Assalamulaikum Wr Wb, salam sejahtera untuk kita semua, semoga Allah SWT memberikan kesehatan untuk kita semua agar tetap bisa menjalakan aktivitas sepedaan bareng SXC2, Amin. Sabtu 8 Januari 2011 merupakan sabtu kedua dari awal bulan pada tahun baru kali ini. Rute kali ini sudah ditentukan dan Pak Agus juga sudah mengundang Teman-teman di Facebook untuk ikut serta dalam gowes kali ini menuju Curug Gendang yang katanya sih di daerah Anyer (tapi kenyataannya sih di Carita bukan di Anyer). Jarak tempuh yang diperkirakan yaitu 56 Km (tapi kenyataannya juga tidak segitu).
Pagi itu cuaca mendung, dan ini sangat mendukung untuk beraktivitas gowes hari ini. Tepat pukul 07.00 di meeting point halaman KPP sudah berkumpul 12 goweser yang siap mengeksplore Curug Gendang, pada barisan pertama terdiri dari Pak Mars, Pak Yusman, Pak Agus, Pak Hendra, Pak Imam, Pak dodo Chupet, Pak Ras, Pak Tata (temanya Pak Ras), Pak Kusnanto, Pak Andri (sepertia biasa hanya absen) dan saya (Vito). Lalu disusul dengan barisan kedua, yaitu Pak A’i dan Pak Koes. Setelah barisan kedua tidak ada lagi yang datang ke meeting point. Nampaknya Setelah liburan akhir tahun, goweser kali ini makin menurun, apa mungkin track nya yang sangat jauh?. Tapi tidak bagi anak muda, sudah lama ga gowes setelah pasca kehilangan barang berharga yang mengakibatkan stress stadium 3 membuat saya ingin refreshing bareng SXC2 untuk gowes ke Curug Gendang. Dan hasilnya, stress pun mulai sedikit hilang.
Setelah berhitung dan berdo’a demi keselamatan perjalanan, kami pun berangkat menuju Curug Gendang, dengan rute menyusuri jalan alternatif Serang-Cilegon lalu ke jalan lingkar selatan PCI dan diteruskan ke Anyer. Di Kramatwatu kami pun bertemu Pak Topik dan Pak Supri yang sudah menunggu, sebelum melanjutkan perjalanan para goweser mengisi perbekalan yang di beli dari market tepat kami bertemu Pak Supri dan Pak Topik. Disini Pak Ras memborong banyak air mineral dan roti-roti, wah pak, mau sepedaan atau berkemah pak? Hehe,, Ada laporan bahwa Pak Agung akan ikut serta gowes ke Curug Gendang, katanya beliau sedang menyusul menuju Kramatwatu. Setelah Pak Agung datang kami pun berfoto sejenak, dengan 14 goweser yang sudah dilengkapi perbekalan, kami siap menuju Curug Gendang.
Perjalanan kami lanjutkan kembali hingga ke Jalan Lingkar Selatan, disini gerimis pun menemani perjalanan kami kali ini sampai ke Anyer. Jalanan onroad pun kami libas secepat mungkin, walaupun gerimis yang lama-lama menjadi hujan membasahi tubuh kami. Tak disangka Pak Dodo Chupet melesat dengan cepat dan tepat berada di posisi pertama hingga akhir Jalan Lingkar Selatan ini. Biasanya kan Pak Dodo Chupet berada di belakang. Mungkin kata Pak Topik berkat si Jintan Hitam yang di konsumsinya, hehe.
Sesampainya di Kawasan Industri Cilegon yang merupakan akhir dari Jalan Lingkar Selatan, kami rehat sebentar sambil menunggu rombongan belakang. Setelah semua berkumpul, kami pun melanjutkan perjalanan kami mengingat sudah pukul ±9 dan jarak tempuh pun masih jauh. Disini hujan masih menemani perjalanan kami. Kami menyusuri jalan yang dikiri dan kanan nya berdiri Pabrik-pabrik Industri. Sebagian dari pabrik-pabrik ini mengeluarkan gas kimia yang beraroma tak sedap untuk dihirup.
Keluar dari kawasan industri akhirnya kami sampai di Anyer, Kabupaten Serang. Anyer merupakan tempat wisata pantai yang berada di Kabupaten Serang. Disini banyak sekali berdiri Villa-villa dan Hotel-hotel dari kelas melati hingga bintang lima. Banyak orang-orang dari luar kota Serang yang berlibur ke Anyer, kebanyakan dari mereka orang-orang kaya yang mempunyai Villa sendiri. Memang pantai di Anyer ini merupakan tempat yang paling tepat untuk berekreasi bareng keluarga. Karena di pantai kita bisa melepas semua rasa beban dan penat didalam diri kita. Tapi sayangnya pantai di Anyer sekarang sudah mulai kotor, akibat pencemaran limbah pabrik dan masyarakat yang buang sampah sembarangan ke pantai. Maka dari itu kita jaga lingkungan kita, jaga alam kita agar tetap bersih dan lestari, karena semua itu juga demi kebaikan kita semua sebagai manusia yang menikmati indahnya alam ini.
