Cappuccino

Cappuccino adalah minuman khas Italia yang dibuat dari espresso dan susu. Cappuccino mempunyai rasa dan aroma yang khas, selain itu para barista dapat menciptakan seni latte pada microfoam, menciptakan desain-desain tertentu seperti apel, hati, daun, dan rangkaian.

Tari Legong dari Bali

Legong merupakan sekelompok tarian klasik Bali yang memiliki pembendaharaan gerak yang sangat kompleks yang terikat dengan struktur tabuh pengiring yang konon merupakan pengaruh dari gambuh.

Rawa Danau dengan segala keindahannya

Rawa Danau adalah Kawasan hutan seluas 2.500 ha yang ditetapkan sebagai Cagar Alam. Rawa Danau merupakan rawa yang terluas di Pulau Jawa dengan segala keindahan alam yang masih terjaga.

SXC2 (Serang XC Community)

Serang XC Community adalah komunitas sepeda gunung yang berada di Serang-Banten. Komunitas ini berdiri dengan tujuan silaturahmi sesama goweser dan mendukung juga gerakan go green.

Gabson Family

Gabson Family adalah sekumpulan manusia yang mempunyai banyak kekurangan dan berusaha menutupi kekurangan itu satu sama lain. Dari kekurangan itulah kami menjadi sebuah keluarga.

Senin, 19 September 2011

SXC2 Gowes ke Tanjung Lesung

Assalamualaikum Wr. Wb.
Hallo goweser, Long Time No See sejak Night Riding di bulan puasa kemarin. Bagaimana kabar goweser semuanya? Semoga baik-baik saja dan selalu di berikan kesehatan oleh Allah SWT dan semoga juga masih pada inget cara gowes yang benar, heheh. Sabtu 10 September 2011, jadwal yang sudah tertera di halaman Facebook, yang dibuat oleh Pak Supri Yadi yang berisi “Event Gowes Perdana Lebaran, ke Tanjung Lesung”. Seluruh anggota SXC2 dan orang lain pun di Invite oleh Pak Supri, dan ternyata hasilnya hanya 13 orang yang Attending (ikut serta), dan itu pun  hanya 7 orang SXC2, sisanya ibu-ibu & bapak-bapak yang saya tidak kenal,hahah. Ternyata hasilnya yang berkumpul di Alun-alun ada Kang Ola, Pak Supri, Pak Dodo Cozmic, Rinto (goweser dari Cilegon, temennya Akbar), Pak Yopi, Pak Even, Pak Kusnanto, Pak Roni, Pak Darno (datang dengan menggunkan mobilnya), Pak Dida, Pak Maul, Teh Rina dan Saya. Pak Dida, Pak Maul dan Teh Rina tidak ikut gowes ke Tanjung Lesung, katanya mereka mau gowes ke Pulau Burung saja. Jadi Pada Hari itu SXC2 terbagi menjadi 2 kubu gowes. Karena lama menunggu Pak Didit yang tak kunjung datang, diputuskan untuk menunggu di simpang lima ciracas. Pukul 7 lewat kami mulai berangkat setelah berdoa dan di lepas oleh Pak Dida.
Sampai di simpang lima Ciracas, akhirnya Pak Didit datang juga. Perjalanan kami di lanjutkan melintasi Jalan Lingkar Selatan dan di teruskan ke Jalan Sayabulu hingga Karundang. Di Karundang kami berpisah dengan Pak Even, yang dikarenakan siangnya ada acara keluarga. Kami lanjutkan perjalanan melintasi Jalan Bongla, Karundang lalu keluar di Jalan Palka, Pabuaran. Perjalanan mulai terasa berat ketika kami melintasi Jalan Palka ini, karena kontur jalan yang sedikit demi sedikit mulai menanjak hingga pasar ciomas, ditambah mobil-mobil truk pengangkut pasir yang cukup banyak sehingga debu dan polusinya mengganggu pernapasan kami. Tanjakan landai panjang ini cukup menguras tenaga kami, sehingga seperti biasa terjadi seleksi alam.
Pit Stop pertama kami adalah warung di depan SMPN 1 Pabuaran. Kami rehat sejenak dengan sajian teh manis hangat untuk menggantikan tenaga yang terkuras saat menanjak tadi. Disini kami dapat kabar dari Pak Didit, bahwa Pak Yopie tidak bisa mengikuti perjalanan ke Tanjung Lesung, dikarnakan RD & FD nya bermasalah. Berkulanglah 1 goweser perjalanan menuju Tanjung Lesung. Jadi yang Berangkat ke Tanjung Lesung ada 8 orang, yaitu Pak Supri, Kang Ola, Pak Dodo Cozmic, Pak  Kusnanto, Pak Didit, Pak Roni,  Rinto dan Saya. Yang saya heran adalah Pak Didit, sebelumnya Pak Didit bilang katanya beliau sama Pak Roni hanya ikut gowes setengah perjalanan saja, akan tetapi malah ikut gowes sampai Tanjung Lesung nya. Luar biasa untuk Pak Didit dan Pak Roni, gowesnya semakin hebat, bahkan yang buat Undangan Gowes Ke Tanjung Lesung nya saja selalu di belakang, heheh.
Setelah kurang lebih 30 menit rehat, kami harus melanjutkan perjalanan, dan tentunya kami masih harus menanjak melewati Pasar Ciomas yang sangat padat dan sempat terjadi kemacetan.  Padahal pihak pemerintah sudah menyediakan lahan untuk pasar tersebut, agar tidak padat dan tidak terlihat kumuh, dikarnakan pasar tersebut dekat dengan SMAN  1 Ciomas dan tata letak pasar nya juga acak-acakan dikanan kiri jalan. Setelah melewati Pasar Ciomas, kami tetap berada di Jalan Ciomas arah Mandalawangi. Kontur jalan disini mulai naik turun, jalanan nya pun rusak berlubang dan berdebu. Bahkan  beberapa orang warga terlihat sedang menimbun jalan  yang berlubang dengan tanah. Nah itulah yang menyebabkan jalanan nya berdebu. Karena kami tidak begitu tahan dengan keadaan seperti itu maka kami putuskan untuk rehat sejenak sambil menunggu Pak Supri dan Pak Kusnanto. Kami  rehat di desa Ujung Tebu, tempat yang kami singgahi adalah warung sederhana dipinggir jalan yang menjual aneka makanan khas desa (buras, pisang goreng dll) dengan harga Rp. 1000 dapet 3, ternyata masih ada ya yang jual dengan harga semurah itu. Langsung saja saya mengambil sebanyak mungkin, untuk mengisi kekosongan perut saya. Pak Supri dan Pak Kusnanto pun datang, kata Pak Supri Hub nya sedikit bermasalah, jadi agak berat gowesnya. Ketika kami sedang berbincang-bincang, Ternyata oh ternyata disebelah warung yang kami singgahi terdapat warung gado-gado yang dimana disebelah ibu penjual gado-gado itu duduklah seorang perempuan cantik umuran ±20 tahunan.  Cantiknya alami, putih, dan tampak terlihat malu-malu ketika salah satu dari kami mencoba memfotonya. Langsung saja perempuan itu menjadi topik pembicaraan kami secara diam-diam. Disini Kang Ola langsung memainkan perannya, entah itu mau nanya arah tujuan atau pura-pura mau beli gado-gado,hahaha. Sayang sekali waktu rehat kami disini tidak lama, karena perjalanan kami masih panjang. Mungkin kapan-kapan bisa kembali lagi kesini, tentunya bukan karena teteh nya, tapi karena buras yang harganya Rp.1000 dapet 3,heheh.

Tidak jauh dari tempat kami rehat tepatnya di Kampung Peuteuy, kami melihat pemandangan indah dengan background Gunung Bali, akan tetapi lahan luas yang menjadi tempat pemandangan ini adalah pemakaman warga sekitar. Tak apalah untuk sekadar berfoto sejenak, semoga aja tidak ada yang miluu (ngikut) deh di fotonya,hihihi. Setelah berfoto, kami melanjutkan perjalanan. Kontur jalan kembali sedikit menanjak dan jalanan masih rusak. Ketika mulai memasuki daerah Mandalawangi turunan landai menyapa kami, jalanan pun tampak bagus dan sebagian sudah mulai di lapisi aspal baru. Saking enaknya turun, kami pun tidak menengok rombongan belakang. Diputuskan untuk menunggu yang dibelakang sambil foto-foto lagi dengan background Gunung Pulosari. Pak Didit dan Pak Roni pun datang dan katanya sudah menunggu lama Pak Supri dan Pak Kusnanto di belakang, tapi tak muncul juga. Karena hari semakin siang, maka kami putuskan untuk menunggu di pertigaan Mandalawangi yang tidak jauh lagi. Akan tetapi ketika kami sampai di pertigaan Mandalawangi, Pak Supri dan Pak Kusnanto tak kunjung datang, sudah di telpon dan SMS pun tak ada respon. Yasudah kami putuskan mencari masjid untuk sholat dzuhur dan sambil menunggunya. Panas terik dan udara yang sejuk kini menemani kami, pemandangan pun tampak indah dan tenang. Bagaimana tidak indah dan tenang, lihat saja dikelilingnya, didepan belakang dan kanan kiri terdapat gunung-gunung, padi hijau menghampar luas dikanan kiri jalan.  Memang salah satu tempat yang cocok untuk hari tua. Akhirnya kami menemukan masjid juga, karena masjidnya agak menjorok dari jalan, maka saya menunggu Pak Supri dan Pak Kusnanto di warung pinggir jalan sebelah masjid, takut beliau nya kebablasan dan tidak melihat.

