberganti dengan musik Dj dan waktu pun sudah menujukan pukul 2.00 WITA, kami pun harus kembali ke cottage dan harus beristirahat untuk perjalan besok ke Pulau Lombok. Bagi kami sudah cukup malam ini kami nikmati dengan sempurna, dan kami harus beristirahat dan menyiapkan segala sesuatunya untuk petualangan di esok hari.

Jumat, 09 November 2012

TRIP BALI PART 2



Jum’at 9 November 2012 tepat pukul 7.00 WITA kami siap berangkat menuju Krisna. Dimana sebelumnya kita telah membuat kesepakatan dengan yang lain bahwa hari ini kita harus berangkat tepat waktu yaitu jam 7. Karena di Krisna tidak mungkin belanja dengan waktu cuman 1 jam saja. Sehingga kami pun terpaksa harus bangun cepat agar tidak telat. Setelah kami semua sudah menaiki bis, bis pun berangkat menuju Krisna. Tampak terdengar membosankan bagi Saya mendengar Krisna, karena setiap ke Bali pasti mampirnya kesini untuk beli oleh-oleh, dan keadaan mood Saya disini sedang males beli oleh-oleh. Alhasil sesampainya di Krisna, Saya pun hanya bisa keliling nemenin si Ruby belanja oleh-oleh, teman-teman yang lain pun tampak begitu semangat mencari barang buruan nya untuk buah tangan orang-orang di rumah. Waktu belanja di Krisna pun sudah usai, saatnya kita bergegas memasuki bis dengan tujuan wisata selanjutnya adalah Tanjung Benoa. Tanjung Benoa berada di kawasan private Nusa Dua, karena di Nusa Dua ini banyak berdiri hotel-hotel mewah dan kawasan ini biasa digunakan rapat penting oleh pejabat-pejabat dalam negeri maupun luar negeri. Dulu kawasan Nusa Dua ini jarang penduduk, karena kontur tanah nya kapur sehingga cukup sulit untuk mendapatkan air bersih di kawasan ini.  Karena Bali membutuhkan tempat untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang sangat penting, tertutup dan aman. Maka Nusa Dua dibangun sedemikian rupa sehingga menjadi sekarang ini.


Sesampainya di Tanjung Benoa, Nusa Duasekitar pukul 11.00 WITA, kami langsung memasan tiket glass bottom untuk ke pulau penyu. Tiket glass bottom ini seharga 50 ribu rupiah per orang, dan akan berangkat jika kuota sudah mencapai 10 orang. Akan tetapi kuota kita hanya 9 orang pada saat itu, di tambah satu orang lagi dari pihak travel di detik-detik terakhir, jadi yang berangkat ada Saya, Ruby, Rizkar, Ade, Adit, Nita, Tiyar, Gober, Linda & Mas travel. Mungkin sepertinya kami tidak akan sholat jum'at bagi cowo-cowo nya, karena kita baru berangkat ke pulau penyu nya sekitar pukul 11.30 WITA. Ini merupakan ke tiga kali nya Saya ke pulau penyu, tapi Saya ambil tempat yang berbeda kali ini, yaitu penangkaran penyu yang sebelah kanan jika kita pertama kali datang.  Jadi cukup berbeda pengalaman kali ini, di tempat ini hampir semua binatang kami pegang sambil di foto, seperti elang, iguana, penyu, kalong & ular. Jika ditempat sebelahnya kita hanya pegang penyu, ular, dan burung Rangkong. Hampir semua binatang kami pegang dan sambil berpose untuk difoto, sampai tak terasa waktu sudah lebih dari 1 jam. Kami pun kembali ke Tanjung Benoa karena di panggil si mas travel nya untuk segara pulang. Kami pikir mungkin kami akan terlambat lagi naik ke bis, karena yang kami lihat, teman-teman yanga lain tidak ikut ke pulau penyu. Ternyata benar saja, mereka sudah selesai makan dan kami yang terakhir makan, dan setelah itu kami pun berangkat menuju Uja Mandala untuk beribadah. Uja Mandala adalah tempat dimana semua tempat peribadatan umat manusia ada disana dan saling berdampingan. Ini menandakan bahwa walaupun kita berbeda umat harus hidup rukun dan saling berdampingan. Setelah beribadah di Uja Mandala kami berangkat menuju Dreamland, atau yang dulu disebut dengan New Kuta Beach. Dreamland ini masuk dalam kawasan Tomy Soeharto, karena sebagian tanah di Nusa Dua ini sudah dimiliki oleh Tomy Soeharto ketika masa kepemimpinan Ayahnya. Di dekat Dreamland ini juga tedapat kawasan golf terluas di Bali. Walaupun  daerah Nusa Dua ini kontur tanahnya berupa tanah kapur, akan teteapi Tomy menyulapnya dengan hamparana rumput hijau yang luas. Sungguh luar biasa apa yang telah dilakukan Tomy itu, dan dari situlah merangsang pertumbuhan pembangunan di kawasan Nusa Dua.
Sekitar pukul 15.00 WITA kita sampai di Dreamland. Terlihat perbedaan tempat parkir mobil, yang dimana jika dulu jarak dari tempat parkir masuk ke pantai Dreamland harus menuruni banyak anak tangga dan cukup jauh, sekarang dibuat tempat parkir yang lebih dekat dari kawasan pantai. Pada saat itu memang keadaan disana cukup panas, sehingga membuat malas teman-teman dan enggan untuk ke berjalan-jalan di pantai. Tapi tidak untuk Saya, Ruby & Ade, kami bertiga berjalan menyusuri bibir pantai sambil foto-foto, pemandangan dan keindahan pantai lah yang membuat kami untuk terus berjalan dan foto. Saking tak sadar akan keindahan pantainya, kami tengok kebelakang tak nampak satupun mahasiswa dari Untirta yang terlihat, lalu kami putuskan untuk kembali ke Bis, karena ga enak kalo nanti  kita telat lagi naik Bis nya. Ketika berjalan hendak ke Bis kita melihat seorang bule perempuan yang sedang berjemur dan diminta foto bareng wisatawan lokal, sungguh menarik perhatian, karena memang bule nya itu cantik, sampai kita pun ingin foto bareng dengannya, akan tetapi kita harus lekas ke Bis dan ga boleh telat. Ternyata eh ternyata pas mau sampe parkiran masih banyak mahasiswa yang sedang berbelanja dan katanya masih ada juga yang di pantai. Memang penyesalan mah di akhir, heheh.

