Kamis, 22 November 2012

TRIP LOMBOK PART 2

Hari Ketiga di Lombok

Selasa 13 November 2012, merupakan hari terakhir kami di Gili Trawangan, dan kami pun dengan berat hati siap meniggalkan pulau yang sangat indah ini. Sekitar pukul 09.00 WITA kami sarapan dan siap-siap meninggalkan cottage Bale Sasak, pada saat di lobby menunggu Ruby dan Rizkar yang sedang beres-beres di kamar, saya mencoba menyapa bule cewe (namanya Elizabeth) yang sedang santai menyantap sarapan nya.  Elizabeth seorang guru anak-anak kecil (TK) di England nya, dia sedang meninkmati masa liburan nya yang katanya kurang lebih selama 4 bulan. Sebelum ke Lombok dia sempat menghabiskan 1 bulan di Bali. Masa liburan yang sangat panjang, kalau di Indonesia sih mana ada orang pekerja yang bisa liburan selama itu, kalaupun ada pasti hanya sedikit orang saja.  Setelah itu kami pamit pulang, kami ucapkan terimakasih untuk penginapan dan fasilitas yang disediakan oleh Bale Sasak ini, terimakasih buat a Dedi yang telah memberi kami harga spesial dan juga a Imam yang telah mengenalkan kami ke a Dedi pemilik Bale Sasak.

Pukul 11.00 WITA kami berangkat naik public boat  ke pulau Lombok, tentunya setelah membeli tiket di loket tiket. Perjalan kali ini terasa tenang tidak begitu membuat cemas, ombak dan angin pun bersahabat hingga mengantarkan kami ke pelabuhan Bangsal. Dari pelabuhan Bangsal ini kami langsung mencari cidomo dengan harga Rp.10.000 ke perempatan Pamenang yang jaraknya sebenarnya tidak terlalu jauh. Karena di perempatan Pamenang banyak angkutan umum yang ke Mataram. Ditengah-tengah perjalanan, si abang cidomo nya menawarkan kami taksi yang akan menuju Labu Api, karena kebetulan si taksi ini abis angkut penumpang dari Bandara International Lombok. Kami terimalah tawaran tersebut, tentunya dengan proses negosiasi, karena kami tau harga angkutan umum dari Pamenang sampe ke Labu Api. Beruntung kami dapat taksi dengan mobil avanza ini cukup nyaman dan harganya murah, hanya Rp. 70.000. Rute perjalanan pulang kami sama seperti berangkat, akan tetapi ketika di perempatan Rembiga, kami dialihkan melewati kota Mataram. Kalo ga salah katanya kota Mataram ini hanya punya 1 Mall saja. Sesampainya di Rumah Om Rudy, kami rehat sejenak dan makan siang. Setelah ngobrol-ngobrol sama Rinta  (anaknya Om Rudy) tentang Pantai Kute, akhirnya Rinta pun bersedia mengantarkan kami kesana.