Setelah menunggu lama, akhirnya Pak Supri dan Pak Kusnanto datang juga, dan ternyata mereka tadi makan mie dulu di warung. Pantas saja tadi Pak Didit dan Pak Roni nungguin ga nongol-ngongol. Masjid ini terletak di Jalan Mandalawangi, Desa Cilentung, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pandeglang. Di samping masjid ini sedang dibuat semacam tempat belajar-mengajar warga (semacam sekolah), yang katanya pembangunan itu atas inisiatif pemuda Desa Cilentung. Mereka sangat membutuhkan bantuan dana, karena dana nya kurang mencukupi. Jadi apabila ada kerabat yang ingin berinvestasi amal, silahkan bisa sumbangkan ketempat tersebut. Setelah sholat dzuhur dan foto-foto, kami melanjutkan perjalanan. Kira-kira tidak jauh dari Masjid tadi, kami langsung saja di kagetkan dengan turunan yang sangat terjal. Walaupun jalan aspal halus, tetap saja turunan ini sangat mengerikan dan sangat memacu adrenalin. Yang kami takutkan adalah takut ada orang atau kambing lewat begitu saja. Pasti bakalan ngerem mendadak terus ngesot dan jatuh atau ngejungkel terus ngeguling-guling, sangat tidak kami harapkan. Alhamdulillah teman-teman SXC2 sangat bisa mengendalikan sepedanya, turunan terjal yang panjangnya ±7 Kilometer bisa kami kendalikan, dan itu sangat memacu adrenalin kami. Turunan panjang ini memacu sepeda kami hingga 77 Km/jam. Bayangkan saja turunan sepanjang ±7 Kilometer bro. Kalau udah turunan seperti ini tuh kaya nya sepedaan tuh sangat menyenangkaaaaan sekali. Terbukti pada wajah-wajah goweser yang pada saat turunan terlihat senyum, senang dan bahkan tertawa-tawa. Padahal mah Tanjung Lesung nya masih jauh tuh, baru juga setengah perjalanan, eh malah udah pada seneng-seneng aja,hahaha. Akhirnya Turunan panjang ini berakhir di pertigaan Jiput. Setelah turunan panjang tadi kami langsung memarkirkan sepeda di warung mie ayam baso, mengingat dari tadi kami belu makan siang. Yang sangat mengejutkan adalah Kang Ola, dimana-mana kalo perjalanan jauh pasti punya tempat untuk mampir, entah itu ke si Ema, teman, sodara bahkan sampe adik ipar istrinya. memang Kang Ola doank yang..…? (kira-kira apa ya sebutan yg pantas buat Kang Ola?)

Baso pun kini menambah energi kami untuk melanjutkan perjalanan, setelah makan kami siap kembali gowes. Dari pertigaan Jiput kami belok kiri, melintasi Jalan Cening, Desa Cipicung menuju ke Jalan Raya Labuan. Setelah sampai di Jalan Raya Labuan kami belok kanan ke arah Labuan. Jalan ini terkenal dengan mobil bus Asli dan Murni yang selalu balap-balapan, seakan jalanan punya mereka. Jadi Goweser yang melintasi jalan ini haruslah berhati-hati. Situ Cikendal pun kami lewati, padahal spot bagus untuk berfoto tuh. Situ Cikendal adalah salah satu objek wisata yang cukup berpotensi, akan tetapi pengelola nya tidak cukup seirus dalam mengelola objek wisata tersebut, semisal dari fasilitas-faslitasnya. Ditengah perjalanan kami berpapasan dengan Om Dodo Chupet, katanya beliau abis dari Bu Entin, dikira teh kami mau nawarin jintan hitam nya,heheh. Setelah itu kami melewati Terminal Labuan yang penuh dengan Bus Asli, mungkin terminal itu menjadi markas dari Bus Asli, akan tetapi tidak terlihat sama sekali Bus Murni disana. Tidak jauh dari terminal kami sampai di petigaan Labuan. Kami kembali rehat sejenak untuk membeli minum yang sudah habis. Perjalanan kami dari pertigaan Labuan sampai Tanjung Lesung kira-kira ±26 Kilometer lagi. Walaupun track nya datar dan beraspal, akan tetapi angin pantai tidak boleh diremehkan. Setelah membeli air minum, kami lanjutkan perjalanan, dan langsung saja terlihat di kanan jalan PLTU Labuan. Kami pun berfoto sejenak sebagai bukti otentik. PLTU yang di resmikan pada 28 Januari 2010 oleh Presiden ini tampak berdiri gagah. Setelah berfoto di PLTU Labuan kami kembali gowes di Jalan Panimbang – Labuan. Kontur jalan nya datar dan beraspal, akan tetapi angin pantai yang begitu kencang menjadi hambatan kami. Gowes pun terasa berat, kalo kata Pak Dodo cozmic masih mending tanjakan daripada datar ngelawan angin begini. Jembatan-jembatan pun akrab menyapa kami sepanjang perjalanan ke Tanjung Lesung, sekitar ±6 jembatan kami lewati. Salah satunya adalah jembatan panjang di Panimbang, dikira saya fly over, eh ternyata jembatan. Sampai di pasar Panimbang kami membeli perbekalan di minimarket, karena di Tanjung Lesung pasti makanan nya mahal-mahal. Waktu sudah menunjukan pukul 16.45, perjalanan kami tinggal ±8 Kilometer lagi sampai ke Tanjung Lesung dan target sampai disana pas sunset. Sepeda kami pun kembali digowes, masih track datar dengan melawan angin pantai. Pemandangan sepanjang jalan adalah lautan yang menghampar luas tepat disebalah kanan kami. Banyak juga warga yang sedang mancing, menjala, berfoto bahkan pacaran dipinggir pantai sepanjang jalan.

Terlihat dari kejauhan papan petunjuk arah, belok kiri ke Cibaliung dan lurus ke Tanjung Lesung. Akhirnya sebentar lagi sampai juga, akan tetapi matahari mulai tenggelam. Lumayan cukup jauh juga dari papan petunjuk arah tadi sampai ke depan gerbang pos satpam Tanjung Lesung. Sebagian goweser berfoto dahulu di banner Welcome to Tanjung Lesung Beach Resort, saya malah lanjut gowes sampai gerbang pos satpam nya dan sampai duluan, kira-kira pukul 17.50.  Disusul dengan Pak Dodo cozmic, kemudian Saya dan Pak Dodo cozmic masuk duluan meninggalkan rombongan belakang, dan menuju Beach Club. Sampai depan Beach Club kami berfoto dulu di papan nya. Mobil-mobil wisatawan pun pada keluar dari Beach Club, karena hari sudah mulai gelap. Walaupun mulai gelap, Saya dan Pak Dodo cozmic coba masuk ke Beach Club nya. Ketika sampai, keadaan nya tampak sepi, para wisatawan sudah kembali ke mobilnya masing-masing. Tak disangka masih ada 2 perempuan abg (yang satu cantik putih dan kurus, yang satu lagi lumayan dan gemuk) yang sedang berfoto, lalu ketika saya dan Pak Dodo Cozmic coba memarkirkan sepeda tidak jauh dari perempuan tadi, eh salah satu dari perumpuan tadi (yang cantik nya) minta foto bareng kami berdua. Biasa nya sih goweser yang minta foto bareng, eh sekarang malah terbalik, udah kaya atlit sepeda aja nih,wkwkwk. 2 perempuan tersebut dari Tangerang, sedang berlibur di Tanjung Lesung bersama teman-temannya. Setelah berfoto, 2 perempuan tersebut pamit hendak pulang. Sesaat setelah perempuan tersebut pulang Pak Supri menelpon saya, dan katanya suruh balik lagi ke gerbang, eh pas saya bilang ada perempuan disini nih lagi foto bareng, dan langsung saja menjawab oke kita kesana,hahah. Ketika mereka datang, perempuan tadi pun sudah pulang, dan memang udah rezeki saya dan Pak Dodo cozmic,heheh.
Perjalanan yang sangat melelahkan, Akhirnya kami SXC2 sampai juga di Tanjung Lesung, total perjalanan mencapai ±110 Km. Biasa dibilang perjalanan gowes kali ini adalah perjalanan gowes tanpa perhitungan. Goweser-goweser haus akan explorasi yang semenjak puasa kemarain tidak gowes. Hasilnya kita biasa lihat sendiri, wajah-wajah goweser kini terlihat sadness abis, karena memikirkan izin gowes yang diberikan istri, terkecuali saya dan Rinto yang masih free. Memang orang gila saja yang ke Tanjung Lesung Gowes, yang lain mah pada naik mobil / motor bareng keluarga nya, ini mah malah gowes. Pak Supri aja yang bikin Undangannya malah ga tau mau ngapain selanjutnya kalau sudah sampe di Tanjung Lesung nya. Mau pulang gowes masih pegel, cukup taulah rasa nya tadi gowes dari Serang sampai Tanjung Lesung gimana, ga usah di ulang lagi. Pokoknya bingung aja mau pulang nya gimana. Mungkin Pak Didit dan Pak Roni cukup menyesal sudah ikut sampai kesini, padahal mereka niat nya hanya setengah perjalanan. Begitu juga dengan Pak Kusnanto yang katanya besok ada acara Kuis di kantornya. Keadaan ini diper parah dengan kencangnya angin pantai yang sangat menusuk ke badan kami, sehingga sebagian goweser harus merangkap baju nya. Walaupun keliatanya tampak lelah, bingung dan kedinginan, kami masih tetap ceria untuk berfoto-foto dahulu. Dan Alhamdulillah, sodara Pak Roni ada mobil bakter yang siap antar kami hingga ke Serang. Masalah biaya belakangan yang penting kami biasa pulang ke Serang  hari ini juga. Sambil menunggu mobil datang, kami mengeluarkan makanan yang di beli tadi, karena café di Beach Club ini sudah pada tutup sejak pukul 17.00 tadi. Sebenernya kalau datang ketempat ini sorean aja, pasti pemandangannya sangat bagus. Banyak spot-spot bagus untuk berfoto, dan tentunya juga banyak wisatawan yang cantik-cantik,heheh. Mungkin lain kali jikalau ada gowes Tanjung Lesung Part 2, harus dengan perhitungan. Jangan seperti ini deh, tanpa perhitungan.

Setelah sekian lama kami bercengkrama dan berfoto-foto, akhirnya mobil jemputan datang juga. Langsung saja kami loading sepeda-sepeda kami ke atas bakter. Mobil bakter yang segitu kecil, bisa muat 8 sepeda dengan 7 orang berada di bakter. Masing masing goweser pun mengatur posisinya sendiri, ada yang bisa duduk bahkan ada yang berdiri terus sampai ke Serang, seperti Kang Ola dan Rinto. Kurang lebih pukul 21.00 kami pergi meninggalkan Tanjung Lesung dan menuju ke Serang. Walaupun meski harus sempit-sepitan, tapi kami tetap senang. Karena akhirnya bisa gowes ke Tanjung Lesung juga, dan bisa merasakan sensasi mengendarai sepeda hingga kecepatan 77 Km/jam. Sebuah pengalaman yang tak bisa terlupakan. Finally, Kami SXC2 berhasil dalam ekspedisi gowes ke Tanjung Lesung, dengan skuad goweser: Pak Supri, Kang Ola, Pak Dodo cozmic, Pak Didit, Pak Roni, Pak Kusnanto, Rinto dan Vito. Alhamdulillah, kami tiba di Serang ± pukul 00.00, dan kami pun langsung pulang menuju rumah masing-masing dengan membawa lelah, senang, rasa penasaraan terbayar dan bahkan rasa takut akan istri dirumah,heheh. Semoga saja sepeda-sepeda nya ga di gergaji ya Pak…