Setelah menunggu teman-teman yang lain cukup lama, akhirnya kita meninggalkan Dreamland dan hendak menuju GWK atau Garuda Wisnu Kencana. Sekitar 15 menit dari Dreamland kita sudah sampai di GWK. Disini kita akan melihat rancangan patung Garuda Wisnu Kencana yang baru terbuat hanya beberapa bagian. Karena rencana nya disini akan dibuat patung Garuda Wisnu Kencana yang kira-kira tinggi nya sekitar 145 meter dan ditambah lagi posisi nya yang berada di 263 m di atas permukaan laut yang jika kelak nanti rampung akan melebihi patung Liberty di Amerika, dan dapat dilihat dari radius sekitar 20 Km. Proyek ini belum rampung betul, karena hanya baru terbuat bagian badan dan tangan Dewa Wisnu dan bagian Kepala Garuda. Sekitar pukul 17.00 WITA kita sampai di GWK, dan langsung masuk. Untuk memasuki kawasan GWK ini diperlukan tiket seharga Rp. 25.000,- untuk dewasa. Di GWK ini kita akan melihat tebing-tebing batu kapur yang dibentuk sedemikian rupa. Sungguh luar biasa, bisa dibayangkan nanti jika proyek mega patung GWK ini sudah jadi, pasti tempat ini akan ramai dipadati wisatawan. Setelah kita berkeliling melihat mega proyek patung GWK, lalu kita memasuki teater terbuka untuk menonton pertunjukan tentang kisah Garuda dan Dewa Wisnu. Hingga menjelang magrib pertunjukan selesai kita beranjak pergi ke Kampung Kute yaitu toko oleh-oleh sekaligus tempat makan. Ada yang unik dari tempat makan ini, karena tepat di depan tokonya terdapat patung hias berupa alat reproduksi pria yang ukurannya cukup besar bahkan beberapa dari mahasiswa menyempatkan diri untuk berfoto di patung tersebut. Di Kampung Kute ini tempat makan nya enak ada live music nya, jadi jika ada yang mau menyumbang suara silahkan. Disini juga kita merasa senang, karena makanan nya cukup enak, yah lumayan memanjakan lidah, haha.

Setelah menikmati sajian makan dan mendengarkan sumbang suara dari teman mahasiswa yang menurut Saya enak di dengar lalu kita kembali hotel. Saya niat kalo nanti sampe hotel mau bernang di kolam renang hotel, karena malam ini adalah malam terakhir bagi Saya, Ruby, Rizkar dan Adit berada di hotel ini dan malam terakhir bersama teman-teman mahasiswa. Sesampainya di hotel, Saya membicarakan masalah rencana esok pagi hingga tanggal 14 mendatang, karena rencana kita esok pagi sudah berpisah dengan teman-teman yang lain. Di tengah perbincangan kita, Adit mengatakan bahwa dia tidak bisa ikut dengan Saya, Ruby & Rizkar yang rencana nya akan pulang tanggal 14, memang Adit juga sudah pesen tiket pesawat untuk kepulangan tanggal 14, akan tetapi di bersikukuh untuk pulang besok dengan rencana tiket yang sudah di beli di reschedule keberangkatannya. Jadi pada saat itu juga Adit dan Tiyar keluar hotel untuk mencari agent tiket pesawat. Tinggal Saya, Ruby & Rizkar yang membuat rencana buat esok. Jadi ada 2 rencana, pertama, kita aka  tinggal di Bali sampe tanggal 14, yang kedua, kita akan berangkat ke Lombok denga  budget yang minim. Seperti diketahui, kita kekurang 1 personil yang akan berangkat ke Lombok, jadi kalo kita ‘kekeh’ ingin berangkat ke Lombok, pasti kita disana akan kekurangan. Sedangkan kalo kita untuk tetap tinggal di Bali tepatnya di jalan poppies lane Kute, maka kita akan merasa tercukupkan untuk masalah hidup sampe tanggal 14 kedepan. Setelah lama berdiskusi dan membuahkan hasil, akhirnya kita memilih untuk tetap tinggal di Bali sampe tanggal 14 kedepan, dan kita pun menyuruh Adit yang sedang keluar hotel untuk mencarikan penginapan murah di jalan poppies. Saya pun merasa ada yang ngeganjel di hati ini, karena rencana ke Lombok yang dari awal Saya rencanakan bareng Ruby, Rizkar & Adit tidak jadi. Apa kata teman-teman dan orangtua Saya kalo ga jadi ke Lombok. Daripada kepikiran terus, Saya pun ke bawah hendak berenang di kolam renang hotel. Rizkar dan Ruby pun datang menyusul, begitu juga teman-teman yang lain dari semester VII. Semakin malam semakin rame di kolam renang ini, kita mengadakan party kecil untuk hari terakhir kita di hotel ini, walaupun hanya Saya aja yang renang sendiri dan yang lain sedang asik di pinggiran kolam dengan beer nya. Ditengah tawa kita, dateng si Adhar yang menurut gw orang ‘terkonyol’ di Fisip. Mulai lah kami sambut dengan arak Bali, sampai dia hilang kendali. Mungkin dia meresa jadi bahan tertawaan kami, dia pun pergi dengan berdalih ada yang telpon. Hingga lama dia tak kembali, kami tetap lanjutkan malam dengan candaan. Sampai larut malam, sampai beer habis, lalu kita kembali ke kamar masing-masing. Ketika Saya hendak ke kamar, ketemu Adit & Tiyar di lobby hotel. Katanya dia tidak dapet tiket pesawat buat besok pulang, dan Saya pun coba kasih solusi yang terbaik, yaitu besok pagi setelah pisah dengan rekan-rekan mahasiswa kita berangkat ke Ngurah Rai untuk beli tiket pesawat buat si Adit.  Rencana tiyar yang mau pulang besok naik pesawat ternyata gagal, karena dia merasa uangnya tidak akan cukup buat beli tiket pesawat. Setelah berbincang-bincang di lobby hotel, Saya pun  kembali kekamar untuk membicarakan fixasi untuk rencana besok.

