Selasa,
12 Maret 2013, bertepatan dengan hari Nyepi bagi umat Hindu, nyepi pun terasa
sampai ke rumah saya, dimana hanya ada saya dan Fahri (adik saya), sisa nya
(nyokap, bokap, Fikri) sedang keluar dari tadi pagi. Mulai terasa bosan juga dirumah
terus, akhirnya saya putuskan untuk keluar rumah juga dengan tujuan Karangantu
lanjut kerumah temen di Cilegon. Persiapan perlengkapan pun sudah
disiapkan dan sekitar pukul 10.15 WIB saya berangkat menggunakan motor walaupun
cuaca pada saat itu hujan lokal, dan benar saja dari arah Kaligandu sampai
Karangantu cuaca nya sangat panas menyengat.
Sesampainya
di Karangantu, saya langsung menuju ujung muara sungai untuk mencari info
perahu penumpang yang menuju Pulau Tunda dan Pulau Panjang. Setelah banyak
bertanya didapatlah informasi bahwa perahu penumpang yang menuju Pulau Tunda
hanya ada pada hari Senin, Rabu dan Sabtu dengan tariff sekitar Rp. 15.000,
sedangkan ke Pulau Panjang hampir setiap hari dengan tariff sekitar Rp. 7.000.
Kebetulan setelah bertanya,
ada perahu penumpang yang akan berlayar ke Pulau Panjang. Ragu juga untuk
berangkat sekarang juga ke Pulau Panjang, karena masih belum tau keadaan disana
bagaimana. Sontak
teringat temen saya (Harry)
yang tinggal di sekitar Karangantu untuk bertanya tentang keadaan Pulau
Panjang. Saya pun langsung menelponnya dan menghampiri ke rumah nya, karena
katanya perahu penumpang akan berangkat sekitar jam 2. Ternyata setelah
ngobrol-ngobrol, si Harry pun belum pernah ke Pulau Panjang dan tidak tau
bagaimana keadaan disana. Menambahlah keraguan di diri saya, sehingga saya pun
harus melihat peta Pulau Panjang melalui iPhone untuk mengembalikan keteguhan
hati saya. Memang benar Pulau Panjang itu cukup luas kalau kita explore dengan jalan kaki, apalagi kalau
kita belum tau keadaan disana. Menurut saya pulau ini lebih enak nya di-explore dengan menggunakan sepeda. Coba pada saat itu juga
saya bawa sepeda, pasti tanpa ragu saya pun langsung naik ke perahu.Apa mau
dikata, nasi telah menjadi bubur, saya pun kesini bawa motor, yasudah saya
mantapkan hati untuk berangkat ke Pulau Panjang setelah menunaikan sholat
dzuhur.
Setelah
sholat, saya pun dianter Harry ke tempat perahu penumpang tadi, dan ternyata
perahu nya tidak ada, sudah berangkat. Wah memang bukan waktu nya untuk
berangkat. Kembali
saya antarkan Harry kerumah nya, terimakasih yah kawan atas jamuan dan
informasi nya. Penasaran apa yang diinfokan Harry mengenai wisata ke Pulo Lima
dari Karangantu, saya pun mencari office
nya yang kata nya terletak sebelum tempat pelelangan ikan. Benar saja ketemu nih office
nya,
langsung saya tanya-tanya dari A sampe Z mengenai Pulo Lima. Pulo Lima ini
terletak tidak jauh dari muara sungai Kangantu ini, hanya sekitar 15-20 menit
naik perahu. Biaya
per orang nya Rp. 70.000 ribu (minimal 10 orang) sudah mendapat akomodasi
pulang-pergi, banana boat, snorkeling & mincing mania. Adapun fasilitas diluar
biaya tersebut yaitu, areal camping, gazebo-gazebo di pinggir pantai dan makan
siang. Setelah
mendengar cerita yang ditawarkan oleh Bapak Opik jadi tertarik juga untuk ke
Pulo Lima, sayang saya
hanya satu orang saja. Tapi jangan khawatir, 1 orang pun bisa berangkat ke Pulo
Lima dengan catatan kalian harus datang
ke office ini pagi-pagi sekitar pukul
09.00 WIB untuk menanyakan ada tidak kapal nelayan yang berangkat. Kalau misalkan ada, silahkan kalian bernego
dengan nakhoda nya. Tentunya
dengan ketentuan kalian
harus di jemput kembali pada sore hari nya.