Selasa, 16 Agustus 2011

Night Riding With SXC2

Assalamualaikum Wr. Wb.
Sabtu, 13 Agustus 2011, merupakan jadwal SXC2 untuk gowes malem (night riding). Sebelumnya sudah di undang oleh Pak Supri lewat Facebook, lalu diteruskan oleh Pak Agus di BBM dan google talk, dan diresmikan oleh Pak Mars lewat SMS kepada seluruh Anggota. Dan alhamdulillah respon nya lumayan cukup banyak, walaupun tidak sebanyak gowes biasa nya. Ada Pak Agus, Om Iyan, Pak Yopi, Pak Mars, Pak Dida, Pak Hendra, Pak Maul (walaupun tidak bisa ikut gowes), Pak Dodo cozmic, Pak Didit, Pak Dono, Pak Yusman, Pak Supri (sebagai Undangers pertama di FB datang telat), Boni (sudah lama tak gowes bareng karena ada pekerjaan diluar kota) dan Saya. Sudah terkumpul 13 orang yang siap night riding. Rute yang ditentukan adalah track datar sawahluhur – pulau burung – banten lama – alun-alun. Tadinya mau ke Jalan 45 lalu kuburan cina, tetapi respon nya kurang, dan Kata Pak Agus juga nanti takut satu persatu yang gowes dibelakang hilang semua,hahaha. Sekitar jam 21.30 kami mulai berangkat night riding, menyusuri jalan protokol kota Serang yang cukup padat dan rame, berbelok kearah cinanggung di perempatan ciceri. Dari cinanggung lurus saja hingga ke arah sawah luhur. Di Lebak ada sebuah areal Pembangkit Listrik, akan tetapi penerangan jalan di daerah situ sangatlah minim, menurut saya cukup aneh juga.
Memasuki daerah Sawaluhur lampu kelap-kelip disepeda kita terlihat sangat menarik dan bagus di kegelapan. Akan tetapi sedikit demi sedikit hewan sawah yang bau nya sangat menyengat sekali (sejenis walangsangit, Lembing) menyerang kami. Satu persatu mereka menempel dibaju kami. Bahkan sampai masuk ke baju, celana dan helm kami. Walaupun kecil tapi sedikit menganggu gowes juga. Saya pikir ini merupakan binatang yang biasa muncul dimalam hari di daerah pewrsawahan. Akan tetapi agak sedikit aneh dengan rumah-rumah di kampung ini, keadaan rumah mereka gelap sekali, dan hanya menggunakan penerangan lilin, padahal beberapa lampu penerang jalan menyala dan menandakan tidak ada putus listrik (biasanya orang bilang mati lampu). Ketika kita sedang gowes melintasi dibawah sorotan lampu penerangan jalan yang begitu terang berwarna kuning-keorange-orange an, terdengar bunyi crunchy ketika ban sepeda kami menginjak benda-benda kecil yang berserakan di bawah lampu penerangan jalan. Itu ternyata adalah lembing si hewan yang baunya menyengat sekali. Mereka berjumlah sangat banyak sekali dan bau sekali, dan perkiraan saya tentang lembing yang hanya berjumlah sedikit itu meleset, ketika kami menyaksikan sebuah Toko In**maret yang terletak di pertigaan Sawahluhur ini diserbu oleh sekelompok lembing yang kira-kira berjumlah lebih dari 100 ribu. Mereka semua ternyata mempunyai sifat yang sama seperti Laron, yaitu suka dengan cahaya lampu. Benar saja Toko In**maret diserbu sekelompok lembing, karena lampu neon ditoko tersebut tampak nyala terang menderang. Bahkan banyak juga lembing yang masuk kedalam toko nya, karena rolling door ditutup tidak begitu rapat. Mungkin alasan warga tidak menyalakan lampu di rumahnya karena sedang ada serang lembing.
Tujuan kami selanjutnya adalah Banten lama, yaitu untuk sekedar berfoto di lapangan Mesjid Agung Banten, mengingat tahun kemarin night riding bulan puasa juga berfoto disana. Perjalanan menuju Banten lama juga masih ditemani lembing-lembing yang berterbangan, tetapi berakhir hingga masuk ke areal Banten Lama. Dipertigaan Banten lama, Pak Dono dan Pak Yusman izin pulang duluan. Sampai di Banten Lama kami langsung menuju lapangan Mesjid Agung Banten. Ketika kami akan sedang berfoto, rombongan sepeda dari cilegon juga datang kemari, kira-kira 4-7 orang. Mungkin tujuan mereka juga sama untuk berfoto. Setelah berfoto, kami memutuskan kembali ke alun-alun, tepatnya kepangkalan biasa kami tempat berkumpul, Sego kucing. Walaupun tadi buka puasa sudah makan ketan bintul, tetapi lapar dan rasa lelah sangat melanda. Mungkin sudah lama jarang gowes, ditambah cuaca malem yang minim oksigen. Selama perjalanan kami tumben tidak berhenti diwarung. Biasanya kan kalo gowes tuh sering banget berhenti-berhenti nya. Apalagi kalo ada teh manis (apa teteh manis ya?),hahah.
Kira-kira pukul 12 an, kami sampai di sego kucing, langsung saja susu jahe kami pesan, dan beberapa goweser yang merasa lapar sekalian saur memesan nasi dengan lauk pauk seadanya, karena kehabisan. Akan tetapi, si ibu memberi kami satu plastik besar dukuh, dan itu kami  makan secara cuma-Cuma sebagai cuci mulut. Dan ternyata enak juga dukuhnya. Keseluruhan trek datar tadi memang terlihat biasa, tetapi setelah di jalanin terasa juga beratnya. Karena memang udara malem yang kurang oksigen, ditambah sudah lama ga gowes pula, hahah, maklum penyusuain kembali. Alhamdulillah tepat pukul 1 kami samai diruah masing-masing. Dan menurut saya, night riding seperti ini perlu di adakan kembali. Mungkin karena sensasi nya yak.. !!! hahahha.
Wassalam.


Sambutan Hangat

Assalmualaikum Wr. Wb.

Hello All !! Udah lama nih ga nulis di blog, karena banyak urusan yang harus di urus, pekerjaan yang harus dikerjakan, tugas kuliah yang harus diselesaikan dan banyak pikiran sama sepeda yang rusak. Oiyah sekarang ini kita sudah memasuki Bulan Ramadhan (Bulan Puasa), maka dari itu saya minta maaf jika ada salah kata dan perbuatan yang tidak disengaja. Terlebih lagi di Bulan Ramadhan ini, HUT Kemerdekaan Negara Republik kita yaitu INDONESIA telah menginjak umur ke 66 tahun. Semoga Indonesia dimasa yang akan datang menjadi lebih baik lagi dari tindak KORUPSI nya. Karena kita tahu Indonesia merupakan negara Ter-Korupsi terbesar se-Asia dan ke-dua se-Dunia. Sungguh memprihatinkan kawan. Terlepas dari hal itu, pokok tulisan saya disini adalah, semoga saya bisa tetap melanjutkan tulisan-tulisan dengan intensitas yang tidak terlalu jauh. Semoga aja tulisan ini jadi penghubung bagi tulisan-tulisan saya untuk kedepan nya.
God Bless Indonesia ku
MERDEKA !!!
Wassalam 

Senin, 13 Juni 2011

Mantan Perdana Mentri Inggris Baca Al Quran Setiap Hari

Inilah.com, London – Mantan Perdana Menteri (PM) Inggris, Tony Blair mulanya enggan berbicara masalah agama. Namun setelah turun jabatan, ia menyatakan baru menganut Katolik. Kini, ia membaca Al-Quran setiap hari.
Mulanya, Blair serta mantan Direktur Komunikasi dan Strategi pribadinya, Alastair Campbell, dikenal dengan ucapan khas mereka. “We don’t do God.” Sejak turun sebagai PM pada 2007, Blair perlahan berubah. Beberapa bulan setelah turun, ia menyatakan pindah agama menjadi Katolik. Kini, ia menyatakan membaca kitab suci umat Islam, Al-Quran, setiap hari. Menurut mantan pemimpin Partai Buruh ini, Al-Quran membantunya melek iman.
“Melek iman amat penting di era globalisasi seperti ini. Saya membaca Al-Quran setiap hari sebagai upaya untuk mengerti apa yang terjadi di dunia dan karena sifatnya yang instruktif,” ujar Blair dalam wawancara dengan majalah Observer.
Blair meyakini pengetahuannya mengenai Islam akan membantu perannya saat ini sebagai Duta Besar Timur Tengah untuk Kuartet PBB, AS, Uni Eropa (UE), dan Rusia. Ia ingin membantu menyelesaikan konflik menahun Palestina-Israel.
Tak hanya itu, Blair juga memuji Islam sebagai sebuah agama yang indah dan Nabi Muhammad ia katakan sebagai sosok yang kuat. Pada 2006, ia pernah menyatakan Al-Quran sebagai kitab yang terus bereformasi, praktis, dan seakan dibuat mendahului zamannya.
Lihat saja mereka yang bukan agama Islam mau mempelajari Al-Quran, bahkan membacanya setiap hari. Nah kita sebagai umat muslim yang tau akan kewajiban sholat lima waktu, apakah kita sering membaca Al-Quran? Apakah kita membacanya setiap hari?. Seharusnya kita malu jika kita tidak membaca Al-Quran, karena di dalam Al-Quran terdapat banyak pelajaran dan pengetahuan, terlebih lagi Al-Quran merupakan salah satu pedoman manusia khususnya umat muslim.
Ketika kita bersungguh-sungguh untuk membaca dan meresapi isi kitab suci Al-Quran akan banyak sekali manfaatnya dan meresapi makna yang terkandung di dalamnya, sangat terbukti untuk kegunaannya, membersihkan segala kotoran dihati kita, mendatangkan keberkahan, kebahagiaan dan keselamatan bagi hidup kita dan keluarga kita.
“Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjukkan orang-orang yang mengikuti keridaan-Nya ke jalan keselamatan dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya dan menunjukkan mereka ke jalan yang lurus.”(QS. al-Maidah :15-16).

Selasa, 24 Mei 2011

Fancy Character 2.4 Full Version

Fancy Characters adalah aplikasi untuk menyelipkan emotion pada pesan Blackberry Messenger BBM) sehingga pesan BBM yang kita kirim akan lebih menarik dan berwarna. Ada banyak pilihan emotion pada aplikasi ini dan penggunaannya pun sangat mudah, pada saat menulis pesan di BBM dan ingin menggunakan emotion, tinggal tekan menu (ikon BB) kemudian pilih "insert fancy char" kemudian anda tinggal memilih icon yang ingin ditambahkan pada pesan. 