Setelah mandi dan beberes barang bawaan, Saya, Ruby & Rizkar mulai membicarakan rencana besok. Untuk peribadi sih, Saya merasa kalo rencana ke Lombok ini gagal, maka apa kata teman-teman dan orangtua Saya, pasti Saya merasa malu dan berat hati. Apa yang Saya rasakan ternyata sama apa yang Rizkar rasakan. Setelah lama berdiskusi dengan sedikit ketegasan Saya pastikan budget dari masing-masing orang. Saya sisa uang 700 ribu, Ruby 500 ribu dan ternyata Rizkar mau menyumbang 1 juta. Wow, ini sih sudah dapat dipastikan bisa berangkat ke Lombok. Akhirnya Rizkar dengan rasa persahabatan dan persaudaran yang tinggi mau mengeluarkan budget terakhirnya. Kata Rizkar “apa sih yang ga buat temen mah”, itu lah kata-kata yang biasa diucapkan didalam persahabatan kami, sehingga diantara kami tidak ada rasa perhitungan sama sekali, kami semua sama, susah senang kami selalu lewati bersama. Satu yang mungkin bisa di ambil dari persahabatan kami, yaitu jangan pernah saling perhitungan, kalo lagi ada uang ya kami berbagi, kalo tidak ada uang pasti sahabat kami akan memberi. Akhirnya, dengan niat, dengan tekad bulat, dengan budget kurang, dengan ke-nekat-an, Saya, Ruby dan Rizkar akan berangkat ke Lombok esok hari. Ya, mari kita bersulang kawan...

Sabtu, 10 November 2012, sekitar pukul 7.30 WITA, kita bertujuh (Saya, Adit, Ruby, Rizkar, Ade, Tiyar & Nita) untuk pertama kalinya sarapan di Hotel. Terpaksa Saya lakukan karena untuk mengirit biaya pengeluaran. Walaupun makanannya sedikit kurang enak dan begitu juga teh manisnya, tapi kami tetap harus menghabiskannya. Setelah sarapan, Saya, Adit, Ruby & Rizkar pamit sama dosen-dosen dan teman-teman yang lain untuk berpisah. Mas Rizki dari pihak travel pun bersedia untuk anter kami ke bandara Ngurah Rai, tentunya dengan biaya bensin dari kami. Ada sedikit trouble di detik terakhir keberangkatan kami, yaitu ketika Saya periksa dompet dan ternyata dompet di kantong Saya tidak ada, kemudian Saya coba untuk cari di koper sampai ke kamar hotel, dan ternyata tidak ada juga. Ketika Saya coba mengingat-ingat, dan benar saja dompet itu ada dibalik tumbuhan yang berada di kamar hotel bawah, yang mana semalem tempat ngobrol Saya. Alhamdulillah, dompet sudah ketemu, lalu kami pun berangkat ke Ngurah Rai. Ada kejadian lucu tadi ketika Saya dan Ruby mencari dompet ke kamar hotel tempat Saya tidur dan ternyata tidak ada, lalu Saya kembali ke bawah dan menemukan dompet itu. Akan tetapi Ruby belum juga kembali ke mobil, di telpon ga di angkat-angkat, hingga Saya kesal dan naik kamar hotel yang berada di lantai 3, dan ternyata si Ruby lagi ‘b.a.b’, kan konyol disaat panik dan genting malah ke kamar mandi, hahaha dasar Pak Kandung nih (Ruby di identikan mirip sama Pak Kandung selaku PD II di Fisip oleh teman satu jurusan).

Ditengah perjalanan, mas Rizki selaku pihak travel yang berniat akan mengantarkan kami ke Ngurah Rai ternyata berdalih, dan katanya cuma bisa mengantarkan kami sampai Terminal Ubung saja. Sesampainya di terminal Ubung, lalu kami mencari taksi untuk berangkat ke Ngurah Rai, akan tetapi seorang sopir angkot dating menghampiri kita. Dia coba untuk menawarkan angkutan ke Ngurah Rai dengan harga Rp. 80.000,-. Tanpa pikir panjang langsung kita pun naik angkot itu, karena kita melihat disekitar tidak ada taksi dan waktu kita pun sangat terbatas. Memang di Bali ini angkutan umum seperti angkot ini beroprasinya di tempat tertentu dengan batas waktu hanya sampai jam 8 an malem. Sepanjang perjalanan yang cukup jauh kita ngobrol dengan sopir nya sambil melihat-lihat lalu lalang jalan. Sampai akhirnya kita terhenti cukup lama di Simpang Siur, karena dampak dari ada mega proyek pembangunan jalan Tol diatas air dan jalan bawah tanah (underpass). Dari Simpang Siur jarak ke Bandara Ngurah Rai tinggal hanya tinggal beberapa kilometer lagi. Bisa dibayangkan jika kita ke Ngurah Rai dengan menggunakan angkot, mungkin kita satu-satu nya yang ke Bandara Ngurah Rai dengan menggunakan angkot, dengan style pakaian rapih dan membawa koper yang besar. Ini merupakan first time Saya ke Ngurah Rai dengan keadaan seperti ini. Apa mau dikata, toh yang penting kita sampai di Ngurah Rai dengan tepat waktu, budget murah dan mungkin ketika kita jalan disana ga akan tau ini mereka apa yang terjadi pada kita, hahah.  Sesampainya di Ngurah Rai, kita langsung turun kebut dari angkot dan langsung jalan untuk mencari loket tiket. Rizkar dan Ruby menunggu di lobby, Saya dan Adit ke loket tiket Citilink untuk minta reschedule penerbangannya si Adit jadi hari ini. Ternyata biaya reschedule penerbangan si Adit mencapai 700 ribu. Cukup mahal juga, dikira sekita 150 ribu-an. Saya pun coba tanya loket tiket penerbangan yang lain untuk keberangkatan hari ini, ternyata harga nya rata-rata mencapai 900 ribu. Ketika Saya balik lagi ke loket tiket Citilink, ada seorang calo tiket yang ternyata dari tadi memperhatikan kami dan dia pun bertanya tentang masalah tiket kami. Saya pun mulai merasa terusik, akan tetapi si calo nih menawarkan kami tiket Lion Air yang harganya 600 ribu untuk penerbangan hari ini, dengan syarat tuker tambah dengan tiket Citilink si Adit. Tanpa pikir panjang si Adit pun setuju dengan si calo tersebut dan dia pun langsung chek in dan pamit sama kita, karena dia dapet tiket dengan keberangkatan pukul 11.00 WITA, sekitar 1 jam untuk dia mengurus  keberangkatannya.