Pukul 14.45 WITA kami berangkat menuju Pantai Kute yang terletak di selatan Pulau Lombok. Dengan menggunakan kendaran bermotor perjalanan terasa mengasyikan. Karena kita dapat melihat begitu jelas dan begitu dekat keadaan serta keramahan penduduk sekitar. Jalan-jalan yang kami ambil pun berupa jalan-jalan desa/komplek, sampai bertemu di Jalan Teguh Ibrahim Kholid yang merupakan jalan yang cukup lebar dan mulus, karena jalan ini menuju Bandara International Lombok  (BIL). Cukup panjang jalan yang lebar, mulus dan bagus ini, sampai-sampai saya sempat tertidur di motor, begitu juga dengan Rizkar yang sedang bawa motor. Kami pun sempat melewati Desa Sasak (sade), tampaknya mereka sedang ada acara nikahan, terlihat dari mereka yang sedang berbondong-bondong mengiring pengantin wanita. Setelah melewati Desa Sasak, jalan pun mulai rusak, kira-kira sepanjang 1 km dan selanjutnya bagus kembali yang pada akhirnya menghantarkan kami sampai di Pantai Kute. Memang cukup bagus juga Pantai Kute disini, terlihat dari hamparan pasir putih yang cukup luas, ditambah birunya air laut. Sudah cukup banyak berdiri penginapan dan juga bar-bar disini, turis-turis asing pun sudah banyak berkeliaran disini. Akan tetapi di Pantai Kute ini kurang pas untuk melihat sunset yang tenggelam tepat dihamparan laut sana, sunset disini terhalang oleh tebing disebelah kanan, karena Pantai Kute ini menghadap ke selatan. Kami tidak menikmati sore di Pantai Kute, melainkan kami menuju Tanjung Aan yang terletak disebelah timur Pantai Kute. Kira-kira sekitar 15 menit kami sampai di Tanjung Aan ini. Tanjung Aan ini terkenal dengan batu kotak nya dan juga pantai nya yang cukup tenang.  Hamparan pasir putih dan birunya air laut masih ditemukan disini. Yang unik dipantai ini adalah pasirnya yang berbentuk besar seperti merice (merica). Jadi kalo misalkan kita injek itu pasir akan terasa geli dan bisa merembaskan kaki kedalam hingga sebetis. Kami yang baru pertama merasakan pasir merice ini tampak bagitu senang bermain dengan nya. Selanjutnya, kami menaiki batu kotak yang kokoh berdiri di bibir pantai, dandisini lah kami menikmati penghujung sore sambil foto-foto di atas nya. Sayang sekali langit pada sore itu agak terlihat mendung, begitu pula sunset  yang terhalang oleh bukit-bukit disebelah barat.

Matahari pun mulai terbenam di ujung sana, menandakan bahwa kami harus segera pulang, mengingat perjalanan yang cukup jauh yang harus kami tempuh untuk sampai di Mataram sana. Perjalanan pulang kami pun ditemani binatang kecil-kecil yang menghantam tubuh dan helm kami. Binatang kecil-kecil ini berasal dari sawah-sawah yang berada di sepanjang jalan, cukup merepotkan dan menyakitkan. Catatan, kalau mau ke pantai Kuta dan berencana pulang malam naik motor, jangan lupa pake jaket nya, dan helm full face, karena pake helm half face pun bintang tersebut masih mengenai wajah kita. Setelah berperah dengan binatang kecil tersebut, kami akhirnya sampai juga di Kota Mataram, dan langsung beli ayam taliwang dan plecing kangkung khas Pak Udin dan menyantapnya dirumah Om Rudy bersama keluarganya. Setelah menyantap makan malam, kami pun istirahat untuk perjalanan besok menuju Pulau Bali.

Hari keempat di Lombok

Rabu 14 November 2012, kami pun terbangun dari tidur lelap kami, dan langsung di sambut oleh Om Rudy yang telah menyidiakan teh manis hangat untuk kami. Ngobrol panjang tentang perjalanan kami kemarin dan rencana kami untuk hari ini sampai ditutup dengan mandi, sarapan dan siap-siap untuk perjalanan pulang. Sekitar pukul 09.00 WITA kami berangkat menuju Pelabuhan Lembar, Om Rudy pun bersedia mengantarkan kami ke Pelabuhan Lembar. Sebelum ke Pelabuhan Lembar, kami mampir sejenak ke pusat oleh-oleh Kaos Lombok Pak Arif, ya sekedar beli baju lombok saja sebagai bukti mungkin kalo kami pernah ke Lombok, hahah. Setelah selesai belanja kaos, kami menuju Pelabuhan lembar. Sepanjang perjalan, Om rudy menjelaskan cukup detail tentang budaya masyarakat di Lombok, katanya kalau suasana Iedul Fitri di Lombok itu kalah dengan suasana Maulid Nabi, Maulid Nabi biasanya rame dengan acara sunatan dan acara kurisan (cukur rambut untuk anak-anak kecil). Biasanya Maulid Nabi juga diperingati hampir sebulan penuh di Pulau Lombok ini, untuk tiap desa nya perayaan hari Maulid Nabi nya berbeda-beda. Katanya, kebanyakan tujuan orang Lombok yaitu bangun Masjid dan naik Haji, mengingat Lombok merupakan pulau Seribu Masjid, jadi pasti masyarakatnya berbondong-bondong membangun masjid sebagus-bagus mungkin untuk tiap desa nya. Hampir disetiap jalan radius ± 100 meter berdiri Masjid yang begitu megah. Katanya, hampir semua masyarakat di Lombok baik yang kaya maupun yang miskin sudah sepakat untuk membayar iuran minimal 1 juta untuk orang miskin selama setahun dan untuk orang kaya minimal sekitar 5 juta pertahun. Jadi ga ada orang-orang Lombok yang minta sumbangan di tengah-tengah jalan untuk pembangunan Masjid.  Sungguh sebuah prinsip hidup yang patut dicontoh, karena mengingat masih banyak untuk orang-orang di Serang yang minta-minta sumbangan di  tengah-tengah jalan.