Ketika
saya bercerita keluhan saya yang tidak jadi berangkat ke Pulau Panjang karena
ketinggalan perahu, Bapak Opik pun langsung memberitahu ke saya bahwa ada
perahu terakhir biasa nya di sekitar tempat pelelangan ikan, karena
dikhawatirkan air surut di muara nya maka si perahu penumpang dimajukan hingga
mendekati mulut muara. Saya pun pamit dan langsung menuju tkp, Alhamdulillah memang benar masih ada
perahu penumpang yang menuju Pulau Panjang, akan tetapi perahu tersebut hendak
berlayar dan salah seorang anak buah kapal yang melihat saya sedang berlari ke
arah kapal langsung mencoba menarik kapal tersebut kembali. Pada saat itu pula
keraguan saya naik drastis,
karena kalau jadi berangkat, motor dititipkan dimana?.Perahu pun kembali
bersandar dan mau menunggu saya sebagai penumpang terakhir, saya pun kembali ke
motor dan mencari tempat penitipan motor, hingga pada akhirnya seorang satpam
di pos masuk gerbang mau menerima titipan motor. Diantarkan lah saya kembali ke
perahu, dan benar saja perahu masih menunggu saya sebagai penumpang terakhir.
Sekitar
pukul 14.30 WIB perahu tujuan Pulau Panjang berangkat.Perahu yang berisikan
hampir seluruh warga Pulau Panjang dan beberapa kebutuhan warga untuk selama di
Pulau pun akhir nya berangkat. Jika
dilahat-lihat perahu penumpang ini adalah perahu yang sebelumnya bersandar di
pos keberangkatan, perahu yang dari awal saya mau menaikinya. Sedikit malu juga untuk
menaiki perahu ini, karena dari awal sekitar pukul 12.00 WIB saya sempat
bertanya-tanya ke penumpang yang sudah menunggu cukup lama tentang keberangkatan
perahu ini. Yang
pada akhirnya saya malah menyia-nyiakan waktu untuk mencari informasi di rumah
Harry. Tak
apalah, yang penting pada akhirnya saya bisa berangkat ke Pulau Panjang,
itung-itung menghilangkan rasa penasaran saya.
Akhirnya
perahu pun bersandar sekitar pukul 15.00 WIB, saya pun bingung harus ke mana dan mulai dari
mana. Sebelumnya
saya lihat di peta ada juga sebuah desa di bagian utara, saya putuskan untuk
tetap berjalan ke arah utara. Melewati rumah-rumah warga yang rata-rata sudah terbuat
dari pondasi semen dan ada juga yang sebagian sudah di kramik, jalan pun sudah
sebagian di paving blok. Karena disini
hanya ada listrik pada saat malam hari, jadi rata-rata warga disini
menghabiskan waktu siang nya dengan bercengkrama dengan keluarga dan tetangga
di depan rumah. Sambil berjalan saya pun mencoba liat kanan-kiri untuk mencari
warung nasi, karena dari tadi siang belum makan. Ternyata disini masih susah
ditemukan warung nasi, tak terasa saya berjalan melewati Kampung Peres. Ketika
diliat di GPS, ternyata cukujp jauh juga dari lokasi saya berada untuk sampai
kampung di utara yaitu Kampung Baru.
Yang saya heran, ketika saya sedang berjalan Dengan kaget dan rasa heran, saya hanya
bisa terdiam dan membiarkan mobil itu lewat, setelah jauh barulah sadar kalo
saya membutuhkan tumpangan, haha. Tak lama kemudian, lewatlah warga sekitar
membawa motor dan menawarkan saya jasa ojeg, dengan kelelahan saya pun terima
jasa ojeg sampai ke pantai yang ada di utara dengan biaya Rp. 5.000.
Sesampainya
di pantai utara, rasa penasaran saya pun terjawab.Ternyata pasir putih yang
saya lihat lewat GPS di iphone itu ternyata hanya sekumpulan batu-batu karang yang
sudah berwarna putih yang telah menutupi pasir pantai. Pantai disini pun
sebagian besar berupa karang, tidak ada sama sekali pantai dengan hamparan
pasir putih. Berjalan menelusuri bibir pantai kearah timur pun yang ditemui hanya hamparan karang.
Ditengah-tengah penelusuran, saya bertemu dengan ibu-ibu warga Kampung Baru
yang sedang mencari rumput laut, katanya rumput laut yang dicari cukup susah,
dan hasilnya pun buat di konsumsi sendiri, bukan untuk dijual. Ketika ditanya
letak pantai pasir putih yang bisa berenang,
mereka pun menjawab tidak ada, yang ada hanya hamparan karang saja.