Ketika Adit masuk boarding pass, kami pun langsung menitipkan koper di tempat penitipan koper bandara.  Tarif  untuk satu koper per hari nya kena 25 ribu, kami berencana menitipkan 2 koper dengan jangka waktu 4 hari, jadi total biayanya mencapai 200 ribu. Tak apalah, daripada kami ke Lombok bawa koper besar-besar malah jadi repot. Memang niatnya juga mau backpacker, masa bawa koper. Ketika di penitipan koper, ada seorang bule perempuan yang hendak mengambil kopernya, akan tetapi ketika berbicara dengan si penjaga penitipan koper terjadi miss communication. Si penjaga penitipan tidak begitu bisa bahasa inggris, dan di buat bingung oleh si bule ini. Saya yang melihatnya pun mencoba untuk membantu si penjaga penitipan sampai akhirnya selesai juga permasalahan.  Setelah masalah selesai dan koper kami pun dititipkan, kami siap berangkat menuju Padang Bai, akan tetapi sebelum meninggalkan tempat penitipan koper, kami minta foto bareng bule asal Swedia yang tadi terlibat miss communication sama si penjaga penitipan koper, dengan senang hati si bule pun menerima.

Petualangan di mulai…. dari sinilah Saya, Ruby & Rizkar memulai perjalanan ke Lombok. Pertama-tama kita harus mencari taksi dengan budget murah menuju Pelabuhan Padang Bai. Sopir taksi yang berada di Ngurah Rai pun satu persatu kami coba tawar harga ke Padang Bai. Ternyata ada satu sopir taksi yang terima dengan harga 200 ribu sampe ke Padang Bai, tentunya setelah melewati proses nego yang cukup lama. Sopir taksi ini pun langsung mengajak kami menuju mobilnya, dan ternyata mobil taksi nya tuh APV baru. Alhamdulillah kita dapet mobil yang bagus dan nyaman menuju Padang Bai, ini memungkinkan untuk kita beristirahat sejenak, karena mengingat perjalanan dari Ngurah Rai ke Padang Bai sekitar 2 jam-an. Sekedar informasi, Taksi di Bandara Ngurah Rai ini rata-rata mereka yang harga nya murah adalah Taksi dengan mobil seperti Avanza, APV, Luxio dll, karena harga nya bisa dinego, apalagi kalo dengan jumlah 4 sampe 6 orang, otomatis biaya taksi per orang nya akan kena murah. Sambil beristirahat, sambil ngobrol sama sopir taksinya dan tak terasa kami pun sampai di Pelabuhan Padang Bai sekitar pukul 12.45 WITA. Kita pun turun di depan gerbang Pelabuhan Padang Bai, ketika baru saja turun dari mobil, seseorang menghampiri kami dengan motornya dan langsung menawarkan kami tiket Fast Boat. Menurut informasi dari sopir taksi tadi katanya ada Fast Boat yang langsung ke Gili Trawangan dengan jam pelayaran terakhir pukul 13.00 WITA. Nah, orang yang menawarkan tiket Fast Boat init tuh langsung memaksa Saya naik motornya, padahal Saya baru tanya harga nya berapa doang. Diantarkan lah Saya ke loket tiket Fast Boat ini, dan Ruby pun datang menyusul. Langsung Saya tanya ke loket tiket masalah tiket Fast Boat ini, katanya harga untuk tiga orang sekitar  750 ribu rupiah. Sontak mendengar harga segitu Saya pun langsung menolaknya dan mencoba untuk pura-pura pergi agar harganya dapet turun lagi. Ternyata cara ini pun ampuh membuat harga menjadi turun, karena mengingat Fas Boat ini yang terakhir menuju Gili Trawangan dan sedangkan masih banyak tersisa kursi kosong. Akan tetapi harga nya masih cukup tinggi bagi kami, karena masih di angka 525 ribu rupiah untuk 3 orang. Kali ini Saya menolaknya, dan coba pergi beneran, ketika Saya meminta kepada orang yang tadi mengantarkan Saya dan Ruby ke loket tiket ini untuk mengantarkan kami kembali ke depan gerbang Pelabuhan Padang Bai, dia pun menolaknya dan dia malah mengejek kami dan dia bilang “jalan aja sana sendiri”. Sungguh Calo breng**k, b**ingan, kutu kupret, Dengan enaknya dia bilang begitu sambil tertawa. Saya dan Ruby pun jalan ke depan gerbang yang cukup jauh dengan perasaan gendek. Sebagai pelajaran, kalo kita tidak mau naik Fast Boat, langsung tolak aja calo yang nawarin tiket Fast Boat. Postifnya kalo kita mau naik Fast Boat langsung ke Gili Trawangan, lebih baik beli tiketnya ketika mepet mau jam 1, Insya Allah harganya bisa di nego.