Memang sangat menyenangkan gowes sepeda sambil melihat indahnya pantai yang membentang luas di sebelah kanan kami. Mercusuar pun masih berdiri tegak, walaupun Mercusuar ini didirikan oleh Belanda Pada tahun 1885, tepat 2 tahun setelah Gunung Krakatau meletus (1883). Saking asyik nya menggowes di kecepatan ±25Km, sampai-sampai saya dan Pak Supri tak sadar telah meninggalkan jauh rombongan belakang. Lalu saya berhenti di warung pinggir jalan untuk membeli roti sebagai ganjel perut sementara, dan Pak Supri pun mencoba menelpon rombongan belakang, sebelumnya rombongan belakang menelpon Pak Supri beberapa kali dan tidak diangkat karena sedang gowes. Setelah di telpon, dapat kabar bahwa salah satu goweser di belakang terjatuh dan kami pun diminta balik arah lagi. Disini Pak Supri langsung parno, karena beliau pernah mengalami hal serupa pada saat touring sepeda motor ke Malimping, yang merenggut nyawa temannya karena kecelakaan. Katanya beliau itu trauma kalo misalkan disuruh balik lagi apablia ada yang kecelakaan. Pak Supri dan Saya pun mau balik lagi menyusul teman-teman dibelakang, akan tetapi pas ditelpon kedua kali untuk menanyakan tempat lokasinya dan ternyata eh ternyata katanya ada goweser yang perutnya keram jadi berhenti dulu di warung buat makan #gubrakk (¬_¬”). Alhamdulillah tidak ada yang kecelakaan, tapi lain kali kalau kasih Info nya yang jelas ya, biar bisa langsung ambil tindakan (begitu juga info Curug Gendang yang katanya 56KM, haha) . Lalu saya dan Pak Supri menunggu di pertigaan Cinangka tepatnya jalan yang mau ke Padarincang. Sambil menunggu, saya dan Pak Supri makan Baso dulu. Ketika mau menagambil sambal, ternyata sambalnya kebanyakan air, sedangkan cengek dan cabenya sedikit. Ini merupakan dampak dari naiknya harga cabe dipasaran yang mencapai 100 ribu/Kg nya, sungguh sangat memprihatinkan bagi yang pedas lover. Karena tidak bisa menikmati pedasnya cabe akibat pedasnya harga cabe di pasaran.
Setelah menyantap baso, kami berkumpul kembali dan melanjutkan perjalanan kembali. Matahari pun kembali menyinari alamnya. Kami pun begitu bersemangat setelah perut kami diisi dengan beberapa makanan. Tidak hanya pantai Anyer saja yang ramai di kunjungi wisatawan, akan tetapi Karang Bolong juga ramai dikunjungi. Yap, kami baru saja melewati Karang Bolong yang konon katanya karang yang mempunyai lubang besar seperti pintu gerbang ini bolong akibat letusan Gunung Krakatau. setelah Karang Bolong, hotel-hotel dan villa-villa sangat jarang kami lihat lagi, tidak seperti di kawasan pantai Anyer yang berjejeran hotel-hotel dan villa-villa di pinggir jalan. Mungkin di daerah Karang Bolong pantainya jarang pasir melainkan banyak karangnya. Di suatu pantai yang pasirnya membentang luas, kami rehat sejenak untuk berfoto dulu. Setelah berfoto kami lalu melanjutkan perjalanan menyusuri jalan raya pantai Karang Bolong, sampai pada 56 Km yang ditunjukan odometer di sepeda kami, dan disini para goweser mulai bertanya-tanya, “ini kan udah sampai 56Km malah udah lebih, tapi kok Curug Gendang nya ga ada??” . info tentang 56 Km itu ternyata salah, pada kenyataannya 56 Km itu hanya sampai pada jalan di Karang Bolang. Sebelumnya juga sebagian Goweser ada yang bertanya kepada warga di sekitar pasar Anyer tentang dimana letak Curug Gendang, dan mereka tidak mengetahuinya. Ini juga merupakan fakta bahwa Curug Gendang bukan terletak di Anyer melainkan di Carita.
