Sabtu, 16 Maret 2013

Penasaran Dengan Pulau Panjang

Selasa, 12 Maret 2013, bertepatan dengan hari Nyepi bagi umat Hindu, nyepi pun terasa sampai ke rumah saya, dimana hanya ada saya dan Fahri (adik saya), sisa nya (nyokap, bokap, Fikri) sedang keluar dari tadi pagi. Mulai terasa bosan juga dirumah terus, akhirnya saya putuskan untuk keluar rumah juga dengan tujuan Karangantu lanjut kerumah temen di Cilegon. Persiapan perlengkapan pun sudah disiapkan dan sekitar pukul 10.15 WIB saya berangkat menggunakan motor walaupun cuaca pada saat itu hujan lokal, dan benar saja dari arah Kaligandu sampai Karangantu cuaca nya sangat panas menyengat.

Sesampainya di Karangantu, saya langsung menuju ujung muara sungai untuk mencari info perahu penumpang yang menuju Pulau Tunda dan Pulau Panjang. Setelah banyak bertanya didapatlah informasi bahwa perahu penumpang yang menuju Pulau Tunda hanya ada pada hari Senin, Rabu dan Sabtu dengan tariff sekitar Rp. 15.000, sedangkan ke Pulau Panjang hampir setiap hari dengan tariff sekitar Rp. 7.000. Kebetulan setelah bertanya, ada perahu penumpang yang akan berlayar ke Pulau Panjang. Ragu juga untuk berangkat sekarang juga ke Pulau Panjang, karena masih belum tau keadaan disana bagaimana. Sontak teringat temen saya (Harry) yang tinggal di sekitar Karangantu untuk bertanya tentang keadaan Pulau Panjang. Saya pun langsung menelponnya dan menghampiri ke rumah nya, karena katanya perahu penumpang akan berangkat sekitar jam 2. Ternyata setelah ngobrol-ngobrol, si Harry pun belum pernah ke Pulau Panjang dan tidak tau bagaimana keadaan disana. Menambahlah keraguan di diri saya, sehingga saya pun harus melihat peta Pulau Panjang melalui iPhone untuk mengembalikan keteguhan hati saya. Memang benar Pulau Panjang itu cukup luas kalau kita explore dengan jalan kaki, apalagi kalau kita belum tau keadaan disana. Menurut saya pulau ini lebih enak nya di-explore dengan menggunakan sepeda. Coba pada saat itu juga saya bawa sepeda, pasti tanpa ragu saya pun langsung naik ke perahu.Apa mau dikata, nasi telah menjadi bubur, saya pun kesini bawa motor, yasudah saya mantapkan hati untuk berangkat ke Pulau Panjang setelah menunaikan sholat dzuhur.

Setelah sholat, saya pun dianter Harry ke tempat perahu penumpang tadi, dan ternyata perahu nya tidak ada, sudah berangkat. Wah memang bukan waktu nya untuk berangkat. Kembali saya antarkan Harry kerumah nya, terimakasih yah kawan atas jamuan dan informasi nya. Penasaran apa yang diinfokan Harry mengenai wisata ke Pulo Lima dari Karangantu, saya pun mencari office nya yang kata nya terletak sebelum tempat pelelangan ikan.  Benar saja ketemu nih office nya, langsung saya tanya-tanya dari A sampe Z mengenai Pulo Lima. Pulo Lima ini terletak tidak jauh dari muara sungai Kangantu ini, hanya sekitar 15-20 menit naik perahu. Biaya per orang nya Rp. 70.000 ribu (minimal 10 orang) sudah mendapat akomodasi pulang-pergi, banana boat, snorkeling & mincing mania. Adapun fasilitas diluar biaya tersebut yaitu, areal camping, gazebo-gazebo di pinggir pantai dan makan siang. Setelah mendengar cerita yang ditawarkan oleh Bapak Opik jadi tertarik juga untuk ke Pulo Lima, sayang saya hanya satu orang saja. Tapi jangan khawatir, 1 orang pun bisa berangkat ke Pulo Lima dengan catatan kalian harus datang ke office ini pagi-pagi sekitar pukul 09.00 WIB untuk menanyakan ada tidak kapal nelayan yang berangkat.  Kalau misalkan ada, silahkan kalian bernego dengan nakhoda nya. Tentunya dengan ketentuan kalian harus di jemput kembali pada sore hari nya.