Rizkar yang cukup lama menunggu kedatangan Saya dan Ruby pun merasa takut, karena takut ditinggalin Saya dan Ruby ke Lombok. Setelah berkumpul kembali, kami pun masuk pelabuhan Padang Bai dan langsung mencari loket tiket kapal feri. Belum ketemu loket tiket kapalnya, kita sudah dihadang sekitar 6 calo tiket kapal dengan harga 35 ribu rupiah. Kami pun dipaksa dan di giring ke kapal yang kata si Calo masih baru dan bagus. Kami pun digiring hingga mau masuk ke kapal itu. Ketika kami di giring menuju kapal tersebut, Ruby merasa ga enak perasaan dan merasa kalo kita akan ditipu. Sontak Ruby pun ngomong ke Saya untuk ‘slow’ dulu jangan langsung naik. Memang Saya pun berpikir untuk makan dulu, karena perjalanan kapal ini akan memakan waktu lama hingga 5 jam perjalanan. Mengingat makanan di kapal pasti mahal-mahal, Saya pun langsung memutuskan untuk balik arah dan mencari tempat makan. Akan tetapi si calo ini pun masih tetap mengikuti kami hingga kami berhenti di deket warung dan sambil mencari-cari tempat makan. Saya pun mulai merasa terusik dengan cara si calo ini yang mengikuti kita terus. Terlebih lagi posisi pada saat itu tuh panas menyengat, Ruby dan Rizkar pun malah berdiri ga jelas dibawah baliho iklan. Nah, pada saat si calo kembali berbicara panjang lebar masalah keberangkatan kapal itu, Saya pun langsung menghampiri dan membentak nya “Saya juga tau pak, Saya orang Banten, sering nyebrang Merak – Lampung”.  Tak lama kemudian para calo tiket ini pun pergi meninggalkan kami, dan kami pun langsung mencari tempat makan yang akhirnya tertuju pada Rumah Makan Muslim Jawa Timur.

Setelah makan dan sholat, Saya pun berencana beli tiket sendiri ke loket tiket tanpa Ruby dan Rizkar, karena untuk menghindari dari calo tiket. Ketika di loket tiket pun calo tiket tetap menghampiri Saya, dan yang Saya heran kenapa pegawai Dinas Perhubungan yang menjaga sebagai petugas tiket melihatnya biasa saja dan seakan tidak mau ikut campur. Setelah tiket berhasil Saya beli langsung saja kami memasuki kapal ferri Jasmine, yang katanya masih baru dan bagus. Benar saja apa yang di katakan calo tiket tadi, Kapal Jasmine ini fasilitas nya bagus, ada ruang lesehan AC nya, jadi dapat tidur nyenyak. Untung saja kami masih sempat naik kapal ini, karena tadi memang kami telah membuang waktu 1 jam ketika dipaksa calo tiket untuk menaikinya. Setelah kami menaiki kapal, tak lama kemudian kapal pun mulai berlayar perlahan meninggalkan Pelabuhan Padang Bai sekitar pukul 14.00 WITA. Kami istirahat di ruang lesehan AC, karena mengingat perjalanan yang cukup lama hingga 5 jam-an. Di ruang lesehan ini tidak begitu padat penumpang, begitu juga dengan tempat duduk di luar kapal. Jadi kami lebih leluasa untuk beristirahat sejenak. Tapi barang-barang bawaan harus tetap waspada ya..

2½ jam berlalu, kapal pun mulai terasa goyang-goyang cukup kuat, hingga Saya pun terbangun melihat jendela. Ternyata kita sedang berada di tengah selat Lombok, cukup membuat penasaran, Saya pun keluar den menujuk dek atas kapal. Dari sini sudah terlihat pulau Lombok  dengan bukit-bukit nya, dan membuat Saya merasa ingin cepat-cepat sampai disana. Ketika melihat suasana indah di atas kapal, Saya pun teringat dengan sodara jauh Ruby yang orang Lombok. Ceritanya mamah Ruby punya sepupu perempuan, nah sepupu perumpuannya itu nikah sama orang Lombok, yang mana dia punya adik di Lombok. Nah, kita tuh berencana untuk menghubungi adik suami nya sepupu mamahnya Ruby. Dengan bermodalkan nomor telpon yang dikasih langsung oleh suaminya itu, Saya pun coba untuk menelponnya, karena Ruby sendiri tidak berani. Setelah di telpon dan direspon menurut Saya cukup baik dengan akhiran dijanjikan akan ditelpon kembali, kami pun menaruh harapan kecil pada sodara jauh Ruby yang bernama Om Rudy ini. Sambil menunggu Om Rudy menelpon lagi, kami pun pindah posisi ke dek atas kapal untuk menikmati pemandangan. Pada saat itu, pulau Lombok benar-benar terlihat jelas bukit-bukitnya, mungkin ini tanda nya sebentar lagi kita akan berlabuh. Saya lihat disekitar tempat duduk di dek atas kapal, banyak bule yang sedang baca buku, sedangkan banyak orang Indonesia menghabiskan waktu perjalanan nya dengan dengar musik, tidur bahkan ngerokok terus sampe bosan. Sungguh perbedaan budaya yang sangat kontras.

Alhamdulillah, Om Rudy yang diharapkan kami akhirnya menelpon kembali, dengan respon yang baik, kami pun ditunjukan jalan kerumah nya jika nanti kita sudah sampe Pelabuhan Lembar. Tak sabar ingin cepat-cepat sampe pelabuhan, eh di sekitar kita sudah terlihat begitu dekat bukit-bukit pulau Lombok yang dihiasi suset yang tepat berada di atas bukit-bukit.  Ini adalah posisi kapal sekitar 30-45 menit lagi akan berlabuh. Jangan sampe deh melewati moment ini. Karena mata kita akan dimanjakan pemandangan yang sangat indah disini. Tidak lupa kami mengabadikan moment sunset ini dengan kamera. Laju kapal pun mulai melamban, dan perlahan berhenti, karena sedang menunggu giliran kapal lain untuk berlabuh. Setelah itu kapal pun perlahan menuju dermaga dan berlabuh. Akhirnya kami sampai juga di Lombok, awalnya kami sempat ragu untuk pegi ke Lombok ini setelah ada sedikit kekacauan rencana ketika di Bali. Tetap selalu bertiga (Saya, Ruby & Rizkar) lagi kalo kemana-mana, ini bukan masalah harta, tapi masalah persahabatan, susah senang kita hadapai bersama. Kami pun tidak bisa percaya dan terus tetap tersenyum ketika detik-detik mau berlabuh. Ketika posisi kapal sudah membentur dermaga, pintu gerbang kapal pun dibuka dan satu persatu kendaraan dan penumpang pun keluar begitu pun dengan kami. Baru turun dari kapal, sudah banyak tukang ojek yang menawari jasa nya, akan tetapi kami menolak dan mencari angkutan umum saja. Ketika kami lagi berjalan, ada seorang sopir taksi gelap menghampiri kami dan menawarkan jasa nya dengan harga 50 ribu sampai Labu Api. Kami pun menolaknya, akan tetapi sopir tersebut masih mengejar-ngejar kami hingga kami menemukan Masjid dan kami putuskan untuk sholat dulu sekalian untuk menghindari sopir tersebut.