Kami tetap menggowes sepeda kami menyusuri jalan pantai Karang Bolong sampai menembus batas Kab.Pandeglang, ya kami sudah mulai memasuki kawasan Pantai Carita di Kab.pandeglang. Sambil menyusuri jalan kami melihat kawasan wisata Pantai Matahari Carita yang dulu merupakan tempat yang cukup ramai di kiunjungi wisata lokal maupun luar kota, akan tetapi sekarang tempatnya sudah tidak di urus lagi, dan tampak agak kumuh. Sabil melihat pemandangan disekitar pinggir jalan akhirnya kami sampai juga di gerbang menuju Curug Gendang, gerbang ini terletak di pinggir jalan tepatnya di depan Pantai Mutiara Carita. Dari Gerbang menuju Pos Jaga di atas sekitar 2 Km. Sebelum melanjutkan perjalanan kami melakukan Ibadah Dzuhur dulu, sementara Pak Mars sibuk membenarkan FD nya, abis sepeda nya sering di banting-banting sih, jadi ngambek kan tuh sepdanya. Karena kawat FD nya putus, terpaksa Pak Mars mencari kawat pengganti di bengkel motor sekitar. Setelah sholat dzuhur Pak Agus membeli perbekalan makan siang untuk di Curug Gendang, sementara Pak Supri terpaksa harus pulang duluan karena ada Undangan.
Setelah semuanya siap, kami pun melanjutkan perjalanan. Sekitar 2 Km lagi kami harus mengowes sepeda kami, kontur jalan disini makadam ringan dan agak sedikit menanjak. Di samping kanan dan kiri kami tumbuh besar pohon-pohon yang umurnya puluhan sampai ratusan tahun, dan di setiap jenis pohon itu ditempeli papan dan di beri nama, ini merupakan bentuk informasi kepada pengunjung, mengingat Kawasan disini merupakan Taman Wisata Alam. Tepat ditengah perjalanan terdapat persimpangan jalan, lalu kami memilih kearah kanan yang jalan nya menanjak. Sesampainya di atas kami ternyata salaha jalan, ternyata disini merupakan tempat penginapan atau peristirahatan???? . Lalu kami kembali menuju ke persimpangan jalan tadi, dan ternyata dipersimpangan itu sudah ada bapak yang akan memandu kami sampai ke Pos Jaga Curug Gendang. Disini kami diberi informasi dan untuk memasuki kawasan Curg Gendang kami dipungut biaya per orang Rp. 2500. Setelah itu kami lanjut menggowes ke Pos Jaga harus menempuh jarak 1 Km, dengan kontur jalan makdam dan menanjak dan banyak pula jalan yang bolong akibat longsor. Di sepanjang jalan ini terdapat banyak monyet-monyet yang bergelantungan dari pohon ke pohon, kiri kanan jalan ini masih di tumbuhi pohon-pohon besar yang menutupi jalan dari sinar matahari, kami pun mendengar suara kecil air terjun entah darimana asalnya. Sesampainya di Pos Jaga, saya, Pak Agus, Pak A’I, Pak Agung, Pak Tata dan Pak Kusnanto rehat sebentar, sambil menunggu rombongan belakang, akan tetapi yang di tunggu pun tak kunjung tiba, mungkin rombongan belakang berhenti untuk istirahat dan makan. Nasi yang di beli dan direncanakan untuk makan di Curug Gendang nya, akhirnya kami makan juga ketika di Pos Jaga, karena pikir kami rombongan belakang juga pasti makan dulu, mengingat tanjakannya cukup berat. Setelah menunggu lama akhirnya muncul juga rombongan belakang sambil menuntun sepedanya melalui jalan pintas yang di beri tahu oleh warga, ada-ada aja ide gilanya nih, heheh.
Dari Pos Jaga ini kami harus jalan kaki untuk menuju Curug Gendang, kira-kira 1 Km dan biasanya ditempuh dengan waktu 30 menit. Kami diberi pengarahan terlebih dahulu sebelum memulai tracking, katanya apabila cuaca mulai mendung kami harus pulang dikarnakan takut terjadi longsor yang bisa memutuskan jalan, dan kami pun harus kembali lagi sampai tepat pukul 16.30. Terpaksa sepeda kami titipkan di Pos Jaga, dan kami pun tracking menuju Curug Gendang. Berwal dari jalan yang cukup lebar lalu mulai mengecil dan hanya cukup satu orang, di samping kiri kami jurang, dan di samping kanan kami tebing yang di tumbuhi pepohonan. Di sepanjang jalan kami banyak menemukan bekas longsor yang memutuskan jalur, subhanallah longsor yang begitu besar hingga sampai ke bawah jurang, dan ini merupakan momen yang pas untuk berfoto sejenak di longsoran, hehee. .