Beginilah keadaan Pulau Panjang, walaupun tidak
bisa berenang, tapi rasa pensaran saya pun terjawab. Sampai pukul 17.00
WIB saya menelpon Kang Sobri (ojeg yang mengantarkan saya) untuk minta
dijemput.Ternyata yang datang adalah sodara nya Kang Sobri, yaitu Kang Nafik. Sama Kang Nafik inilah saya
diantar menuju Kampung Pasir Putih untuk mengisi perut yang dari tadi siang
belum sempat terisi. Disini
memang tidak ada warung nasi a.k.a warteg, hanya ada warung yang jual gado-gado
atau ketoprak, itupun mungkin hanya ada di Kampung Pasir Putih. Setelah makan,
lalu ngobrol sama Kang Nafik masalah penginapan, dengan berbaik hati Kang Nafik
pun menawarkan saya untuk tidur dirumah nya, karena kebetulan hanya ada mertua
nya dan anak Kang Nafik saja. Di antarlah saya kerumah Kang Nafik untuk
magriban sejenak.
Setelah
magriban, mengobrol banyak dengan orang mertua nya yang menurut saya tau banyak keadaan sosial,
politik, serta potensi yang dimiliki oleh Pulau Panjang ini. Sampai saya diajak mau ‘ngobor’ gurita, akan
tetapi Kang Nafik mengajak saya ke dermaga di Kampung Pasir Putih untuk melihat
yang mincing ikan disana. Sampai di dermaga, memang banyak juga orang mancing, jika dilihat
rata-rata mereka mendapat
cumi-cumi kecil. Saya
menghabiskan malam disini, karena memang tidak ada tempat menarik lagi di Pulau
Panjang ini. Di dermaga ini kita bisa melihat lampu-lampu pabrik disebrang sana
tepatnya disekitar Bojonegara yang menyala cukup banyak dan terlihat indah dari
kejauhan. Dermaga ini tempat bersandarnya perahu penumpang dari arah
Bojonegara, jadi selain dari pelabuhan Karangantu, kalian bisa juga menuju
Pulau Panjang ini dari Pelabuhan Bojonegara. Suasanan malam itu sangat tidak
cukup membuat saya tenang, bukan karena suasana alam nya, akan tetapi keributan
yang di timbulkan oleh seorang anak
kecil yang bener-bener sangat menjengkelkan. Kang Nafik banyak bercerita
tentang keadaan masyarakat di Pulau Panjang, yang salah satunya yaitu jika ada
rumah di pulau ini yang cukup bagus (sudah kramik dan tembok semen bercat) itu
merupakan salah seorang keluarga nya kerja sebagai TKI ke luar negeri. Termasuk Istri Kang Nafik
yang bekerja ke Arab. Kebanyakan
orang yang punya di pulau ini bekerja sebagai TKI, cetusnya. Selanjutnya, katanya
listrik di pulau panjang ini memang benar hanya menyala pada pukul 18.00-06.00
WIB dengan menggunakan tenaga disel, tetapi ada bantuan baru yaitu berupa
pembangkit listrik tenaga surya, yang sudah berjalan 1 bulan. Listrik tenaga
surya ini dapat menghidupkan listrik rumah-rumah warga pada siang hari yang
diberikan secara gratis, akan tetapi kedepannya nantinya akan dipungut biaya. Obrolan demi obrolan
berlalu hingga pukul 21.30 WIB, kita pun pulang kerumah untuk beristirahat,
dikarnakan esok pagi saya harus berlayar kembali pulang ke Pulau Jawa.
Rabu,
13 Maret 2013 sekitar pukul 7.30 WIB saya di antarkan ke dermaga di Kampung
Peres, katanya akan ada perahu keberangkatan ke pelabuhan Karangantu sekitar
pukul 8.00 WIB. Setiba nya di dermaga,
saya pisah dengan Kang Nafik dan anak, tidak lupa memberi sedikit upah
terimaksih saya atas waktu dan tempat menginapnya. Sekitar pukul 8.30 WIB
perahu pun berlayar menuju pelabuhan
Karangantu dengan tiket sebesar Rp. 7.000 per-orang. Hingga sampai di pelabuhan Karangantu sekitar
pukul 9.00 WIB dan langsung mengambil motor
di pos satpam dilanjutkan perjalanan pulang. Alhamdulillah sampai rumah dengan selamat. Rasa penasaran saya pun
terjawab semua, itung-itung tambah pengalaman, heheh. Mungkin next trip ke Pulau Tunda deh.