Setelah sholat Magrib dan Isya, kami berbincang-bincang dengan warga sekitar dann alhamdulillah banyak warga yang membantu kami dalam mencari kendaraan umum ke Labu Api, bahkan ada seorang warga yang mencarikan taksi untuk kami. Katanya memang taksi tidak boleh masuk Pelabuhan, karena tukang ojek dan sopir taksi gelap merasa terintimidasi oleh taksi. Jadi taksi pun hanya berani berada di jalan keluar pelabuhan saja. Kami pun keluar dari Masjid dan ditunjukan tempat biasa mangkal taksi yang tidak jauh dari jalan raya tepat keluarnya kendaraan dari pelabuhan. Ketika kami duduk di warung tempat biasa sopir taksi mangkal, lewatlah taksi yang dipanggil warga tadi, karena merasa tidak ada orang, taksi pun beranjak pergi lagi. Hancurlah harapan taksi kami, dan kami terpaksa menunggu taksi berikutnya. Eh, datanglah sopir dengan mobil Livina menawari kami harga 40 ribu sampai Labu Api, ternyata sopir tersebut yang tadi mengejar-ngejar kami di pelabuhan dengan mobil Carry nya. Syukur alhamdulillah, tidak dapat taksi tapi dapat mobil Livina baru, hehe. Diantarlah kami hingga polsek Labu Api dan bertemu istrinya Om Rudi. Diantarlah kami ke rumah Om Rudy yang terletak di daerah Prampuan, Labu Api. Kami pun di jamu makan malam dan ngobrol-ngbrol sama Om Rudy, ternyata keluarga Om Rudy ini sangat baik, kami pun beruntung bisa bertemu dengan sodara jauhnya Ruby, mengingat kami hanya diberi nomor telpon Om Rudy saja oleh sodara Ruby yang di Serang. Setelah makan dan ngobrol-ngobrol kami pun istirahat dikarnakan esok pagi harus sudah berangkat menuju Gili Trawangan.

Senin, 05 November 2012

TRIP BALI PART 1


Tanggal 5 November 2012, dimana hari itu mahasiswa dari jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa akan melakukan Field Trip atau lebih tepatnya sih berwisata. Karena tujuan nya yaitu Pulau Bali atau yang biasa disebut dengan Pulau Dewata. mahasiswa yang mengikuti Field Trip ini sekitar 150 orang. Ini adalah kedua kali nya saya ikut perjalanan ke Bali ini setelah 2 tahun yang lalu. Travel yang di gunakan tetap masih Indie Tour dari Purwokerto, yang notaben nya masih di percaya oleh pihak kampus untuk melakukan perjalanan ke Bali lagi. Biaya per-orang nya pun terbilang cukup murah, yaitu sekitar Rp. 1.***.000,-. Dengan biaya yang murah tersebut, perjalanan kami dilakukan melalui  jalur darat dengan menggunakan Bis. Ya, Bis Cepat, sampe-sampe Bis cepat ini punya ikatan organisasinya loh. Perjalanan pun memakan 2 hari menuju Bali, dengan total perjalanan selama 8 hari sampai balik lagi ke Serang.

Singkat cerita perjalanan, karena memang perjalanan nya tidak ada yang menarik dan sangat membosankan. Karena kita di bis kerjaanya duduk, makan, duduk, pom bensin dan seterusnya hingga kita naik kapal laut di pelabuhan Ketapang, Banyuwangi. Tapi perjalanan kali ini ada kejadian yang cukup meresahkan para keluarga mahasiswa yang ikut Field Trip ini. Karena mahasiswa yang pake BB a.k.a. Blackberry mendapat broadcast messege  dari kontak nya yang berisi tentang kecelakaan mahasiswa Untirta di jalan pantura dan 48 orang meninggal. Kita dapat kabar ini tuh ketika kita baru keluar Tol Cileunyi dan sedang melakukan sholat magrib dan makan malam di Rumah Makan. Sontak serentak seluruh mahasiswa mendapat telpon dari keluarga nya dan membantah issue tersebut. Tentunya saja kita bantah, karena kita tidak lewat pantura dan kita posisi sedang sholat dan makan. Bahkan katanya kabar ini sampe ke luar kota Serang dan pihak media massa juga meminta konfirmasi ke Pak Kandung – selaku penanggung jawab kegiatan, terkait issue yang beredar tersebut. Sungguh hal konyol yang dilakukan oleh seorang mahasiswa, mereka tidak tau cara bagaimana menggunakan smartphone yang baik, smartphone seperti Blackberry itu bukan tempat sarana untuk menyebarkan issue-issue yang belum pasti kebenarannya. Ya mungkin itu lah salah satu dampak negatif dari penggunaan Blackberry jika ditangan orang yang salah. Apalagi sekarang hampir seluruh orang Indonesia menggunakan Blackberry, dari kalangan anak-anak hingga kalangan yang tua-tua. Jadi pergunakanlah smartphone yang ada punya sekarang sebaik mungkin jangan karena untuk mengikuti trend.

Sampai di pelabuhan Ketapang, Banyuwangi sekitar jam 12.45 WIB tanggal 7 November 2012. Pelabuhan Ketapang ini merupakan pelabuhan penyebrangan dari pulau Jawa ke pulau Bali yang ada setiap jam nya. Untuk masalah tarif saya kurang tau, tapi terakhir dengar katanya tarif penyebrangan ini sekitar Rp. 35.000,- . Sekitar jam 01.15 WIB kami mulai menaiki kapal feri ini, dan tidak lama pula setelah loading muatan orang dan mobil kapal pun mulai berlayar menuju Pelabuhan Gilimanuk, Bali. Perjalanan laut ini hanya memakan waktu 45 menit untuk sampai di Gilimanuk. Tapi cukup banyak juga dari teman-teman mahasiswa yang merasakan pusing (mabok laut), mungkin karena baru pertama kali melakukan perjalanan laut ini, dan ditambah angin laut yang cukup kencang.