Sesampainya di depan gerbang Pelabuhan Lembar, saya langsung turun untuk pesan tiket, dan menanyakan tentang keberangkatan  kapal Putri Yasmin. Tiket sudah ditangan, petugas pun memberitahu saya bahwa kapal Putri Yasmin kira-kira sekitar 10 menit lagi akan berangkat. Mendengar seperti itu, saya langsung berlari ke mobil dan kami pun buru-buru pamit sama Om Rudy yang telah banyak membantu kami selama di Lombok, terimakasih banyak Om Rudy atas waktu dan tenaganya yang telah banyak membantu kami, maaf kalau kami merepotkan. Kami pun berlari-lari menuju kapal, gerbang kapal pun hampir saja mau ditutup, tapi akhirnya kami berhasil memasukinya. Ternyata tempat lesehan dengan ruang AC sudah ramai dengan penumpang, kami pun mencari kebagian atas kapal, dan ternyata penuh juga tempat duduk penumpangnya. Terpaksa kami duduk seadanya di lantai kapal.  Sekitar pukul 10.45 WITA kapal pun mulai berlayar.

Selama kurang lebih 4 jam kami berlayar menuju pelabuhan Padang Bai, dan akhirnya sampai juga. Perjalanan yang cukup membosankan, apalagi kami tidak kebagian tempat duduk, jadilah duduk ditempat yang bukan selayaknya. Setelah turun dari kapal, kami langsung mencari mobil taksi menuju Bandara Ngurah Rai. Taksi tak kunjung datang, kami pun coba berjalan menyusuri jalan keluar dari Pelabuhan, dan yang menghampiri adalah taksi-taksi gelap. Karena jarang sekali taksi lewat, dan si sopir taksi gelap ini selalu mengikuti kami, hingga akhirnya kami pun terlena oleh rayuannya. Ya, mobil Carry jadul, dengan sopir extreme nya, jadi tumpangan kami ke Bandara Ngurah Rai. Ini merupakan kedua kalinya kami naik mobil sejenis ini ke Ngurah Rai. Kenapa sopirnya dibilang extreme, karena sambil nyetir pun dia kalo ngobrol sama saya yang duduk di posisi depan selalu menengok kearah saya begitu lama tanpa melihat ke arah depan. Saya pun berkali-kali selalu bilang “Pak awas, pak”. AC tak ada, yang ada hanya AG alias Angin Gelebug. Tak apalah, yang penting dengan harga 200 ribu kita sudah sampai di Ngurah Rai. Sekitar pukul 17.00 WITA kami sampai dan langsung menyantap makan malam di resto cepat saji, kemudian megambil koper di penitipan dan menuju boarding pass. Sekitar pukul 20.30 kami take off meninggalkan Ngurah Rai, cukup puas juga perjalanan kali ini, dan sangat berkesan. Terimakasih buat best Friend, Rizkar dan Ruby yang sudah menemani perjalanan, dan juga pihak-pihak yang mendukung maupun membantu perjalanan kami, hahah. goodbye...

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More