Ketika saya bercerita keluhan saya yang tidak jadi berangkat ke Pulau Panjang karena ketinggalan perahu, Bapak Opik pun langsung memberitahu ke saya bahwa ada perahu terakhir biasa nya di sekitar tempat pelelangan ikan, karena dikhawatirkan air surut di muara nya maka si perahu penumpang dimajukan hingga mendekati mulut muara. Saya pun pamit dan langsung menuju tkp, Alhamdulillah memang benar masih ada perahu penumpang yang menuju Pulau Panjang, akan tetapi perahu tersebut hendak berlayar dan salah seorang anak buah kapal yang melihat saya sedang berlari ke arah kapal langsung mencoba menarik kapal tersebut kembali. Pada saat itu pula keraguan saya naik drastis, karena kalau jadi berangkat, motor dititipkan dimana?.Perahu pun kembali bersandar dan mau menunggu saya sebagai penumpang terakhir, saya pun kembali ke motor dan mencari tempat penitipan motor, hingga pada akhirnya seorang satpam di pos masuk gerbang mau menerima titipan motor. Diantarkan lah saya kembali ke perahu, dan benar saja perahu masih menunggu saya sebagai penumpang terakhir.

Sekitar pukul 14.30 WIB perahu tujuan Pulau Panjang berangkat.Perahu yang berisikan hampir seluruh warga Pulau Panjang dan beberapa kebutuhan warga untuk selama di Pulau pun akhir nya berangkat. Jika dilahat-lihat perahu penumpang ini adalah perahu yang sebelumnya bersandar di pos keberangkatan, perahu yang dari awal saya mau menaikinya. Sedikit malu juga untuk menaiki perahu ini, karena dari awal sekitar pukul 12.00 WIB saya sempat bertanya-tanya ke penumpang yang sudah menunggu cukup lama tentang keberangkatan perahu ini. Yang pada akhirnya saya malah menyia-nyiakan waktu untuk mencari informasi di rumah Harry. Tak apalah, yang penting pada akhirnya saya bisa berangkat ke Pulau Panjang, itung-itung menghilangkan rasa penasaran saya.

Akhirnya perahu pun bersandar sekitar pukul 15.00 WIB, saya pun bingung harus ke mana dan mulai dari mana. Sebelumnya saya lihat di peta ada juga sebuah desa di bagian utara, saya putuskan untuk tetap berjalan ke arah utara. Melewati rumah-rumah warga yang rata-rata sudah terbuat dari pondasi semen dan ada juga yang sebagian sudah di kramik, jalan pun sudah sebagian di paving blok.  Karena disini hanya ada listrik pada saat malam hari, jadi rata-rata warga disini menghabiskan waktu siang nya dengan bercengkrama dengan keluarga dan tetangga di depan rumah. Sambil berjalan saya pun mencoba liat kanan-kiri untuk mencari warung nasi, karena dari tadi siang belum makan. Ternyata disini masih susah ditemukan warung nasi, tak terasa saya berjalan melewati Kampung Peres. Ketika diliat di GPS, ternyata cukujp jauh juga dari lokasi saya berada untuk sampai kampung  di utara yaitu Kampung Baru. Yang saya heran, ketika saya sedang berjalan Dengan kaget dan rasa heran, saya hanya bisa terdiam dan membiarkan mobil itu lewat, setelah jauh barulah sadar kalo saya membutuhkan tumpangan, haha. Tak lama kemudian, lewatlah warga sekitar membawa motor dan menawarkan saya jasa ojeg, dengan kelelahan saya pun terima jasa ojeg sampai ke pantai yang ada di utara dengan biaya Rp. 5.000.