Om, Swastiastu. Kita sampai di pulau Bali tepatnya di Pelabuhan Gilimanuk sekitar jam 3.15 WITA, karena waktu di Bali lebih cepat 1 jam dari Jakarta. Setalah sampai kita langsung menaiki Bis dan mulai berangkat menuju Rumah Makan untuk melakukan sholat subuh, mandi dan sarapan. Ya, selama perjalanan ke Bali kami selalu mandi nya di Rumah Makan. Kami pun disambut hujan ketika sampai di pulau Bali, sebuah berkah bagi kami. Setelah sarapan yang lagi-lagi kurang enak kami pun berangkat menuju Kantor Bupati Jembrana untuk melakukan study yang merupakan inti dari Field Trip ini. Sampai di Kantor Jembrana kita langsung mamasuki ruang aula untuk mendengarkan pemaparan tentang kinerja serta birokrasi yang telah dilakukan oleh Pemkab Jembrana. tidak berbeda jauh dengan waktu pertama kami datang kesini. Hanya saja yang berbeda adalah Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Jembrana yang baru ini lebih memprioritaskan pada segi perbaikan birokrasi maupun pembangunan. Setelah pemamparan materi serta sesi tanya jawab dan acara usai kami foto-foto sejenak di halaman kantor Bupati. Memang sangat bagus tata halaman kantor-kantor di dalam lingkungan Pemkab Jembrana ini. Sehingga mungkin membuat sebagian mahasiswa tertarik untuk berfoto. Cheeessseeee......

Setelah mengunjungi Kantor Bupati Jembrana, kami langsung menuju Rumah Makan yang tidak begitu jauh dari kantor Pemkab Jembrana lalu dilanjutkan menuju Tanah Lot yang merupakan perjalanan awal wisata di Bali. Awal perjalanan wisata kita kali ini ditemani seorang tour guide asli Bali yang bernama Bli Sukre. Nah bli Sukre ini lah yang menemani kita di Bis 1 selama berwisata di Bali. Sepanjang perjalanan ke Tanah Lot, bli Sukre memperkenalkan diri dan sambil bercerita. Saya pun sampai terlelap, karena perjalanan ke Tanah Lot ini cukup jauh, kira-kira memakan waktu perjalanan selama 2 jam. Sesampainya di  parkiran Tanah Lot kami langsung menuju Pure Tanah Lot nya. Foto-foto adalah momen yang tidak bisa dihindarkan di tempat ini. Tapi bagi saya ini merupakan ke 3 kali saya kesini, dan udah bukan hal yang asing lagi. Jadi posisi saya membidik foto untuk teman-teman saja. Setelah foto-foto di depan pure Tanah Lot nya, langsung saya ajak teman-teman (Ruby,Rizkar,Adit,Ade,Tyar dan Nita) ke atas yang dimana kita ngeliat pure Tanah Lot dari atas sambil menunggu sunset. Sampai di atas kita pesan kelapa sambil menikmati pemandangan Tanah Lot yang begitu indah menawan. Sayang sekali kami disini tidak sempat menikmati sunset, yang dimana kita melihat dibawah sana dan ternyata teman-teman mahasiswa yang lain sudah tidak ada. Alhasil kami pun telat ke Bis, karena saking enaknya ngobrol sambil nyeruput kelapa menunggu sunset datang.

Setelah dari Tanah Lot kami menuju Hotel Ma*e yang katanya bintang 3 yang terletak di Jalan Sempidi dan tepat berada di depan Pemkab Badung. Tapi sesampainya di hotel Ma*e, kami pun langsung ke kamar, dan melihat fasilitas dikamar tidak sesuai dengan bintang 3. Fasilitas bintang 3 nya mungkin mengandalkan kolam renang saja. Kami pun menghiraukan itu semua dan langsung prepare mengunjungi Kute dan Legian di malam hari. Karena tidak ada angkutan umum, kami terpaksa menaiki taksi gelap (dengan mobilnya seperti avanza,apv dll). Tapi itupun setelah melewati panjangnya negosiasi harga dengan si supir nya. Taksi yang kami naiki mobilnya apv, kamipun berangkat menuju kute sekitar pukul 22.00 WITA dengan pasukan sekitar 8 orang yaitu (saya,Adit,Ade,Rizkar,Ruby,tyar,Nita dan Yenita).  Supir taksi kami ini namanya bli Rizal, sungguh koplak kelakukan nya, nanya apa jawab nya ga nyambung, dan dia juga kurang banyak tau tentang Bali, mungkin dia sedang dalam pengaruh alkohol. Tapi alhamdulillah kami di antar tepat di depan hotel Hard Rock Kute Bali, kami pun langsung turun dan mulai berjalan-jalan di sekitar Kute hingga Legian sambil foto-foto. Yang biasa tempat andalan foto yaitu di Hard Rock, Welcome to Pantai Kute, dan monumen Bom Bali. Sesampainya di monumen bom bali, kami disini santai sambil melihat bule-bule yang sedang lalu lalang, sebagian kecil dari mereka sudah menjadi bule gila, dari yang koprol-koprol dijalan sampe ada yang berpakaian ketat spiderman. Kami pun dibuat tertawa oleh gelagat si bule spiderman ini, karena dia meniru gaya spiderman mengeluarkan jaringnya tepat kepada kami yang sedang berdiri sambil senyum melihatnya, Hahah...