Kami kembali menyusuri jalan setapak lagi, di samping kiri, kami mulai bisa melihat sungai Curug Gendang, dan suaranya nya pun mulai terdengar keras ditelinga kami. Ketika suara nya mulai terdengar keras ditelinga kami dan akhirnya kami sampai di Curug Gendang. Curug Gendang berada di daerah Kecamatan Carita kabupaten Pandeglang, Banten, Indonesia. Air Terjun Curug Gendang memiliki tinggi 7 Meter luas 10 meter dengan kedalaman 13 meter dan berada di ketinggian 170 meter di atas permukaan laut. Curug Gendang asalnya bernama Curug Citajur, karena suaranya mirip alat musik tradisional Gendang maka kemudian masyarakat sekitar menyebutnya Curug Gendang.
Kami sampai di bagian atas curug ini, sedangkan ketinggian curug dengan permukaan sungai dibawah kira-kira 13 meter. Di bagian atas ini memang di khususkan untuk berenang, sungai yang besar dan banyak terdapat batu-batu kali besar yang menghiasi sungai ini. Tanpa cekcok lagi kami membuka baju dan celana kami lalu segera menyeburkan diri ke sungai Curug Gendang. Dan akhirnya perjalanan yang melelahkan, menguras seluruh tenaga dan penuh perjuangan itu terbayar lunas tuntas dengan segar dan dinginnya air Sungai Curug Gendang. Tapi sayang lagi-lagi waktu yang harus memisahkan kita dengan kesenangan mandi di Curug Gendang. Setelah menikmati segar dan dinginnya air Curug Gendang kami bersiap-siap kembali untuk kembali ke Pos Jaga. Sebelum kami meninggalkan tempat yang indah ini tidak lupa kami berfoto sejenak, sebagai tanda bukti bahwa SXC2 pernah ketempat ini.

Setelah Pak Dodo Cozmic kembali dengan ceritanya tadi di Curug Gendang, kami melanjutkan kembali perjalanan untuk pulang. Dari Pos Jaga sampai ke jalan Raya Carita jalan berkontur makadam dan turunan. Terbukti dengan waktu yang sangat cepat kami sampai di Jalan Raya Carita, walaupun jalan nya turunan, makadam dan banyak lubang, kami tetap hati-hati, tetap stabil dan jaga jarak agar terhindar dari kejadian tertabrak sesama goweser. sesampainya di jalan raya yang kami cari adalah Truk kosong yang melintas di sepanjang Jalan, walaupun banyak yang melintas akan tetapi Truknya penuh barang semua. Terpaksa kami harus gowes sampai ketemu Truk kosong yang siap mengangkut kami dengan biaya rendah. Walaupun banyak Truk kosong akan tetapi mereka menaruh harga tinggi untuk perjalanan ke Serang, dan kami pun dengan segan meningglkan mereka dan mencari yang lebih murah lagi.
Langit pun mulai menggelap, dan malam pun tidak bisa kami hindarkan, Truk pun belum kami temukan, rasa lelah, lapar, putus asa, dan takut akan amukan dan amarah sang Istri dirumah (bagi yang punya Istri) tercampur aduk. Pada akhirnya ketika saya mengowes sendiri di paling belakang rombongan, ada sebuah Truk yang dari tadi membunyikan klakson terus, ketika saya tengok belakang truk itu memberi lampu tembak dan langsung membalap saya dan berhenti tepat didepan saya. Entah darimana asal Truk ini datang saya langsung nego aja dengan si supirnya, dengan harga standar yang sudah di kasih tau Pak Mars yaitu 250 ribu sampai ke Serang dan akhirnya deal pun terjadi. Lalu saya langsung memacu sepeda saya mengejar rombongan depan. Rombongan pertama yang saya temukan yaitu Pak Dodo Cozmic, Pak Topik, Pak imam dan Pak Hendra. Langsung saja kami menaikan sepeda kami ke atas Truk dan mengejar kembali rombongan depan. Rombongan paling depan pun kami temukan sedang rehat di warung. Sepeda pun kembali dijejerkan di atas Truk dengan rapi. Setelah semuanya di jejerkan rapi dan para goweser pun sudah lengkap berada di atas Truk, kami siap pulang dengan rasa senang yang berhasil sampai ke Curug Gendang yang terletak sangat jauh dari Serang. Truk pun mulai berjalanan menyusuri Jalan Raya Anyer kemudian ke Jalan Lingkar Selatan Cilegon lalu Sampai di Serang kira-kira Pukul 8. Alhamdulillah kami sampai juga di Serang, tepatnya di Kepandean Kami berhenti dan mulai membongkar sepeda. Setelah semuanya sepeda turun, kami pun pulang kerumah masing-masing dengan segala cerita, tawa dan canda, dan satu lagi dengan rasa takut akan amarah Istri dirumah…hahaha… Bagi yang punya istri loh, kalo saya sih masih free-free saja..
0 komentar:
Posting Komentar