Aplikasi ini gratis trial 3 hari namun jika ingin menjadi full version alias tidak trial maka harus membelinya, namun jangan khawatir, untuk penggemar gratisan saya akan bagikan cara agar bisa menjadikan aplikasi fancy characters ini full version dengan gratis.
  1. Download aplikasinya di : http://www.ziddu.com/download/15101194/FancyCharacter2.4.zip.html
  2. Extract file FancyCharacter2.4.zip pada komputer anda
  3. Install aplikasi Fancychar.alx atau fancychar.cod pada Blackberry dengan bantuan Blackberry Desktop Manager
  4. Setelah sukses, buka aplikasi BBKeyGen.exe pada komputer,pada kolom PIN (paling atas) masukkan PIN Blackberry anda, lalu hilangkan tanda Ceklis yang tertera pada aplikasi-aplikasi kecuali aplikasi Fancychar 2.x, kemudian klik GENERATE, maka akan muncul kode aktivasi Fancy Character
  5. Buka Blackberry Messenger anda, masuk menu (ikon BB) kemudian pilih "insert fancy char" masukkan activation code yang telah diberikan tadi kemudian klik Activate.
  6. Sekarang anda bebas menggunakan aplikasi ini dengan full version secara gratis.
Jika ada pertanyaan atau ada yang kurang jelas silahkan tinggalkan komentar anda.
Terimakasih..