Sesampainya di pantai utara, rasa penasaran saya pun terjawab.Ternyata pasir putih yang saya lihat lewat GPS di iphone itu ternyata hanya sekumpulan batu-batu karang yang sudah berwarna putih yang telah menutupi pasir pantai. Pantai disini pun sebagian besar berupa karang, tidak ada sama sekali pantai dengan hamparan pasir putih. Berjalan menelusuri bibir pantai kearah timur  pun yang ditemui hanya hamparan karang. Ditengah-tengah penelusuran, saya bertemu dengan ibu-ibu warga Kampung Baru yang sedang mencari rumput laut, katanya rumput laut yang dicari cukup susah, dan hasilnya pun buat di konsumsi sendiri, bukan untuk dijual. Ketika ditanya letak pantai pasir putih yang bisa berenang,  mereka pun menjawab tidak ada, yang ada hanya hamparan karang saja. Beginilah keadaan Pulau Panjang, walaupun tidak  bisa berenang, tapi rasa pensaran saya pun terjawab. Sampai pukul 17.00 WIB saya menelpon Kang Sobri (ojeg yang mengantarkan saya) untuk minta dijemput.Ternyata yang datang adalah sodara nya Kang Sobri, yaitu Kang Nafik. Sama Kang Nafik inilah saya diantar menuju Kampung Pasir Putih untuk mengisi perut yang dari tadi siang belum sempat terisi. Disini memang tidak ada warung nasi a.k.a warteg, hanya ada warung yang jual gado-gado atau ketoprak, itupun mungkin hanya ada di Kampung Pasir Putih. Setelah makan, lalu ngobrol sama Kang Nafik masalah penginapan, dengan berbaik hati Kang Nafik pun menawarkan saya untuk tidur dirumah nya, karena kebetulan hanya ada mertua nya dan anak Kang Nafik saja. Di antarlah saya kerumah Kang Nafik untuk magriban sejenak.

Setelah magriban, mengobrol banyak dengan orang mertua nya  yang menurut saya tau banyak keadaan sosial, politik, serta potensi yang dimiliki oleh Pulau Panjang ini.  Sampai saya diajak mau ‘ngobor’ gurita, akan tetapi Kang Nafik mengajak saya ke dermaga di Kampung Pasir Putih untuk melihat yang mincing ikan disana. Sampai di dermaga, memang banyak juga orang mancing, jika dilihat rata-rata mereka mendapat cumi-cumi kecil. Saya menghabiskan malam disini, karena memang tidak ada tempat menarik lagi di Pulau Panjang ini. Di dermaga ini kita bisa melihat lampu-lampu pabrik disebrang sana tepatnya disekitar Bojonegara yang menyala cukup banyak dan terlihat indah dari kejauhan. Dermaga ini tempat bersandarnya perahu penumpang dari arah Bojonegara, jadi selain dari pelabuhan Karangantu, kalian bisa juga menuju Pulau Panjang ini dari Pelabuhan Bojonegara. Suasanan malam itu sangat tidak cukup membuat saya tenang, bukan karena suasana alam nya, akan tetapi keributan yang di timbulkan oleh seorang anak  kecil yang bener-bener sangat menjengkelkan. Kang Nafik banyak bercerita tentang keadaan masyarakat di Pulau Panjang, yang salah satunya yaitu jika ada rumah di pulau ini yang cukup bagus (sudah kramik dan tembok semen bercat) itu merupakan salah seorang keluarga nya kerja sebagai TKI ke luar negeri. Termasuk Istri Kang Nafik yang bekerja ke Arab. Kebanyakan orang yang punya di pulau ini bekerja sebagai TKI, cetusnya. Selanjutnya, katanya listrik di pulau panjang ini memang benar hanya menyala pada pukul 18.00-06.00 WIB dengan menggunakan tenaga disel, tetapi ada bantuan baru yaitu berupa pembangkit listrik tenaga surya, yang sudah berjalan 1 bulan. Listrik tenaga surya ini dapat menghidupkan listrik rumah-rumah warga pada siang hari yang diberikan secara gratis, akan tetapi kedepannya nantinya akan dipungut biaya. Obrolan demi obrolan berlalu hingga pukul 21.30 WIB, kita pun pulang kerumah untuk beristirahat, dikarnakan esok pagi saya harus berlayar kembali pulang ke Pulau Jawa.

Rabu, 13 Maret 2013 sekitar pukul 7.30 WIB saya di antarkan ke dermaga di Kampung Peres, katanya akan ada perahu keberangkatan ke pelabuhan Karangantu sekitar pukul 8.00 WIB.  Setiba nya di dermaga, saya pisah dengan Kang Nafik dan anak, tidak lupa memberi sedikit upah terimaksih saya atas waktu dan tempat menginapnya. Sekitar pukul 8.30 WIB perahu pun berlayar menuju  pelabuhan Karangantu dengan tiket sebesar Rp. 7.000 per-orang.  Hingga sampai di pelabuhan Karangantu sekitar pukul 9.00 WIB dan langsung mengambil motor  di pos satpam dilanjutkan perjalanan pulang. Alhamdulillah sampai rumah dengan selamat. Rasa penasaran saya pun terjawab semua, itung-itung tambah pengalaman, heheh. Mungkin next trip  ke Pulau Tunda deh.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More