Sampai pukul kurang lebih 02.00 WITA kami berada di Legian ini, dari yang nanyain harga table sampe mau masuk ke bar-bar tapi ga jadi karena budgetnya minim, hehe. Akhirnya kami memutuskan next time aja mungkin untuk ikut bergoyang di bar bareng bule-bule. Kami pun pulang menyusuri jalan Legian hingga jalan Poppies Lane 1 menuju Kute yang dimana kita sudah janjian sama si Bli Rizal untuk mengantarkan kami pulang ke hotel. Sebelum pulang ke hotel kami beli KFC dulu untuk makan kami, karena kami tau pasti nanti pagi sarapan nya kurang enak, jadi kami antisipasi dahulu. Sesampainya di hotel kami langsung makan dan istirahat untuk aktifitas wisata esok hari nya.
Tanggal 8 November 2012 pukul 08.00  WITA, kami sekamar saya,Adit,Ruby dan Rizkar bangun kesiangan. Yang dimana jadwal kita berangkat dari hotel itu pukul 7.30 WITA. Ternyata teman-teman dikamar sebelah pun sama telat juga, mungkin karena aktivitas jalan-jalan semalam.  Kami pun langsung mandi tanpa sarapan mmasuk ke Bis 1, dan lagi-lagi Bis 1 terlambat lagi dari Bis 2 & 3. Maklum saja, isinya Bis 1 senior semua jadi wajar sering telat aja karena sudah biasa telat, heheh. Tujuan pertama kita pagi ini adalah mengunjungi Sangeh, dimana disana itu terdapat pure di Hutan Lindung yang umurnya mungkin puluhan sampe ratusan tahun. Karena hutan lindung, maka masih terdapat monyet-monyet. Monyet tersebut banyak yang sudah jinak, mungkin karena wisatawan sering kesini, tapi ada juga yang agresif jika melakukan hal-hal yang aneh kepada monyet tersebut. Mungkin wisata ke Sangeh ini menggantikan wisata ke Uluwatu, padahal Uluwatu lebih bagus dari Sangeh. Setelah mengunjungi Sangeh, kita menuju ke Kacang Bali, dimana disini kami akan makan siang sambil belanja oleh-oleh. Kacang Bali menjadi tempat andalan dari travel Indie Tour, karena tahun kemarin pun kami diarahkan belanja nya disini. Setalah makan siang kami langsung menuju kantor Walikota Denpasar, ini merupakan agenda inti yang kedua setelah sebelumnya mengunjungi Pemkab Jembrana. Sesampainya di Kantor Walikota Denpasar ini, kami langsung di antarkan menuju ruang aula untuk mendengarkan pemaparan tentang pelayanan publik di Denpasar. Setelah mendengarkan pemaparan dan sesi tanya jawab acara pun ditutup. Kita pun langsung menuju bis yang di parkir cukup jauh dari kantor dan tujuan kami berikutnya adalah Pantai Kute.
Sesampainya di Central Parking yang dimana ditempat ini Bis-bis pariwisata di parkir, karena tidak boleh memasuki wilayah kute, dan sebagai penggantinya kami pun harus naik Komotra, Komotra ini semacam angkutan umum khusus wisatawan yang akan ke Kute. Komotra ini pembayarannya menggunakan karcis seharga Rp. 3.000,- untuk berangkat, dan pulang juga sama menggunakan karcis dengan harga yang sama. Biasanya Komotra ini berisi hingga 20 orang, jika sudah mencukupi kuota baru Komotra ini berangkat menuju Kute, jika belum, maka menunggu dahulu hingga kuota nya mencukupi. Kuota Komotra saya pun akhirnya sudah mencukupi, dan Komotra ini pun berangkat menuju Pantai Kute. Sebenarnya saya sudah mengunjungi nya barusan kemarin malem, tapi tak apalah, karena tunjuan kali ini melihat sunset di pantai Kute. Sesampainya di Pantai Kute, kami (saya, Adit, Ade, Ruby, Rizkar, Gober, Tiyar & Nita) mencari market dulu untuk beli makanan dan minuman, karena pasti di sepanjang pantai mahal-mahal harga nya. Makanan dan minuman sudah dibeli, kami memasuki pantai Kute dan langsung cari tempat yang enak buat duduk sambil menikmati suasana pantai walaupun panas matahari sangat menyengat waktu itu. Posisi sudah ketemu, kami langsung menyewa tiker untuk duduk. Baru duduk-duduk sebentar, udah ada ibu-ibu yang nawarin pijit, berhubung badan saya pegel-pegel dan saya kesini berpakaian celana panjang dan pake sepatu yang dimana ke kalo ke pantai itu tidak enak dilihat, ya saya putuskan untuk dipijit, tapi setelah negosiasi harga samapi Rp.40.000,-. Rizkar dan tyar pun ikut di pijit, tak apalah yang penting kita sekarang lagi di pantai Kute, nikmatin aja apa yang biasa orang-orang lakukan disini, karena dengan begitu kita akan tau bagaimana rasanya menikmati pantai Kute.
Pantai Kute ini memang sangat indah, garis pantai yang membentang sangat panjang hampir membentuk setengah lingkaran di selimuti pasir putih yang lembut dan katanya mampu menyesuaikan dengan suhu tubuh manusia ketika berjemur di atasnya. Ketika kita memandang lautan, tampak ujung laut itu tepat berada sejajar dengan mata kita, dan ketika sunset tepat berada di garis lurus dengan pandangan mata kita. Sungguh keindahan alam ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang membuat orang-orang pasti akan kembali lagi kesini untuk menikmati nya. Sering sekali pantai Kute ini dipakai upacara adat orang bali, jadi jangan heran jika melihat orang-orang yang berpakaian adat datang kesini, sungguh hebat orang Bali dalam menjaga tradisi budaya nya. Selain upacara adat, biasanya pantai Kute dipakai syuting film sinetron atau FTV karena keindahannya dan mungkin orang kira bukan di Indonesia karena banyak sekali bule-bule yang sedang berjemur maupun lalu lalang.

Matahari pun perlahan mulai turun, langit terang berubah menjadi kuning kemudian berubah menjadi oranye begitulah sekiranya sunset di yang kami lihat di pantai Kute. Karena waktu kami tidak banyak, maka kami langsung jalan ke depan Hard Rock untuk menunggu Komotra yang akan mengantarkan kami ke Bis di central parking. Setelah kami samapi di Bis, langsung kita berangkat menuju toko oleh-oleh Dewata untuk makan malam sekaligus yang mau belanja. Setelah makan malam di Dewata kita kembali ke hotel dan acara bebas. Sekitar pukul 20.30 WITA kita sesampai di hotel, seperti biasa kami bercengkrama hingga larut malam, dan seperti biasa ketika tengah malam kita pesen KFC lewat delivery, karena menggantikan sarapan pagi esok yang menurut kami kurang begitu enak. Setelah KFC datang dan menyantapnya kami pun dapat tertidur pulas...zZzz....

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More