Sabtu, 21 Mei 2011

SXC2 Goes to Baduy #2

Setelah semuanya siap, lalu kami berkumpul membentuk lingkaran dan sedikit arahan dari Pak Udin (pemandu tour baduy, bukan Udin Sedunia loh) lalu berdoa memohon keselamatan. Pukul ± 17.30 kami berangkat menuju gajeboh untuk menginap, tentunya kami harus Hiking. Sebelum memasuki kawasan kampung Baduy, kami harus meminta ijin dulu kepada Jaro (ketua pemerintahan Baduy), yang ijin cukup 2-3 orang jangan terlalu banyak, dan kita harus membayar Rp. 25.000. Setelah izin kami lanjutkan perjalanan. Kontur jalan nya tanah becek + licin, dan terdapat batu-batu di tengahnya. Batu-batu itu dibuat oleh warga baduy agar para wisatawan dapat berjalan dengan lebih baik dan tidak terpeleset. Hari sudah mulai gelap, untung saja para goweser semua membawa lampu sepedanya, jadi ada sedikit penerangan jalan. Pada saat hiking ke tempat penginapan, sangat terasa sekali pegal-pegal pada bagian kaki dan jalan kami pun mulai tidak beraturan, mungkin karena habis gowes + gelapnya jalan + kontur jalan yang naik turun bukit. 
Setelah melewati kampung Kaduketug, Babakan Balimbing dan Marengo akhirnya kami sampai juga di penginapan, dan ternyata Gajeboh itu nama kampung Baduy Luar yang jadi tempat persinggahan kami, bukan nama tempat penginapnya, hahah. Rumah Baduy Luar tertata rapi, kontur tanahnya rata tidak seperti rumah Baduy Dalam yang mebiarkan tanah apa adanya. Rumah ini terbuat dari bambu dan kayu beratap rumbia lalu dibuat menjadi seperti rumah panggung. Baduy memiliki 59 kampung, 3 diantaranya kampung Baduy Dalam yaitu Cikeusik, Cikertawana dan Cibeo. Luas seluruh Kampung di Baduy sekitar 15.000 hektar, ±3.000 hektar untuk hutan lindung dan yang ±2.000 hektar untuk lahan bercocok tanam dan sisanya untuk tempak tinggal. Populasinya mencapai kira-kira ±11.172 jiwa. Bahasa yang mereka gunakan adalah Bahasa Sunda dialek Sunda–Banten. Untuk berkomunikasi dengan penduduk luar, mereka ada yang sebagian lancar menggunakan Bahasa Indonesia, walaupun mereka tidak mendapatkan pengetahuan tersebut dari sekolah. Orang Baduy tidak mengenal budaya tulis, sehingga adat-istiadat, kepercayaan/agama, dan cerita nenek moyang hanya tersimpan di dalam tuturan lisan saja.  Mata pencaharian utama masyarakat Baduy adalah bertani. Selain itu mereka juga mendapatkan penghasilan tambahan dari menjual buah-buahan yang mereka dapatkan di hutan dan hasil keranjinan tangan yang mereka buat. Contohnya saja di tempat kami menginap ada warga baduy yang berjualan seperti mie, rokok, kopi, makanan ringan dan lain-lain. Warga ciboleger juga banyak berdatangan ke tempat dimana wisatwan menginap di kampung baduy, mereka berdagang souvenir khas baduy.
Tempat penginapan kami terbagi menjadi dua, keduanya saling bersebrangan. Pertama kali sampai di tempat penginapan yang saya tanyakan adalah kamar mandi, dan merekapun menjawab di sungai. Memang sudah pasti ditempat begini semua aktivitas yang berhubungan dengan air pasti dilakukan disungai. Setelah semuanya rehat sejenak dan membereskan tata letak tas-tas, kami pun beranjak mandi ke sungai, tentunya dengan perlengkapan mandi dan senter karena keadaan malam. Ketika saya mau berangkat mandi, Pak Supri hendak ikut, dan ketika saya samperin tuh ke penginapan di sebrang, katanya Pak Supri udah berangkat, lalu ditunjukan arahnya ke sebelah kiri tepat dibelakang penginapan (letak sungai berada), berangkatlah saya kesana sambil memanggil Pak Supri dan menyenter-nyenter di sekitar sungai. Ternyata eh ternyata yang saya senter adalah wisatawan perempuan yang sedang melakukan aktivitas di air dan sambil berteriak "AAAaaarghh!!!". Terdengar terikan seperti itu saya pun panik dan langsung balik lagi. Ternyata saya di bohongin, itu sungai tempat perempuan, dan Pak Supri masih di penginapan. Setelah kejadian panic at the river lalu kami mandii di bibir sungai lain nya yang di tunjukin oleh adiknya Pak Udin.
Kami pun mandinya terpisah, karena sungai ini membentang luas disamping pemukiman warga. Tak terbayang jika harus mandi di sungai malam-malam hanya dengan penerangan lampu senter, gimana cara mandinya? dan yang pasti jangan dibayangin ya, heheh. Hal yang paling lucu adalah ketika ada yang mau kencing atau bab. Itu tuh pasti dilarang-larang terus, dan yang sedang mandi bilang "waduh Pak, jangan disitu, itu aliran nya (sungai) ke saya". Pasti bingung lah orang yang mau buang air kecil, dan cara amannya adalah langsung masuk ke air lalu "ceeessss", sudah selesai deh, hayo siapa yang kaya gitu? hahah. Di Baduy Luar ini kita masih diperbolehkan untuk memakai sabun, sampoo untuk mandi di sungai. Kalo di Baduy Dalam bahan kimia dilarang dipakai disungai. Setelah mandi bebek di sungai kami kembali lagi ke penginapan, tetapi sebagian masih ada yang mandi, betah amat pak mandinya? (ˆͺˆ).
Bermalam di Baduy memang sangat damai, tentram dan tenang, tidak ada suara bising kendaraan dan polusi, yang ada hanya suara manusia dan hewan yang merasakan kedamain. Canda tawa kami memecah keheningan malam. Obrolan demi obrolan kamipun ditemani segelas kopi yang dibeli dari warga baduy yang berjualan di penginapan. Goweser yang lainpun sibuk tawar menawar dengan pedagang souvenir khas Baduy. Rasa lelahpun kian menyapa kami hingga mengantarkan kami terlelap tidur. Dengan harapan esok hari tetap fit untuk bisa hiking ke Baduy Dalam.
“Guk guk guk……!!!!” suara anjing yang begitu keras terdengar ditelinga saya. Kira-kira subuh jam 3 an anjing-anjing di perkampungan ini menggonggong seakan ada pertanda. Tersadar saya, Pak Yopie dan Pak Mars tidur di teras depan penginapan yang dekat sekali dengan suara anjing itu. Karena takut anjingnya naik keteras,  spontan saya langsung bangun, lalu mencoba untuk pindah kedalam dan mencari tempat yang kosong. Ternyata suhu didalam tidak begitu dingin tidak seperti diluar. Karena tidak bisa tidur lagi, dan suara anjing pun sudah berganti dengan suara ayam yang berkokok, saya kembali lagi ke teras. Satu persatu goweser mulai bangun dari tidurnya. Tiba – tiba Pak Didit keteras, lalu terdengar suara “preeetttt”, dan Pak Yopie pun membalasnya “preeettt”, Pak Mars yang sedang tidur pun tidak mau ketinggalan sesi adu kentut ini, sambil tidur bunyilah “preeeett” , Pak Topik yang berada di dalam juga tertarik untuk keluar dan mengikuti kontes adu kentut ini, sehingga cukup imbanglah perlawanan adu kentut di subuh hari ini antara Pak Didit & Pak Topik VS Pak Mars & Pak Yopie, dan berlangsung cukup lama. Hahaha.
Pagi pun menyapa kami, begitu sejuk, damai, tidak ada suara kendaraan bermotor dan tidak ada polusi. Warga baduy sudah banyak yang beraktivitas dipagi hari, terutama yang perempuan, mereka sudah ke sungai sejak dari pagi buta, mungkin supaya tidak terlihat kali ya, heheh. Kami pun satu persatu muali mengambil pelengkapan mandi kami dan menuju sungai. Tadinya saya tidak mau mandi, karena udaranya dingin dan males ke sungai, eh dapat kabar kalo ada pancuran air bersih di dekat sungai sana, langsung saja Saya, Pak Yopie, Pak Didit, Pak Danar , Pak Dodo dan Pak Topik menuju pancuran. Sesampainya di pancuran, ternyata sepi, airnya pun bersih dan dingin. Pancuran ini bersumber dari atas gunung, yang airnya mengalir melalui bebatuan dan diujungnya dipasang bambu yang dibuat oleh warga baduy. Pak Danar dan Pak Dodo yang katanya sudah mandi di sungai pun mandi lagi di pancuran ini, katanya mereka ga sudi kalo mandinya di sungai tapi ada pancuran.  Para goweser lain belum mengetahui kalo ada pancuran yang airnya seger banget langsung dari atas gunung, di banding di sungai yang airnya ya gitu deh.
Setelah selesai mandi kami langsung sarapan yang sudah dari tadi disediakan. Nasi goreng + telor ceplok jadi sarapan kami pagi ini untuk hiking ke Baduy Dalam.  Setelah sarapan kami bersiap-siap untuk hiking. Tas-tas kami yang berat-berat tidak dibawa hiking, tetapi di titipkan untuk dibwa kembali ke Ciboleger,  mengingat tracknya begitu jauh dan berat. Kami pun berkumpul dan membentuk lingkaran untuk berdoa dan sedikit arahan tentang track. Diputuskan bahwa Pak Dono, Pak Danar, Pak Aam, Pak Zaenal dan Pak Roni tidak ikut hiking ke Baduy Dalam karena ada alasan tersendiri. Tidak lupa untuk berfoto sejenak sebelum meninggalkan kampung Gajeboh.  Setelah berfoto dan semuanya siap kami berangkat menuju Baduy Dalam.
Di samping kampung Gajeboh ini ada jembatan bambu. Ini merupakan jembatan Bambu petama yang kami lewati. Design jembatanya menggantung melintasi sungai yang cukup lebar. Pada saat melintasi jembatan ini, kami berbarengan dengan siwsi-siwsi SMK yang ada di Pandeglang, mereka hanya di pandu oleh beberapa lelaki. Tapi tenang aja neng, dibelakang masih banyak lelaki-lelaki yang siap membantu, heheh.  Setelah melewati jembatan bambu kami langsung mulai menanjak bukit yang cukup terjal, kemudian turun lalu menanjak kembali dan turun bukit lagi. Banyak siswi-siswi yang tercecer disini, begitu juga dengan para goweser yang ikut tercecer karena menemani siswi-siswi yang tercecer, haha.
Dari kejauhan terdengar suara sentakan kayu yang beradu, sentakannya begitu berirama satu sama lain. Ternyata sentakan itu berasal dari gadis-gadis Baduy Luar yang sedang menenun. Ya kami sampai di Kampung Cicakalmuhara yang masih daerah Baduy Luar. Kami pun duduk-duduk sejenak dan berfoto dengan seorang gadis yang sedang menenun. Lalu kami melanjutkan kembali perjalanan kami, perjalanan yang masih ditemani dengan tanjakan dan turunan yang curam. Sepanjang perjalanan kami, banyak anak kecil dari Baduy Luar  yang menawarkan air mineral dan sebagainya, mereka mengikuti para wisatawan dengan lincah dan tanpa merasa lelah. Padahal tracknya begitu berat, mungkin mereka sudah terbiasa.  Setelah kampung Cicakalmuhara, kami kemudia melewati kampung Cipaler yang masih daerah Baduy Luar. Hingga ke Jembatan Tamayang, yaitu Jembatan bambu yang menjadi perbatasan antara Baduy Luar dan Baduy dalam. Siswi-siswi yang tadinya hiking berbarengan tertinggal jauh dibelakang kami. Sesampainya di jembatan Temayang ini, kami berfoto sejenak, mengingat kalau sudah di Baduy dalam tidak boleh foto dan handphone pun dimatikan. Di Jembatan Temayang ini sudah ada wisatawan dari SMKN 1 Tangsel yang sedang berkumpul di sungai tepat dibawah jembatan.  Ketika kami sudah menyebrangi jembatan Temayang ini, pemandu kami yaitu Fido & Opi bertemu dengan Juli dari warga Baduy Dalam yang mereka sudah kenal sebelumnya. Kemudian mereka menyampaikan pesan kepada Juli, sepertinya pesannya berupa cetakan foto Juli bersama wisatawan lain. Setelah berbincang dengan Juli, kami sempatkan foto bersama dengan icon warga Baduy Dalam, karena kalo di dalam sana untuk foto bersama warga Baduy Dalam tidak boleh. Dan ternyata wisatawan SMKN 1 Tangsel juga ingin berfoto dengan Juli. Lalu kami melanjutkan perjalanan, dan langsung saja kami dihadang oleh yang namanya tanjakan Cinta (kata warga Baduy Dalam) yang kira-kira panjangnya 1 Km dan sangat curam sekali. Dibawah terik panasnya matahari kami harus menanjak, perlahan sambil membungkukan badan dan akhirnya sampai juga. Langsung kami rehat sebentar di rumah warga Baduy Dalam sambil mengenal warga Baduy Dalam.  Setelah selesai rehat kami kembali berjalan lagi menuju kampung Cibeo yang katanya tidak jauh dari sini.
Sambil hiking kami mengobrol banyak tentang adat Baduy Dalam sama Juli. Katanya Warga Negara Asing (WNA) dilarang/tidak boleh masuk kedalam kawasan Baduy Dalam, dan mereka hanya bisa masuk sampai Baduy Luar saja. Juli juga menceritakan tentang bagaimana, orang Baduy hidup, makan, bekerja, dan cinta. Nah tentang cinta, katanya orang Baduy Dalam itu menikah harus diatas umur 20 tahun, dan pasangannya itu biasanya didapat dengan dijodohkan, masih jaman Siti Nurbaya nih, hehe. Juli pandai berbahasa Indonesia, karena dia sering pergi keluar, seperti ke Jakarta, maka dari itu dia sering berinteraksi menggunakan bahasa Indonesia. Biasa nya Juli pergi ke Jakarta bersama Ayah dan Kakaknya, tentunya dengan berjalan kaki, karena Baduy Dalam sangat berpantangan dengan alat transportasi. Sepeda pun mereka tidak memakainya. Sungguh sangat sederhana. Begitulah sedikit cerita tentang Baduy, dan tak terasa akhirnya kami pun sampai di Kampung Cibeo  daerah Baduy Dalam. Ketika kami sampai, kami di sambut 4 perempuan yang sedang mandi di sungai, waw rejeki mah ga kemana, Hahah. Awas pak jangan dliatin aja, nanti jatuh loh ke sungai, dan para pembaca jangan ngebayangin, toh mereka mandinya pake baju kok. Kami pun langsung menuju rumahnya Juli, dan kami di jamu oleh Bapaknya Juli dan diberi hidangan Gula Aren dan air minum yang disajikan di mangkok, kaya orang jepang aja deh minumnya. Tampaknya rumah Baduy Dalam dibiarkan plong aja gitu tidak ada sekat, yang di sekat hanya kamar saja, dan hanya ada 1 pintu di depan.  Kontur tanahpun dibiarkan apa adanya, jadi kayunya yang menyesuaikan dengan kontur tanah.  Warga Baduy Dalam mereka berpakaian putih dan ikat kepala putih namun untuk celananya pake semacam rok kain hasil tenun, dan selalu membawa golok khas Baduy Dalam di pinggangnya. Dari anak kecil kecil hingga dewasa rata-rata mereka mebawa golok di pinggangnya. Rata-rata dari mereka tidak bisa Berbahasa Indonesia, walaupun ada yang bisa hanya sebagian kecil saja. Ada sebagian warga Baduy yang membuka warung kecil-kecilan, mereka menjual makanan ringan, entah warga Baduy Dalam atau Baduy Luar yang berjualan itu. Hebatnya lagi pedagang souvenir khas Baduy dari Ciboleger ada disini, mereka meengikuti wisatawan hingga ke Baduy Dalam. Ada seorang warga Baduy yang ingin menjual goloknya yang ada serat-seratnya, nampaknya Pak Topik dan Pak Mars tertarik untuk membelinya. Memang goloknya mempunyai nilai seni yang tinggi, dari besinya hingga penutupnya semuanya mempunyai ukiran khas Baduy Dalam. Karena harga nya tidak bisa di nego dan akhirnya Pak Koes lah yang membelinya dan langsung di pasang di pinggangnya, biar kaya orang Baduy katanya. Setelah istirahat dan mengobrol banyak tentang baduy hingga penawaran golok khas Baduy, kami bersiap kembali untuk perjalanan ke Danau dan makan siang. Sebagai ucapan terimakasih kami, lalu kami memberi makanan ringan yang kami bawa.
Setelah semuanya siap, kami melanjutkann hiking ke Danau. Perjalanan kami ke Danau masih di temeni Juli dan Pak Udin. Masih di Cibeo, Pak Udin memberitahu kami rumahnya Pu’un (ketua adat Baduy) dan aula pertemuan. Di halaman rumah Pu’un di beri batasan, jadi orang-orang tidak boleh melewati batas yang sudah di beri tanda, dan hanya bisa melihatnya dari jauh. Baru saja keluar kampung Cibeo kami sudah harus menanjak lagi, tampaknya track terberat kami adalah kali ini.  Tracknya nanjak turun mulu, mana curam-curam lagi, kami pun kewalahan menanjaknya, kalo kata goweser beratan nanjak yang beginian dari pada ngegowes. Beberapa kali kami berpapasan dengan warga Baduy Luar yang berbondong-bondong, dengan lincah mereka menajak tanpa menggunakan sendal. Lah kalo kami?! menanjak perlahan-lahan tapi pasti asalkan tidak pingsan, heheh. Disini terbukti rahasia kekuatan Pak Yopie yang biasanya kalo ngegowes tanjakan itu selalu gigi berat, sekarang pada saat hiking di Baduy Pak Yopie selalu didepan tanpa merasa lelah dan terus melahap tanjakan dengan pijakan yang tepat, walaupun dengan berat badan yang berlebih, tetapi beliau tetap kuat menanjak dan selalu didepan. Yang paling lucu Pak Supri, biasanya kalo gowes selalu ngajak track jauh dan berat, eh pas hiking ke Baduy malah tepar, ngeluh & marah-marah terus,hahah. Kalo Pak Mars, kain ikat kepala Baduy Luar yang dikenakan di kepalanya menjadi sangat basah karena keringatnya dan berkali-kali beliau peras tuh kain. Berbeda dengan Pak Topik yang dikepalanya menancapkan satu helai bulu burung di ikat kepalanya, kaya kepala suku deh, haha.
Hari pun semakin siang dan panas, tanjakan demi tanjakan, bukit demi bukit, sungai demi sungai kami lalui di bawah terik panasnya matahari, persedian air pun mulai menipis, begitu juga perut kami mulai kelaparan. Semua yang kami lihat layaknya fatamorgana, tanjakan didepan kami lihat seperti turunan, dan orang didepan kami, kami lihat seperti makanan, Hahah.  Pada titik puncak tertinggi kami behenti dan berpapasan dengan siswa-siswi SMA dari Jakarta, kira-kira jumlahnya mencapai 100 an dan mereka hanya di pandu oleh beberapa guru dan pemandu. Malah ada murid yang bawa koper, wah salah alamat tuh. Mereka tampak kelelahan dan putus asa, menurut informasi yang kami dapat setelah sampai di Ciboleger, mereka (siswa-siswi SMA dari Jakarta) hanya sarapan pagi dengan Mie saja, terus langsung hiking, dengan alasan untuk mengirit. Irit sih irit, tapi ga gitu juga kali, ini merupakan pelajaran buat kita apabila mau hiking ke Baduy, jangan lupa makan nasi yang cukup, karena tracknya begitu berat. Pada saat kami berhenti di puncak tertinggi kami melihat bukit-bukit di depan yang jalannya nanjak turun, dan kami yakin, kami pasti lewat situ. Karena kami sudah kelaparan, lelah, dan persedian air minum pun menipis, muncul lah ide-ide gila kami, yang berpikir coba ada flying fox, gantole, atau gondala yang bisa mengantarkan kami ke bukit-bukit itu tanpa harus naik-turun bukit dulu, hahah itu sih tidak mungkin. Celotehan demi celotehan muncul dari mulut goweser, dan hasilnya pun tidak  berbuah. Lalu kami melanjutkan perjalanan kami, kami pun masih berpapasan dengan siswa-siswi yang tercecer begitu panjang. Sungguh kasihan melihat mereka yang begitu kelelahan dan hampir pingsan, rata-rata mereka yang tercecer dan tertinggal jauh adalah perempuan. Kami pun sepanjang perjalanan memberi semangat kepada mereka, bahwa Kampung Cibeo sebentar lagi, padahal mah jauh keneh pisan euy,hehe. Dan mereka pun memberi semangat kepada kami, katanya Danau nya masih jauh pak, wah itu sih nurunin mental. 
Sampai dirumah warga Baduy Dalam kami rehat sejenak sambil menunggu yang belakang, untung saja Fido masih membawa makanan, dan dibagi-bagikan kepada goweser, alhasil dalam sekejap langsung habis. Setelah rehat kami lanjutkan perjalanan yang masih panjang dan berbukit-bukit ini. Tepat bukit yang tadi kami lihat dari puncak tertinggi di sebrang sana kini kami lewati, dan kami melihat siswa-siswi tadi masih banyak yang sedang menanjak di puncak tersebut. Memang hiking ke Baduy ini harus dipersiapkan segalanya, dari kesehatan, mental, makanan dan minuman, dan tas barang bawaan jangan terlalu berat, karena tracknya aja sudah berat jangan ditambah berat lagi, dan Jangan lupa untuk pakai jasa pemandu, karena Baduy itu luas dan berbukit-bukit.  Mungkin itu sedikit tips untuk hiking ke Baduy. Perjalanan kami masih panjang, Pak Dodo, Om Iyan dan Saya pun sampai buka baju karena keringat yang membasahi badan sudah over limit. Pijakan kaki kami kini mulai tidak beraturan, persedian air minum pun mulai habis. Terpaksa kami harus berhenti lagi di rumah warga Baduy Dalam untuk minta air minum, untung saja ada Juli yang minta air minumnya. Berhubung airnya cuman ada satu botol besar dan tidak semua goweser kebagian, Pak Mars malah mengambil air minum dari pancuran yang mengalir pada bambu yang dibuat oleh warga. Akan tetapi rasa air minumnya berbeda dengan pancuran-pancuran yang lain, mungkin bambunya sudah lama dan lapuk. Disini mulai lagi timbul fantasi-fantasi aneh dari mulut goweser, coba ada ketoprak, mie ayam, baso, petis lah segalanya disebutin saking laparnya dan kecapean. Pak Udin pun memberi sedikit kami harapan, katanya tinggal ngelewatin satu perkampungan lagi kita sampe ke danau, dan makan. Mendengar seperti itupun kami langsung bangkit dan melanjutkan perjalanan. Sampai tiba di Kampung Kaduketer masih daerah Baduy Luar yang memiliki susunan rumah yang unik, yaitu dari bawah ke atas tersusun secara bertingkat rapi dan indah dipandang. Ternyata kata indah dipandang juga terungkap dari mulut Pak Mars dan Pak Topik yang mengalami kejadian mengejutkan. Ceritanya ada perempuan Baduy Luar yang sedang duduk dengan pose tidak wajar seperti laki-laki di teras depan rumahnya dan hanya memkai kemben. Mampirlah Pak Mars, Pak Topik, Pak Agus, Pak Supri dan Mba Fido kesitu untuk numpang menyeduh kopi. Lalu minta tolong ke teteh disitu untuk diseduhin kopinya. Ketika si teteh nya datang membawa kopi pesanan, terteguklah Pak Mars dan Pak Topik melihat pesanan yang datang, ternyata bukan hanya kopi saja tetapi Kopi + “Susu” yang datangnya. Yang lain tidak melihat hanya Pak Mars dan Pak Topik saja yang berada dekat si teteh itu sehingga ya mau gimana lagi, tidak bisa dihindarkan pemandangan indahnya Kopi + “Susu”, hahah. Setelah kejadian itu mereka melanjutkan perjalanan lagi tentunya dengan membawa Kopi + “Susu” yang hanya dilihat dan dirasakan oleh Pak Mars dan Pak Topik.
Setelah melewati kampung Kaduketer kami bertemu dengan Adiknya Pak Udin, tentunya dengan membawa makan siang (walaupun makan siang sudah lewat). Alhamdulillah, akhirnya kami makan juga, Pak Yopie, Om Iyan, Pak Dodo, Pak Udin dan Saya makan terlebih dahulu, karena datang lebih dulu. Rombongan belakang mungkin mengira perjalanan masih jauh lalu mereka berjalan perlahan (ternyata nyangkut di rumah si teteh pembuat Kopi + “Susu”). Setelah kami selesai makan, rombongan belakangpun datang dan langsung mengambil posisi untuk makan. Karena kami makannya bukan di Danau, tapi di pertigaan antar ke Danau dan ke Jembatan Akar yang menjadi tujuan utama kami. Pak Udin memberikan pilihan kepada kami, kalau belok kanan ke Jembatan Akar kalau lurus ke danau. Perjalanan ke Jembatan Akar itu sama seperti perjalanan kami dari kampung Cibeo ke pertigaan tempat kami makan sekarang, kira-kira 11 Km lagi. Sedangkan kalau ke Danau tidak begitu jauh dan hanya beberapa meter saja. Kami putuskan untuk langsung ke Danau lalu pulang ke Ciboleger. Padahal tujuan utama kami adalah Jembatan Akar, akan tetapi waktu yang membatasi kami untuk kesana. Disini kami berpisah dengan Pak Udin, karena beliau harus kembali ke Ciboleger duluan untuk meng-guide wisatawan lain yang akan hiking ke Baduy. Hati-hati Pak Udin, dan terimakasih atas semuanya.
Setelah selesai makan, kami melanjutkan perjalanan kami ke Danau yang jaraknya hanya beberapa meter saja. Dengan rasa penuh penasaran Danau nya seperti apa, pemandangannya dan suasananya bagaimana, akhirnya jawabannya terjawab juga setelah kami sampai di Danau Ageng. Tampak beberapa warga Baduy Dalam maupun Luar sedang menikmati indahnya Danau dan ada juga warga yang mungkin sedang mencari ikan dengan menggunakan perahu bambu rakitannya. Background dari Danau Ageng adalah pepohonan dengan bukit-bukit yang berjejer, di bibir danau juga ditumbuhi pepohonan.  Tidak lupa kami mengabadikan moment ini dengan berfoto bersama warga Baduy. Setelah menikmati Danau Ageng kami harus segera pulang ke Ciboleger, karena waktu yang sudah mulai mendekati sore. Perjalanan dari Danau ke Ciboleger ini relatif datar dan menurun. Pak Dodo, Om Iyan dan Saya jalan terlebih dulu, karena mereka sudah Lapar dan ingin segera menikmati Baso yang ada di Ciboleger, kalau Saya malah ingin BAB, karena dari kemarin tinggal di Baduy belum bisa BAB. Desa Ciboleger sudah mulai terlihat dari ketinggian bukit, tetapi kami belum tau jalan yang kami lewati ini berujung dimana.  Setelah bertanya-tanya dan akhirnya berujung di Kampung Kaduketug, yaitu kampung pertama yang kami lewati. Ternyata perjalanan kami itu mengitari wilayah Baduy sampai kami balik lagi ditempat awal. Tepat pukul 15.30 kami sampai di Ciboleger, waktu sampainya sama seperti kemarin kami gowes dari Serang ke Ciboleger. Rasa nya lega sekali setelah kami sampai di Ciboleger, saya pun langsung mencari toilet, Pak Dodo dan Om Iyan langsung makan baso. Sepeda pun sudah berjejer rapi di depan A***mart. Tidak lama kemudian rombongan belakang datang, dan langsung sebagian dari mereka memesan Baso, Mie dll. Kami pun diberi waktu untuk persiapan pulang hingga pukul 16.30.
Cuaca pun mulai mendung lalu hujan. Untung saja Pak Agus Bule sudah memesankan Truk mangangkut sepeda dan goweser dengan design penutup dibagian belakangnya, agar goweser tidak kehujanan. Setelah kami sudah siap untuk pulang, kami pamit pulang kepada Juli, adiknya Pak Udin, Pak Agus Bule, Istrinya Pak Agus Bule yang Waw (sulit diungkapkan dengan kata-kata, biar yang melihatlah yang menilai), Terimakasih atas semuanya yang telah membantu dan mendukung kelancaran acara hiking SXC2 ke Baduy, semoga kami bisa berkunjung kembali kesini. Mba Fido dan Mbo Opie ikut pulang dengan kami, mereka duduk di kursi samping sopir. Kami para laki-laki duduk dibelakang bersama sepeda kami. Untung saja hanya 10 sepeda saja yang dimuat di truk, jadi masih ada tempat duduk  untuk goweser. Posisi duduknya juga ngasoy di alas yang sudah ditutupi kardus-kardus. Ketika perjalanan pulang Pak Mars dan Pak Topik bercerita tentang Kopi + “Susu” yang mengejutkannya, berbeda dengan Pak Agus yang  mengalami kejadian yang lucu tentang baso yang dimakannya, begini kejadiannya. Setelah hiking dari baduy tadi Pak Agus, Pak Topik, dan Pak Didit laper tuh dan hendak makan, melihat Pak Dodo dan Om Iyan makan Baso dengan lahap, sepertinya mereka terbujuk untuk memesan Baso juga. Ketika pesanan baso mereka sudah datang, dan mereka pun mulai melahapnya. Akan tetapi Pak Agus merasakan baso yang dimakannya itu rasanya aneh lalu tidak diteruskan makannya dan Pak Agus pun bingung mau taruh dimana mangkoknya karena basonya masih banyak. Setelah basonya ditaruh ditempat yang aman, lalu Pak Agus langsung memesan Mie Goreng.  Mungkin saja Baso yang dimakan mereka sudah Kadaluwarsa, mengingat di Ciboleger kan tempat wisata yang mungkin hanya hari weekend saja dikunjungi orang. Akan tetapi Pak Dodo, Om Iyan, Pak Topik dan Pak Didit sudah melahapnya sampai habis tanpa merasakan rasa baso yang berbeda, mungkin mereka lapernya sudah susah dibendung, atau karena mungkin mereka makannya sambil ngeliatin Istrinya Pak Agus Bule, jadi ga berasa deh baso kadaluwarsanya. Hahaha.
“Uhuk uhuhk uhuhkk”, sebagian goweser pun mulai berbatuk-batuk akbiat asap (karbonmonoksida) dari mobil truk yang masuk kedalam bak truk tempat kami duduk. Asap ini keluar dari knalpot truk lalu si asap masuk menempati ruang yang kosong pada bak truk yang tertutup, sehingga sirkulasi udaranya tidak berjalan dan si asap berkumpul menempati seisi bak truk. Asap yang masuk ini sangat menusuk sekali bila terhirupnya dan membua kita mual-mual bahkan hampir muntah-muntah. Pak Koes, Pak Dodo dan Saya pun merasakan seperti itu. Pertama saya mulai merasa sesak nafas lalu timbul mual-mual, Pak Dodo merasa Pusing dan mual-mual, malahan Pak Koes yang selama perjalanan diam dan tidur saja langsung mual-mual dan muntah. Lalu terpal yang menutupi bak truk kemudian dibuka setengahnya  agar si asap tidak masuk ke bak truk. Akan tetapi masih tercium juga sedikit bau asap truk. Mungkin karena bagian depan nya ga dibuka sehingga sirkulasi udaranya tidak berjalan dengan baik. Solusinya adalah dengan berdiri di bagian belakang truk lalu, kepalanya menengok keluar tepat di sisi samping truk, maka akan terasalah udara segar. Akan tetapi cara ini berbahaya, karena takut ada mobil truk lagi yang datang dari arah berlawanan.  Saya dan Pak Dodo pun terpaksa bergantian posisi berdirinya untuk mendapatkan udara segar. Di tengah perjalanan gerimis pun mulai merintik, terpal sudah dibuka sebagian sehingga kami terkena rintikan gerimisnya. Akan tetapi kami masih tetap ceria, masih tetap tertawa dan masih tetap tersenyum dengan membawa setumpuk cerita dan pengalaman dari gowes ke Ciboleger sampai hiking ke Baduy. Walaupun tujuan utama kami adalah Jembatan Akar yang tidak tercapai, tetapi kami sudah cukup merasa happy, karena bisa hiking bersama-sama dalam susah dan senang. Mungkin next time tujuan kami adalah Jembatan Akar dengan prepare yang lebih baik. Pada saat ini yang berhasil menyelesakan espedisi Baduy dari SXC2 adalah 10 orang. Ada Pak Mars yang tetap terlihat masih segar dan tertawa terus sepanjang perjalanan pulang berkat Kopi + “Susu”, Pak Yopie yang berhasil melahap track baduy dan tetap kuat walaupun umur sudah tua, Pak Agus yang masih tertawa mengingat kejadian makan baso dengan rasa yang aneh, Pak Koes yang terlihat lelah dan sepanjang perjalanan pulang terlelap tidur, Pak Didit yang tetap cool dan tersenyum walaupun sudah makan baso kadaluwarsa, Pak Dodo yang masih tetap bersemangat dari awal gowes hingga hiking, Om Iyan yang masih ceria-ceria saja dan memamerkan flash light nya yang di beli dengan harga murah tetapi memiliki penerangan yang lebih, Pak Supri yang selama hiking terus mengeluh kelelahan dan gusar tetapi saat perjalanan pulang kembali tertawa dan feel happy, Pak Topik yang juga kelelahan hampir tepar tetapi masih sempat saja mengeluarkan jurus andalanya yaitu “menggetarkan dadanya” hahha dan kembali bugar setelah mendapatkan Kopi + “Susu”, dan terakhir Saya yang mulai merasa mual akibat asap dari truk, akan tetapi masih bisa tersenyum dan tertawa melepas bersama-sama selama perjalanan pulang kami. Sungguh perjalanan yang sangat lengkap, ada gowes, hiking, senang, susah, canda dan tawa, semuanya itu melengkapi kami semua. Banyak pengalaman yang berharga dari yang kami pelajari dari Baduy, seperti petuah yang dipegang mereka “PANJANG TIDAK BOLEH DIPOTONG, PENDEK TIDAK BOLEH DISAMBUNG”. Mudah sekali untuk mengartikannya, yaitu hiduplah apa adanya dengan sederhana.  Begitulah petuah mereka yang tetap mereka jaga sampai saat ini. Terbukti dari kontur tanah di Baduy dalam yang dibiarkan apa adanya, tidak di cangkul atau diratakan. 
Akhirnya kami sampai di Serang pukul 19.30, kami berhenti di Alun-alun timur Serang dan memutuskan untuk makan-makan dulu di sego kucing sambil melepas lelah dan sambil bercerita. Rasa lelah pun terbayar saat kami mulai meneguk segelas susu jahe yang kami pesan.  Para goweser lain pun mula menyantap makanan mereka yang rata-rata memesan banyak. Mba Fido dan Mba Opie pun disarankan untuk makan dulu sebelum pulang. Setelah kami selesai makan, kami langsung pulang kerumah masing-masing, mba Fido dan Mba Opie pulang naik angkutan umum terlebih dahulu sampai ke Gerbang Tol Serang Timur lalu naik Bus jurusan Rambutan lalu ke Bekasi. Karena mba Fido dan Mba Opie tidak tahu harus naik angkutan umum yang mana, maka Pak Agus, Pak Mars dan Saya menunggunya hingga di pastikan naik. Lalu Pak Mars dan Saya pun meluncur ke Gerbang Tol Serang Timur dan menunggunya untuk dipastikan turun disitu lalu pindah ke Bus. Setelah Mba Fido dan Mba Opie naik ke Bus, Pak Mars dan Saya pun pulang. Alhamdulillah sampai juga di home sweet home dengan selamat dan rasa senang akan pengalaman yang telah dilalui. Sungguh perjalanan yang sangat lengkap, dan sangat menyenangkan.

SXC2 Goes to Baduy #1

Assalamualaikum Wr Wb,
Salam sejahtera untuk kita semua, semoga kita tetap dilindungi oleh Allah SWT, amin.  Jum’at 22 April 2011 merupakan hari libur nasional, kami pun berencana untuk gowes ke Baduy, walaupun gowesnya ga sampe Baduy tapi kami gowes dari Serang sampe Ciboleger. Pagi itu langit tampak cerah, matahari pun tampak ceria menyinari dunia, sungguh nikmat yang patut kita sukuri, dan kita pun harus memfaatkannya dengan berolahraga. Pukul 6.30 saya berangkat menuju tikum, segala persiapan untuk perjalanan ke Baduy pun sudah dipersiapkan dari semelam kecuali tinggal sarapan yang belum dipersiapkan. Saya putuskan untuk makan nasi uduk sebelum tikum, ternyata sudah ada Pak Agus , Pak Yusman dan anak Pak Yusman (Ihsan) sedang sarapan. Saya pun ikut gabung untuk sarapan, mengingat track nya jauh dan berat. Setelah sarapan kami menuju tikum, dan terimakasih Pak Agus yang sudah membayarkan sarapannya.
Di titik kumpul ternyata sudah banyak goweser yang sudah siap, ada Pak Mars, Pak Danar, Pak Dono, Pak Yopie, Pak Koes, Pak Agus, Pak Didit, Pak Topik, Pak Supri, Pak Dodo cozmic, Om Iyan,  Pak Zaenal, Pak Aam, Pak Roni, Pak Yusman, Pak Hendra dan Saya Vito. Tidak lama kemudian datanglah Indra yang sudah lama ga gowes bareng lagi karena sedang pendidikan. Dia datang dengan membawa Kamera SLR barunya. Setelah semua siap, seperti biasa kami membentuk lingkaran, lalu berhitung dan berdoa memohon keselamatan untuk perjalanan berangkat sampai pulang kerumah nanti.  Tidak lupa untuk berfoto dulu sebelum berangkat, mumpung ada fotografer, hehe. Setelah berfoto kami pun langsung berangkat, Pak Hendra dan Pak Yusman tidak ikut, begitu juga dengan Pak A’I, Pak Imam, dan Pak Deni yang sudah daftar tetapi ada halangan. Pak Zaenal berangkat dengan mengendarai mobil sampe Rangkas, otomatis tas-tas kami yang gede-gede pun dititipkan di mobil Pak Zaenal, terimakasih Pak, sangat membatu perjalanan kami. Pak Dodo cozmic yang katanya lupa bawa obat pun bergegas pulang dulu, dan dia katanya akan menyusul. Tepat pukul 07.00 kami SXC2 berangkat menuju Baduy.  
Rute perjalanan kami melalui Cipocok lalu ke Petir diteruskan ke Tunjung  lalu menelusuri Jalan Cibadak hingga ke Rangkas. Ketika menyusuri Jalan Cipook, kami bertemu dengan Pak A’I yang tidak bisa ikut perjalanan kali ini karena anaknya sedang sakit, semoga cepat sembuh pak. Kontur jalan dari Cipocok sampe Petir, relatif onroad tetapi agak sedikit banyak lubang-lubang kecil di bibir jalan.  Jalan onroad relatif bagus ini hanya sampai Pasar Petir saja, lalu seterusnya jalan onroad relatif rusak bermakadam. Truk-truk yan melintas meninggalkan debu-debu  di belakangnya yang otomatis terkena kami, kebanyakan dari truk-truk itu jalannya ngebut dan tidak memikirkan keselamatan pengguna jalan yang lain. Sampai di pertigaan tunjung kami berhenti menunggu rombongan belakang. Lalu kami belok kekanan, ambil jalan arah Warunggunung. Kata Om Iyan, jalannya lumayan naik turun. Rombongan belakang pun datang, lalu kami yang sudah rehat sebentar, melanjutkan perjalanan kami. Kata Pak Ketu, kita harus menjaga jarak, diamana ketika rombongan belakang sampe maka rombongan depan jalan duluan, heheh. Benar saja, jalan pun mulai terasa naik turun, ditambah kontur jalannya rusak. Pak Zaenal pun masih setia mengikuti kami dari belakang dengan mobilnya. Sampai di pertigaan Cibadak, kami berbelok kiri ambil jalan arah ke Cibadak Rangkas. Di warung konter kami rehat lagi menunggu rombongan belakang dan Pak Dodo cozmic yang pastinya jauh ketinggalan karena harus pulang dulu ketika di tikum tadi. Ketika Pak Ketu datang, beliau langsung melihat cewe dan berkata ”wah ada cewe tuh”, saya pun langsung sontak menengok ke belakang dan ternyata f a t a m o r g a n a, itu sih kebo bukan cewe (¬_¬”!), hahah. Pak  Mars dan romobongan belakang pun datang, disusul Pak Dodo cozmic yang akhirnya datang juga. Seperti biasa, rombongan belakang datang, rombongan depan jalan duluan. Jalan Cibadak ini onroad tetapi masih banyak juga tanjakan dan turunan, nah tanjakan disini lah yang membuat Om Iyan merasa tertantang ketika ada Pak Ketu di belakangnya, dan akhirnya Om Iyan pun mulai merasa keram ketika sampai di i***maret Rangkas. Sampai di i***maret sudah menunggu Pak Dida yang masih segar bugar tanpa keringat sedikit pun di wajahnya. Kami pun segera membeli air minum untuk menghilangkan rasa haus dan lelah kami. Setelah rehat dan berkumpul semuanya, kami meluncur kerumah Pak Dida untuk rehat lebih lamanya. Menyusuri jalan Jendral Ahmad Yani lalu diteruskan ke Jalan Multatuli. Kota Rangkas begitu tampak rapih dan bersih, begitu nyaman dipandangnya, itulah yang saya lihat dari Kota Rangkas.
Sampai di rumah Pak Dida di Jalan Ir. H Juanda, kami beristirahat untuk menyantap makan yang sudah disediakan. Sambil mengobrol dan menyantap hidangan yang ada kami melepas lelah kami, tetapi perjalanan kami belum selesai sampai disini, kami harus melanjutkan perjalanan, mengingat sekarang adalah hari Jum’at, dimana kami harus mencari Masjid untuk melaksanakan sholat Jum’at. Setelah siap dari rehatnya, kami melanjutkan perjalanan, dan kami kali ini beruntung lagi karena tas-tas kami yang harusnya dibawa samapai Ciboleger kini dititipkan di mobil Pak Zaenal, karena Pak Dida berencana hanya ikut gowes sampe Ciboleger, tidak ikut ke Baduy. Pak Zaenal mulai menurunkan sepedanya dari mobil. Ban sepeda Pak Zaenal sudah diganti dengan ban onroad, jadi lebih enak melahap track onroad.  Goweser kali ini bertambah 2 yaitu Pak Zaenal dan Pak Dida, jadi total goweser yang menuju Ciboleger 16 goweser. Kami berangkat ± pukul 10.15, melewati alun-alun Rangkas lagi lalu menyusuri Jalan Raya Leuwidamar dengan kecepatan rata-rata 20 km/jam. Kontur jalan onroad relatif rusak dan agak sedikit becek, tetapi datar tidak terlalu menanjak.  Sebelum kecamatan Cimarga, kami melihat sebuah danau besar dengan bendungannya. Kami tertarik untuk melihat sebentar dan bertanya kepada warga yang sedang santai ditempat, ternyata nama tempatnya Palayangan. Tidak lupa untuk berfoto sejenak. Setelah itu kami lanjut gowes sambil mencari masjid. Panas matahari sangat menyengat, ditambah debu-debu dijalanan yang bertebaran akibat mobil yang melaju kencang, padahal jalanan rusak. Waktu sudah menunjukan pukul 11.30, kami menemukan masjid yang biasa di pake sholat Jum’at. Letak masjid berada di desa Pasir Bungur Kec. Cimarga. Kami memutuskan untuk sholat Jum’at disini. Yang aneh dari Mesjid ini adalah warganya yang setelah selesai sholat jum’at, mereka langsung bangun dan melaksanakan sholat lagi, sholat apaan tuh ya??.  Setelah sholat Jum’at kami menarik jadwal makan yang seharusnya di ciboleger dipindahkan sekarang. Karena mengingat sudah masuk jam makan siang dan goweser pun pada kelaparan,hahah. Setelah makan dan persiapan, kami melanjutkan perjalanan. Panas matahari masih menemani kami, tetapi di depan sana langit tampak mendung. Benar saja doa-doa para goweser yang mengharapkan hujan, akhirnya datang juga ketika kami sudah memasuki desa Sudamanik. Perlengkapan elektronik pun kami titipkan pada mobil yang masih mengawal perjalanan kami. Memang paling enak kalo gowes sambil hujan-hujanan itu, kita ga akan sakit, karena didalam tubuh kita masih hangat akibat kita tetap bergerak/gowes, dan yang lebih enak lagi adalah jalanan milik sepeda, karena tidak ada motor yang berani melintas kecuali mobil. Oiyah dan satu lagi, enaknya gowes sambil hujan-hujannan itu bisa pipis dicelana, kata Om Iyan, waduh masih sempet-sempetnya aja gitu? Hahah.
Sesampainya di pertigaan Cisimeut kami berhenti menunggu rombongan belakang. Di pertigaan ini kami berbelok kekanan arah Ciboleger, sebenarnya lurus juga bisa, akan tetapi jalannya agak rusak dan lebih jauh menurut informasi dari tukang ojek yang berada di pertigaan ini. Ternyata tantangan perjalanan kami mulai baru terasa ketika kami berbelok di pertigaan Cisimeut ini. Tanjakan langsung menyambut kami ketika kami baru saja mendapatkan turunan dari pertigaan ini. Untung hujan menemani perjalanan kami, jadi tanjakan securam apapun hanya terasa lelah sedikit. Ada tanjakan yang begitu panjang, curam dan tinggi, tetapi pada titik puncak tanjakan ini terlihat jelas indahnya pemandangan bukit-bukit disebelah kiri jalan. Subhanallah, sungguh alam yang sangat indah, Maha Besarnya Engkau yang telah mencipatakan alam seindah ini. Saya berhenti sejenak karena tertarik untuk melihat pemandangannya. Disusul Pak Dodo cozmic , Pak Supri dan Pak Danar lalu kami berfoto sejenak dengan background pemandangan bukit-bukit yang indah. Untung saja Pak Danar membawa kamera walaupun cuaca hujan. Titik tertinggi ini jadi tempat rehat kami sejenak sambil menunggu rombongan belakang.  Dapat kabar dari Pak Mars bahwa tadi dibelakang ada pohon tumbang. Untung saja segera di singkirkan oleh Pak Mars dan Pak Koes, karena banyak sekali mobil truk yang melintas disini, apalagi kondisi jalannya menanjak curam. Ketika kami sudah berkumpul semua, datang temannya Pak Zaenal, yaitu Pak Surya yang katanya ikut gabung gowes ketika di pertigaan Cisimeut. Beliau menunjukan tujuan kita (Ciboleger) pada pemandangan bukit-bukit disebelah kiri. Katanya Ciboleger itu terletak di bukit yang paling ujung yang berasap itu, dan kita harus melalui 5 tanjakan curam lagi (namun pada kenyataannya lebih dari 5). Sontak kaget lah kami semua, tapi tidak apa-apa, itu menjadikan motivasi buat kami, ternyata bukit ini hanyalah sebagian kecil dari bukit-bukit lain, masih banyak tantangan di depan sana yang harus dihadapi. Lalu kami gowes kembali, hujan tidak lagi menemani perjalanan kami, tetapi tanjakan dan turunan masih setia menemani kami, tentunya pemandangan yang sangat indah yang menjadi backgroundnya. Sampai pada pertigaan Bojongmanik Mobil Pak Zaenal yang di kendarai oleh Adik Pak Dida sudah menunggu dan menunjukan arah berbelok kekiri, yaitu arah menuju ciboleger.
Pertigaan Bojongmanik, kami harus berbelok kekiri apabila ingin hendak ke Ciboleger.  Dari pertigaan Bojongmanik kami mulai merasakan puncak tantangan terberat kami, banyaknya turunan curam yang membahayakan, dan tanjakan curam yang memberatkan. Apalagi kami sudah mulai tercecer, jadi menanjakpun terasa berat apabila hanya sendirian.  Tetap ini harus dijadikan sebuah latihan buat nanti dalam melahap track-track yang berat. Ada dimana turunan curam dengan kontur jalan onroad relatif rusak langsung dihadapkan dengan tanjakan berbelok yang tidak memungkinkan untuk di tanjak, tetapi pada puncak tanjakan berbelok itu ada jalan pintas yaitu sedikit jalan tanah yang bisa dilewati. Semua goweser pun punya pemikiran yang sama, yaitu mengambil jalan tanah tersebut, karena kalo  mengambil jalan onroadnya pasti akan jatuh, begitulah cerita para goweser yang mengalaminya.  Ketika saya sedang lelah-lelahnya menanjak terlihat di depan ada Pak Dodo cozmic yang sedang menanjak pula. Langsung saja saya teriak memanggil beliau, dan beliau pun kaget lalu behenti. Sampai di puncak tanjakan Saya dan Pak Dodo berhenti dengan nafas terengah-engah, karena tanjakan yang merupakan tanjakan terakhir memang sangat curam. Lalu saya bertanya kepada warga yang ada di situ, “Pak Ciboleger masih jauh atau tidak?”. Lalu jawab si bapak “sudah deket, itu di depan tinggal turun”. Wah langsung saja Saya dan Pak Dodo mengambil sepeda menuju Ciboleger yang ternyata di depan mata. Katanya di Ciboleger ada Market ternama yaitu a****mart. Langsung saja terpikir dibenak saya, kalo nanti sampe langsung menuju market tersebut, karena perut sudah lapar dan persedian air minum pun habis.
“Selamat Datang Di Ciboleger” begitulah yang tertulis pada tugu Selamat datang yang di atasnya berdiri patung seorang Keluarga dengan dua orang anak  (laki-laki dan perempuan) dan mereka mengangkat tangan kirinya seakan menyambut kami yang baru sampai, dan itu membuat kami tersenyum lebar walaupun bagaimana lelahnya perjalanan kami. Saya dan Pak Dodo datang pukul ± 15.30 danLangsung memutari tugu yang berbentuk lingkaran itu, karena menurut Saya kalo naik sepeda ke Ciboleger ga muterin tuh tugu rasanya kurang afdol,hahah. Setelah muterin tuh tugu Saya langsung menuju a****mart, sebelum masuk saya periksa kantong, dan ternyata baru inget kalo dompet tuh ada di mobil, hahah, terpaksa deh ke warung sebelah a****mart, biar bisa bayar nanti. Ketika Saya pesan minum dan makan, datenglah seorang perempuan berkerudung dengan kacamata di wajahnya menghampiri kami. “rombongannya Pak Agus yak?” tanya perempuan itu dan saya pun respon menjawab “iyah!!”. Setelah sedikit berbincang saya langsung ambil kesimpulan, ooh ternyata perempuan itu adalah Tim BPI (BackPacker Indonesia) yang akan menemani perjalanan kami dan ada satu lagi temannya (perempuan) yang sedang duduk di dalam warung.
Ketika Saya dan Pak Dodo sudah selesai makan, datenglah Om Iyan dengan tenaga coklat yang di konsumsinya selama tanjakan terakhir, cetusnya saat menghampiri kami. Memang dari pertigaan Bojongmanik sampe Ciboleger adalah puncak terberat gowes kami, karena konturnya naik turun bukit. Disini terjadilah seleksi alam, yang membuat kami tercecer menjadi banyak bagian. Tidak lama kemudian rombongan belakang lainnya pada berdatangan. Mereka datang pukul ± 16.30, tepat sejam setelah kedatangan kami. Lalu kami pun bertemu dengan Tim BPI tadi yang sudah menunggu kami, yaitu Mba Fido dan Mba Opi. Setelah berbincangan dan berkumpul semua berkumpul semua kami pun berfoto sejenak bersama Tim BPI di depan tugu selamat datang, agar membuktikan bahwa kami pernah kesini dengan menggunakan sepeda. Setelah berfoto-foto, kami diberikan waktu mempersiapkan diri untuk hiking ke penginapan di Baduy Luar. Jangan lupa untuk beli makanan-makanan untuk di kampung baduy, karena tidak ada yang jual nasi ataupun roti.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More